7 | ALBERIC2

101K 4.8K 145
                                    

Jangan lupa Vote dan komen
Happy Reading

Lo tahu? Mata lo gak bisa lihat ketulusan cinta orang lain, tetapi hati lo bisa merasakannya. Lo tahu? Telinga lo gak bisa mendengar perasaan cintanya, tapi hati lo bisa meradakan debaran yang terasa
-Alberic

"Jujur aja gue kasihan sama si Eric," seorang perempuan berjalan beriringan dengan kedua temannya.

"Iya Aice gue juga kasihan sama dia, apalagi dia udah rencanain ini dari beberapa hari lalu," Manda menatap ke arah toko-toko yang berjejer di sebuah mall terbesar yang berada di pusat kota.

"Lo tahu darimana?" tanya Yuka dengan memegang segelas es cokelat dingin.

"Farel, gue tahu dari dia karena dia juga ikut turun tangan nyiapin itu semua," jelas Manda. "Gue harap si Eric gak stres,"

"Parah amat sampai stres gitu, cewek masih banyak kali. Si Daisy aja ngantri dulu dua tahun sampai sekarang belum dapet-dapet," Aice terkekeh pelan.

"Hahaha iya sih, eh btw beli kado apa ya buat Lena?" tanya Yuka menatap Manda dan Aice.

"Gue juga bingung sih sebenarnya, tapi gue fikir mending beliin tas atau dress? Atau make up, soalnya Lena kan sekarang udah berbeda." Manda memelankan suaranya diakhir kalimat. "Yaudah yuk mending kita cari dress bagus aja." Yuka dan Aice mengangguk lalu berjalan sambil bercanda ria.

Bugh

"Heh lo kalau jalan lihat-lihat dong," orang itu berdecak kesal karena belanjaannya jatuh, seorang laki-laki yang ada di sampingnya ikut berjongkok mengambil belanjaan yang terjatuh.

"Iya gue kan udah lihat pake mata, kenapa lo nyolot?" Aice merasa tak terima dengan tuduhan orang tersebut.

"Oh my god, belanjaan gue. Iya lihat karena mata lo ada di dengkul!" kesalnya dengan nada yang agak tinggi, Manda merasa tidak enak dengan pertengkaran yang pasti akan menuju saling tarik-tarikan.

"Iya maaf," karena tak ingin masalahnya lebih panjang Manda lebih memilih untuk meminta maaf terlebih dahulu.

"Tapi ini alat make up gue rusak semua, lo mau tanggung jawab?!" semua orang menatap Manda dan ketiga sahabatnya beserta dua orang di depannya. Perempuan itu masih terus melihat-lihat isi belanjaannya yang terjatuh.

Laki-laki itu mengusap rambutnya lembut. "Udah sayang, mending beli aja yang baru." Perempuan itu mengangguk karena selesai memasukan kembali belanjaannya tersebut, begitupun dengan laki-laki yang ada di sampingnya.

"Kamu bawain ini ya sebentar aja," perempuan itu berucap lembut kepada laki-laki tersebut dengan memberikan belanjaannya. Lalu menatap ketiga perempuan yang di depannya.

Manda, Aice dan Yuka mematung saat di tatap olehnya, mereka terkejut begitupun perempuan yang ada di depannya. Tangan mereka saling menunjuk saru sama lain.

"Lo!" perempuan itu menatap Manda dan sahabatnya kaget.

"Bianca?" Aice lebih terkejut lagi. "Ini lo?" tanya Aice masih tak percaya.

Bianca menghilangkan ekspresi terkejutnya lalu menatap ketiga perempuan yang ada di depannya dengan senyum miring. "Iya ini gue? Lo semua apa kabar?" tanya Bianca dengan ramah, tangannya merangkul laki-laki yang ada di sampingnya.

"Mending jangan disini, kita ke restoran itu aja," Manda menunjuk salah satu restoran dan mereka pun menyetujuinya, lalu berjalan menuju restoran tersebut.

Setelah mendapatkan tempat duduk, Manda memesan makanan dan minuman kepada pelayan restoran tersebut, lalu setelah itu pelayan pergi. Manda menatap mereka berdua dan tersenyum ramah seramah-ramahnya. "Gue baik, lo?"

"Gue baik juga," Manda dan sahabatnya mengangguk, mereka bertiga menatap laki-laki yang ada di samping Bianca.

Seakan mengerti, Bianca tersenyum lalu mendekat ke arah laki-laki di sampingnya. "Kenalin dia suami gue, namanya Lucas." Luca mengulurkan tangannya dan mereka bertiga menjabatnya bergantian.

