Tiga Puluh Enam

6.6K 727 87
                                    

Gue akhirnya berangkat ke Bandung tepat tengah malam. Awalnya Chanyeol nggak setuju, tapi dengan kekuatan sailor moon yang gue punya Chanyeol mengiyakan permintaan gue.

Di jalan sepi dan gelap, padahal gue baru aja memasuki tol. Anak-anak juga melanjutkan tidurnya dinkursi belakang. Gue, Chanyeol, maupun anak-anak semua masih pakai baju tidur dan hanya membawa beberapa pakaian saja.

"Jalanan sepi banget ya? Mudiknya pada kemaren sih" ucap Chanyeol membuka pembicaraan.

Gue mengangguk sembari sedikit menurunkan jok agar bisa bersandar. "Iya, sekarang mah arus mudik, yang" jawab gue dengan rebahan dan melipat tangan di depan dada.

"Anak-anak tidur ya?" tanya Chanyeol yang langsung menatap cermin diatas dashboard. Gue mengangguk, "Iya masih pada ngantuk kali" jawab gue.

Chanyeol menoleh ke arah gue, "Dingin yaaaa.." pekiknya sedikit menggidikkan badan. Gue menatapnya sebentar dan langsung merubah posisi AC mobil.

"Huft. Yaudah lah ya, emang nggak bakalan peka" ucap Chanyeol menghela nafasnya dan melanjutkan fokusnya ke jalanan.

Gue menatapnya dan mengernyitkan dahi, "Kenapa?" tanya gue. Sebenernya gue tahu maksud Chanyeol, tapi ngeledek dikit gapapa lah ya?

"Nggak!"

"Oh yaudah" jawab gue yang langsung memejamkan mata, menikmati suasana Chanyeol lagi ngambek. Dalam hati, gue ketawa puas.

Chanyeol berdecak, "Ck. Yang ih kamu mah.." pekiknya merengek.

"Kenapa sih?" tanya gue yang membuka mata menatapnya.

"Dingin!" jawabnya menyeru. Gue tertawa dan langsung menyandarkan kepala gue dipundaknya. Tangan gue melingkar, memeluk lengannya kirinya yang sibuk di stir kemudi.

Gue menoel pipinya gemas, "Ulu ulu, bayi raksasa aku ngambek. Sini sini peluk, dingin ya?" tanya gue sambil tertawa.

"Dingin nih, panasin dong" ucapnya menatap gue dengan senyuman yang, ah sulit ditafsirkan.

Gue mendecih dan melepaskan tangan gue dilengannya. "Ih... Tanda-tanda ini mah" kata gue sebal. Gue langsung menjauhkan diri darinya.

"Haha, tanda-tanda apa sih sayang?" tanyanya seakan tertawa meledek gue. Tapi gue diam tak menjawabnya.

"Aku dingin nih yang!"

"Selimutan sana, tuh ada di jok belakang" kata gue malas meladeni Chanyeol.

Chanyeol mendekatkan kepalanya ke gue dengan keadaan masih menyetir. "Chanyeol ih, ngapain sih? Sana ah jangan deket-deket" ucap gue seraya mendorong tubuhnya. Tapi nihil, Chanyeol sekarang berat banget.

"Haha nggak kuat kan?" ledeknya.

"Ck, Chanyeol ih jangan macem-macem ya! Awas aja!"

Tangan kiri Chanyeol berpindah dari stir kemudi kemudian ke paha mulus gue yang hanya terbalut celana tidur pendek. "Satu macem boleh nggak? Dingin nih, pengen yang anget-anget" ucapnya.

Dari nada bicaranya aja udah beda banget, gue udah paham deh kalo Chanyeol kayak gini.

"Enggak ya! Kalo mau yang anget berhenti, beli wedang sana!" pekik gue sebal.

"Ck, mana janjinya seminggu full ngeronda? Minta diangetin aja nolak!" tanya Chanyeol yang membuat pepatah senjata makan tuan cocok buat gue sekarang.

Gue menatapnya dan seketika menjadi gugup, "Y-ya tapikan ada anak-anak, Yeol"  jawab gue beralibi dan terbata-bata.

"Ya mereka kan tidur, liat tuh pules gitu"

Chanyeol as My HusbandWhere stories live. Discover now