Lima Puluh Tiga

6.6K 930 258
                                    

"Kalo itu mau kamu, aku ikhlas"

Jadi Chanyeol sudah ikhlas, mengikhlaskan gue untuk pergi dari hidupnya. Mungkin, memang sebenarnya itu juga yang diharapkan Chanyeol.

Gue terima apapun keputusan Chanyeol. Karena ini juga keputusan gue. Berat hati gue tak sebanding dengan kekecewaan gue terhadap Chanyeol.

"Hng?"

Chanyeol mengangguk dan menatap mata gue penuh arti, "Itukan yang kamu mau? Kamu mau pisah dari aku dan bawa Cayra? Kalo itu mau kamu, aku ikhlas, aku setuju" ucapnya.

Ucapannya membuat gue merasa sangat kejam terhadap dirinya. Padahal menurut gue ini sudah jalan terbaik untuk kita berdua. Kenapa Chanyeol sangat bisa membuat gue selalu merasa terbebani dengan rasa bersalah?

"A-ah, Oke"

"Tapi (yn), sampai detik ini aku masih menunggu penerimaan maaf dari kamu. Aku masih menunggu kesempatan kedua buat aku, walaupun aku tau itu nggak akan terjadi" ucap Chanyeol yang diakhiri senyuman mirisnya.

Gue terbelalak dengan sedikit membuka mulut gue, terkejut dengan apa yang diucapkan Chanyeol. Gue tidak bisa merespon apapun, hanya sesekali menggigit bibir bawah gue.

Chanyeol menarik nafas dalam dan berusaha menghembuskannya kasar, "But, all became like this because of my mistake. so I will accept whatever your decision" katanya sembari sedikit memberikan gue senyum simpulnya.

Lagi dan lagi, gue seperti wanita bodoh. Tidak merespon apapun terhadap ucapan-ucapan Chanyeol. Hanya bisa merasakan sesak di dada dan airmata yang berusaha mendorong untung keluar dari kelopak mata gue.

"Dan, apapun yang membuat kamu bahagia, aku juga bahagia. Walaupun bahagia kamu bukan karena aku" ucap Chanyeol yang semakin membuat dada gue seperti di himpit, sesak.

Gue sesekali menarik nafas yang menjadi tidak teratur, berusaha menahan airmata yang sedikit lagi akan tumpah dari kedua mata gue.

Chanyeol memegang bahu gue erat, kepalanya sedikit menunduk dan memejamkan kedua matanya untuk beberapa saat. Dirinya menghembuskan nafas kasar. "Aku selalu menunggu kamu berubah fikiran dan memberikan aku kesempatan kedua, (yn). Sampai kapanpun itu" katanya.

"Yeol..."

Suara gue tidak bisa terkontrol dengan baik, sedikit bergetar yang menandakan gue tidak bisa menahan semuanya lagi.

"Kamu udah terlalu baik sama aku, bahkan kamu sampai kasih aku pelajaran berharga di hidup aku. Pelajaran bahwa, tidak semua orang yang menyayangi kita secara tulus tidak akan mengecewakan kita" kata gue yang kali ini berhasil membuka suara untuk Chanyeol.

Chanyeol mengangguk dan melepaskan tangannya dari bahu gue. "Aku tau, kamu bener-bener kecewa sama aku. Tapi kamu juga harus tau, bahkan sebenernya aku nggak berniat melakukan itu. Tapi kamu tau nafsu? Nafsu yang bawa aku sejauh itu. Nabi punya nafsu, apalagi aku yang cuma manusia biasa" ucap Chanyeol dengan menekankan setiap katanya.

"Aku emang bodoh. Padahal kamu itu jauh dari dia, kamu lebih dari dia. Tapi aku nggak tau kenapa bisa ngelakuin itu. Disaat kamu masih bisa kasih aku kepuasan batin yang lebih dari yang dia kasih"

Chanyeol menarik nafasnya dalam dan berakhir menghembuskannya. "Aku cuma minta satu hal, maafin semua kesalahan aku walaupun kita nggak bisa bareng-bareng lagi" ucapnya.

"Yeol..."

"Aku yakin keputusan ini udah kamu fikirin mateng-mateng dan aku yakin ini keputusan terbaik kamu. Jadi aku bakalan terima. Maaf buat semuanya yang pernah aku lakuin, aku bener-bener berharap Tuhan bisa kasih kesempatan kedua buat aku" kata Chanyeol sedikit tersenyum dan berjalan meninggalkan gue yang masih tertegun disini.

Chanyeol as My HusbandOnde histórias criam vida. Descubra agora