Chanyeol Side pt.3

5.4K 736 369
                                    

Yang nggak kuat, gauasah baca yeu.

"Hari ini kamu mau ke Malang?" tanya (yn) yang membuat gue merasa bersalah karena lagi-lagi harus berbohong.

Gue mengangguk tersenyum, "Iya. Nggak papa kan dirumah?" tanya gue sembari mengelus puncak kepala malaikat tanpa sayap gue ini.

"Nggak papa dong" jawabnya memberikan cengiran khas nya yang membuat gue menarik tubuhnya kedalam pelukan gue.

Entah, saat gue memeluk dia, rasanya gue seperti akan mengecewakan dia nanti. Walaupun gue nggak akan tahu itu kapan.

"Jangan suka nonton drama korea ya! Awas aja kalo begadang melulu!" kata gue dengan mengacungkan jari telunjuk.

(yn) meletakkan tangannya di kening seraya hormat. "Siap pak bos!" katanya yang membuat gue tersenyum tapi hati gue sesak dibuatnya.

"Aku berangkat, ya?" kata gue yang langsung keluar rumah dan menancapkan gas mobil.

Tanpa (yn) tau, sebenarnya gue hanya pergi ke Bogor tempat dimana gue menyembunyikan Ryana, istri kedua gue.

Ya, gue dan Ryana sudah menikah beberapa bulan lalu saat dirinya dinyatakan hamil anak gue. Gue kaget hampir mati karena saat itu gue lagi tidur di kamar dengan (yn). Rasanya dunia gue saat itu terhenti.

Dan akhir-akhir ini, gue jadi sering berbohong pada (yn) tentang dinas gue di luar kota. Gue tahu kalau awalnya (yn) curiga, untung Sehun membantu gue meyakinkan (yn). Sehun mengetahui semuanya karena gue meminta dia menjadi saksi nikah pada saat itu.

Gue ke Bogor karena semalam Ryana bilang dia ada di rumah sakit karena sempat pingsan di kamar mandi. Gue dengan cepat dan mendadak, berbohong pada (yn).

"Ry, gimana?" tanya gue pada Ryana yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Ryana hanya di temani Bi Sarnah, pembantu rumah tangga yang gue sewa untuk membantu Ryana di Bogor.

Ryana tersenyum dan menggeleng lemah, "Nggak papa kok Mas" jawabnya dengan suara parau.

"Gimana apanya?! Kamu sampe di rumah sakit gini!" kata gue sedikit membentak dan mengusap wajah gusar.

Tangannya mengelus rambut gue, "I'am okay" katanya tersenyum. Gue berhambur memeluk tubuhnya. "Ry, aku cuma takut kamu kenapa-napa" kata gue yang mulai meneteskan airmata.

Kalo kalian bilang gue bangsat, emang. Walaupun Ryana hanya istri kedua dan simpanan tapi gue juga menyayangi dirinya.

Karena apa? Karena dia rela harus dikucilkan keluarganya bahkan sampai diusir karena ulah gue yang membuat dirinya seperti ini.

(yn) memang tersiksa, tapi Ryana jauh lebih tersiksa. Dia bahkan harus hamil tanpa adanya gue di hari-harinya, disaat dia ingin sesuatu dia nggak bisa dengan seenaknya menyuruh gue walaupun gue suaminya, saat tidur dia harus sendiri tanpa suaminya. Gue jahat bukan? Ya.

Sampai malam ini gue nggak bisa tidur. Bukan karena sedang berada di rumah sakit, tapi karena Ryana kontraksi hebat. Ryana pucat, dan sesekali menggigit ujung bawah bibirnya.

"M-mas.. Sshhh s-akit banget" katanya meringis. Gue hanya bisa mengangguk dan menggenggam tangannya erat.

Rasa sakit saat tangannya meremas kuat tangan gue, bukan apa-apa dibanding rasa sakitnya sekarang.

Tapi, saat Ryana berhasil melahirkan dirinya tak sadarkan diri. Gue bener-bener panik sejadi-jadinya. "Ry! Ryana, bangun Ry!" kata gue dengan menepuk-nepuk pipinya.

Dokter mencoba membantu membangunkan Ryana, tapi hasilnya nihil. "Waktu wafat pukul 10:52 malam" ucap dokter.

Rasanya jantung gue berhenti berdetak, hati gue sesak, dada gue seperti di rujam batu besar. "Ng-nggak kan dok?" tanya gue memastikan.

Chanyeol as My HusbandOnde histórias criam vida. Descubra agora