Empat Puluh

7.1K 770 307
                                    

"(yn) sini dulu sini" kata Sehun yang menuntun gue untuk duduk di ruang keluarga. Gue masih mengerutkan dahi, tak mengerti.

Taeyeon, Irene, Krystal, juga menatap bingung sembari memberi kode kepada Sehun seakan bertanya, kenapa? Sehun menyuruh gue duduk di sofa, dan juga diikuti dirinya, Taeyeon, Irene, Kystal dan Chanyeol.

Lidah gue rasanya tercekat tak bisa mengeluarkan kata-kata. Gue sudah memaksanya namun gagal, tetap nggak bisa. "(yn)..." pekik Sehun menatap gue.

"I-iya?"

Tuhan tolong, ini bukan masalah kan? Gue sangat berharap ini bukan masalah, batin gue.

"I-ini anak siapa?" tanya gue pada Sehun dan juga Chanyeol yang sedang menggendong bayi kecil dengan kepala menunduk sama sekali tidak menatap gue.

Sehun menoleh ke arah Chanyeol, "Bang, mau gue yang ngomong atau l-" belum selesai Sehun bicara padanya, Chanyeol sudah menangis dihadapan gue.

Entah kenapa, gue seperti tahu kalau ini adalah masalah. Tapi gue nggak percaya dan sama sekali nggak percaya dengan apa yang gue lihat.

"(yn)... Hiks... M-ma-maaf" pekik Chanyeol. Gue mengerutkan dahi gue, "M-maaf kenapa?" tanya gue.

Tuhan, kenapa gue sebodoh ini. Udah jelas gue paham, Chanyeol pasti punya salah, kenapa gue masih nanya? Rasanya gue terlalu bodoh.

Tak ada jawaban dari Chanyeol membuat gue memekin namanya mempertegas, "Yeol!" kata gue.

"Hiks.. Hiks.."

Chanyeol benar-benar menangis dihadapan gue. Tanpa rasa gengsinya, dia meluapkan semua rasa penyesalannya.

"Jadi Bang Chan-"

"Hun, gue mau Chanyeol yang jelasin. Bisa kan?" kata gue ke Sehun saat mencoba Chanyeol menjelaskan semuanya. Tapi gue mau, penjelasan itu keluar dari mulut Chanyeol, bukan Sehun.

Taeyeon sudah merangkul gue dan mengelus punggung gue, "Sabar. Jangan emosi" katanya. Gue mengangguk mengerti.

"Yeol, mending jelasin" kata Irene yang kali ini membuka suara. Chanyeol menyeka airmatanya, dan menarik nafasnya panjang.

"(yn), m-maafin aku.. D-demi Tuhan, a-aku... Hiks.. Hiks.."

Ck, Rasanya kamu mau tempong Chanyeol pake bantal, kenapa sih ngomong harus patah-patah gitu? Nangis pula, biasanya gengsi.

Gue tak menghiraukannya, membiarkannya melanjutkan kata-katanya. "(yn), biar gue aja yang jelasin. Kasian Bang Chanyeol, dia nggak sanggup" kata Sehun.

Mendapati lampu hijau dari gue, karena tak ada jawaban. Dirinya langsung menarik nafas dalam-dalam.
"Ini, anaknya Bang Chanyeol.." ucap Sehun dengan nada paraunya menunjuk bayi yang ada didalam gendongan Chanyeol.

Bagai petir yang menggelegar disiang bolong, rasanya hati gue merunyam seperti dicengkeram kuat-kuat, sakit. Dan dada gue serasa sesak, tak kuat bernafas. Maksudnya apa, anak? Anak Chanyeol?

Gue mengerutkan dahi, sedangkan Taeyeon, Irene, dan Krystal terlonjak kaget. "A-anak? Maksud lo gimana, Hun?" tanya Taeyeon.

"Gini, Huft..." Sehun menghela nafasnya, seakan tak akan kuat untuk mengatakannya dengan gue.

"Iya, ini anak Bang Chanyeol" lanjut Sehun. Krystal berdecak sebal, "Iya gue tau Hun! Maksud kita tuh ya gimana?!" kata Krystal dengan nada tingginya.

Taeyeon menoleh ke arah Krystal. "Krys!" katanya mengingatkan nada bicaranya Krystal. Krystal hanya mendengus sebal.

"Hun, tapi gue mau Chanyeol yang jelasin, bisa?" tanya gue yang masih dengan sikap tenang. Entah, gue pun nggak tau kenapa bisa setenang ini padahal Sehun menyebut bayi itu anak Chanyeol.

Chanyeol as My HusbandDonde viven las historias. Descúbrelo ahora