"Yuka,"

"Manda,"

"Aice,"

"Gue kesini mau liburan sekalian ada kerja sama dengan perusahaan milik keluarga Darmantara," Bianca tersenyum penuh arti saat menyebutkan marga keluarga tersebut.

Tak lama pesanan pun datang, mereka menerimanya dengan hati-hati begutupun pelayan tersebut. Setelah itu pelayan tersebut pergi dan mereka melanjutkan obrolan tersebut.

"Lena apa kabar?" tanya Bianca yang membuat Aice terkejut.

"Lo masih peduli?" tanya Aice.

"Dia sahabat gue, lucu banget kalau gue gak peduli," Bianca meminum minumannya tak lupa mengaduknya terlebih dahulu dengan sedotan.

"Gue kira lo udah buang dia," sindiran halus Yuka tak membuat Bianca terusik.

"Sayang, aku harus ke perusahaan dulu. Nggak apa-apa kan aku tinggal?" Lucas berdiri begitupun dengan Bianca. Bianca mengangguk.

"Nggak apa-apa, tapi kamu hati-hati ya. Bawa mobilnya jangan ngebut," Lucas mengangguk, Bianca mencium tangan Lucas dan Lucas mencium kening Bianca membuat siapa saja yang melihatnya iri. Setelah itu Lucas pergi dan Bianca duduk kembali.

"Mesra amat neng," sindir Aice.

"Namanya juga suami-istri." Bianca terkekeh pelan seakan ia tidak mengingat dosanya. "Oh gue mau nanya setelah gue pergi si Eric apa kabar?" tanya Bianca tersenyum lebar.

"Gimana apanya?" tanya Manda dengan memakan sepiring pasta.

"Dia gila gak? Gila gara-gara gue kibulin hehehe," Bianca terkekeh lagi. Walaupun nada bicaranya santai namun irama yang keluar membuat siapa saja merinding.

"Lo pinter Ca, bisa kibulin dia tapi Eric gak gila, dia cuma merasa kehilangan. Dan lo harus tahu satu hal, Eric nggak pernah merasa kehilangan lo tetapi yang Eric rasakan adalah kehilangan cintanya sendiri, Saylena." Penjelasan Yuka tidak membuat Bianca berhenti dari senyum mengerikannya itu, senyuman itu malah semakin terlihat lebar.

"Berarti gue masih gagal ya, terus gue denger-denger si Lena mau tunangan terus nikah ya?" Manda mengangguk.

"Dan lo gak usah rusak kebahagiannya lagi," Manda berdesis tajam.

"Tapi kalau gue mau bikin dia tetap sengsara gimana? Sangat mudah bagi gue buat dia hancur kembali,"

Bruk

Aice menggebrak meja membuatnya menjadi pusat perhatian. "Lo gak puas bikin dia nangis waktu lima tahun yang lalu? Lo gak punya hati Ca, lo gila!! Lo bilang Lena sahabat lo sendiri," desis Aice di depan wajah Bianca. Bianca tersenyum tipis.

"Gaya lo norak, udah tahu di tempat umum malah permaluim diri lo sendiri, hahaha lucu! Oh iya lo camkan kata-kata gue. Gue gak akan pernah berhenti buat kebahagiaan Lena dan Eric hancur." Setelah itu Bianca pergi dengan membawa belanjaannya dan pergi kekasir untuk membayar makanannya semua termasuk Manda dan sahabatnya.

Manda masih melamun karena kata-kata Bianca. "Gue takut, gue takut Lena gak bisa bahagia," gumam Manda. "Karena Bianca," suaranya memelan.

"Lo tenang aja, karena gue yakin setelah Lena dan Alpha hidup bersama mereka akan senantiasa bahagia." Aice mengusap bahu Manda sedangkan Yuka, ia masih memikirkan kenapa Bianca sebegitu dendamnya kepada Lena? Ada apa dengan mereka?

"Mending kita beli kado buat Lena yukk!!" Aice tersenyum girang, wajahnya ia buat seceria mungkin. Manda tersenyum begitupun Yuka, setelah itu mereka pergi meninggalkan restoran tersebut untuk mencari sesuatu untuk Lena nanti.

A/N : hampurakeun abdi karena belum bisa dapet cast si Alpha, mau rekom? Silahkan.

Eh btw mungkin di chapter selanjutnya banyak kejutan untuk kalian. Sabar aja ya ane pasti buat yang terbaik untuk kalyan:*

Salam sayang dari Maesaroh pecinta Bangtan:v

Follow ig
albericavano_
saylena.maymac

LENRIC [ALBERIC2]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن