Dua Puluh Delapan

6.9K 857 168
                                    

"Bunda nugget aku diambil Papa!" teriakan Cello membuat gue menghela nafas di dapur. Kalo kalian tau, gue bener-bener nggak mau ngeliat Chanyeol. Sampe sekarang pun gue sahur secara diam-diam di dapur.

Gue berjalan menghampiri Cello, "Nggak ada lagi. Bunda gorengin ya?" tanya gue. Cello cuma mengangguk.

"Bun, gorengin bakso salmon bun" kali ini Celine yang memesan sesuatu. Gue mengangguk dan langsung berjalan ke dapur.

Dan sekarang gue jadi merasakan kembali kalau gue itu hakikatnya ya pembantu mereka. Pembantu tetap pembantu, nggak bisa jadi istri ataupun Ibu dari orang kaya.

"Nih. Jangan kebanyakan makan saos!" perintah gue ke Celine dan juga Cello. Mereka hanya mengangguk dan memberikan cengirannya, karena baru aja gue ngomong mereka langsung nuang saos segunung.

Gue berdecak, "Ck. Nanti sakit perut jangan ngadu ke bunda ya!" titah gue lagi sebal. Sebenernya hanya mengancam.

"Ngadu ke Papa aja" ucap Chanyeol santai sambil menyuap nasi dari sendoknya. Gue beralih menatap Chanyeol dan langsung mengerutkan dahi menyipitkan mata tanda tak suka.

Gue berjalan ke kamar sambil menegak susu hamil yang ada di gelas yang gue pegang. Di dalam kamar, gue coba mencari ponselnya Chanyeol karena gue penasaran sama yang nelfon tadi. Gue awalnya cari di nakas, lemari, bawah bantal, tapi nihil. Sampe ada suara notifikasi ponsel gue langsung cari ternyata ada di kantong jaket Chanyeol yang di gantung jauh didekat kamar mandi.

Saat gue udah menemukan ponselnya, hati gue serasa teriris. Bahkan sekarang password ponselnya pun ganti bukan 2580 lagi. Gue menggigit bibir bawah gue menahan airmata gue yang berusaha keluar seiring dengan sesak di dada gue.

"Kamu ngapain?" tanya Chanyeol yang kini sudah berjalan menghampiri gue yang masih tertegun memegangi ponselnya.

Gue menoleh ke arah belakang dan langsung menyodorkan ponselnya, "Bukain!" ucap gue memerintah.

Gue menahan suara gue supaya nggak bergetar karena gue bener-bener mau nangis dan mau banget jewer kuping caplangnya sampe putus. "Ngapain?" tanyanya mengerutkan dahi.

"Ya emang aku nggak boleh buka hp kamu?" tanya gue yang rasa kesal, emosi, dan cemburunya sudah menjadi satu. Chanyeol nggak menjawab tapi mencoba mengambil ponsel hitamnya dari tangan gue.

Gue menepisnya, "Jari kamu aja sini!" ucap gue sembari menjauhkan ponselnya dari dia. Bisa bahaya kalo dia ambil ponsel ini dari tangan gue, bisa-bisa gue nggak akan tau apa aja didalam ponsel karena Chanyeol nggak akan ngeizinin.

"Ck. Password aja sini"

"Udah, jari kamu sini!!" ucap gue sebal dengan dada yang sudah berdebar-debar kencang.

Chanyeol berdecak sebal saat gue mencoba membuka ponselnya lagi dengan password lama yaitu 2580. Tapi lagi-lagi tulisan unlocked belum juga muncul membuat gue berdecak sebal.

"Siniin!"

Dan benar, Chanyeol merampas ponselnya dari tangan gue dan langsung berjalan ke arah luar kamar. "Chanyeol!" pekik gue sebal saat Chanyeol keluar kamar begitu aja.

Fikiran gue makin menjadi-jadi tentang semuanya, kenapa sih sama Chanyeol? Apa Chanyeol selingkuh dari gue? Apa Ryana itu.... Ah semakin gue berfikir ini-itu semakin dada gue sesak dan airmata gue memaksa keluar.

Gue menyeka airmata yang jatuh beberapa tetes dan langsung berjalan keluar mengikuti Chanyeol. Gue berjalan ke meja makan merapikan bekas sahur, sedangkan Chanyeol, Celine, dan Cello menonton Tv di ruang tengah.

Sampai waktu subuh tiba, gue siap-siap sholat subuh. Sama halnya juga Chanyeol dan anak-anak yang udah siap buat sholat berjamaah seperti biasanya. Bahkan puasa ini adalah puasa sebelum hari terakhir besok ramadhan, gue dan Chanyeol malah kayak gini. Bener-bener mau nangis aja gue rasanya.

Chanyeol as My Husbandحيث تعيش القصص. اكتشف الآن