Tiga Puluh Tiga

6.1K 852 142
                                    

"Aku mau ketemu Ryana" ucap gue yang masih berada dalam pelukan Chanyeol.

Chanyeol melepaskan pelukan dan merenggang, "Ketemu Ryana? Ngapain?" tanyanya.

"Ya lebaran, kalo kamu mau lebaran sama dia aku ikut" jawab gue. No, sebenernya gue bukan mau ketemu Ryana. Tapi gue cuma mau mastiin waktu dia bilang anter Ryana pulang karena rumahnya searah.

Chanyeol menggeleng, "Enggak lah ngapain. Paling juga halal bihalal dari kantor" jawabnya. Iya, udah 2 minggu semenjak puasa, Chanyeol diminta Joy buat jadi kepala bagian keuangan dan kerja setiap hari di kantor.

Dari cara bicaranya Chanyeol terkesan santai, mungkin emang bener semua yang dia jelasin tadi.

"Yaudah kalo gitu. Kapan-kapan aja" jawab gue. Chanyeol mengangguk mengerti dan mencium sekilas bibir gue sebelum melangkahkan kakinya berjalan mengarah ke luar kamar.

Di ruang tengah, udah banyak tamu-tamunya Mama Park, siapa lagi kalau bukan keluarga besar Chanyeol.

"Mas Alka, ini bunda aku!" tiba-tiba tangan kecil Cello menarik lengan gue dan memperkenalkan gue pada laki-laki dewasa di depannya.

Gue tersenyum dan sedikit menunduk, "Ini Arka, keponakan aku tinggalnya di Kalimantan pengusaha muda nih, yang" ucap Chanyeol yang tiba-tiba merangkul gue.

"Oh ini mba (yn)? Minal aidin wal faidzin ya mba"

"Hehe iya, minal aidin ya"

"Kapan nikah? Udah mapan juga lu" kata Chanyeol dengan santainya bertanya. Arka cuma memberikan cengiran dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Nunggu anak lo 3 deh bang, haha" jawabnya.

Chanyeol mengelus perut gue lembut, "Oke. 8 bulan lagi gue tunggu!" jawabnya yang membuat Arka menganga. "Anjir cepet banget buset!" jawabnya kaget.

"Ya iyalah, ngapain lama-lama. Selagi ada yang bisa dipake? Daripada lo jajan diluar" jawab Chanyeol yang langsung dapat cubitan dari gue di pinggangnya.

Chanyeol meringis kesakitan, "Ada anaknya! Kalo ngomong dijaga kenapa!" ucap gue sebal.

"Tau nih mba, omelin aja lah haha" sambung Arka meledek Chanyeol dengan tawa yang terbahak-bahak.

Gue mendengus sebal dan langsung meninggalkan Chanyeol dan membawa Cello menjauh dari obrolan dewasa. "Cello mau emam?" tanya gue.

"Mau ketupat sama opol ayam!" jawabnya dengan semangat empat limanya. Gue mengangguk dan terkekeh. "Kakak Celine panggil gih, mau emam nggak, tanya gitu" suruh gue.

Cello mengangguk dan langsung berlari ke arah Celine. Gue mengambil satu ketupat dan opor ayam buat Cello. Dan ada wanita paruh baya menghampiri gue yang sedang memotong ketupat.

"Aduh, Park menantumu ini?"

Mama Park menghampiri gue, "Iya Bi, menantu aku" jawab nya yang membuat gue tersenyum lebar.

"Ya cocok deh, sayang sama anak-anak" jawab wanita paruh baya didepan gue. Mama Park tersenyum dan langsung mengelus punggung gue, "Belum kenal dia Bi. Baru pertama kali ketemu keluarga besar kita" jawab Mama Park.

Gue terkekeh dan mengangguk, "Kenal beberapa aja ya, karena waktu nikahan dateng? Nini mah enggak dateng" ucap wanita di depan gue.

"Ini Bibi nya Mama, Chanyeol manggilnya Ma Nini" ucap Mama Park memperkenalkan wanita tersebut kepada gue.

"Oh iya, hehe. Aku juga panggil Ma Nini nih ya?" tanya gue.

"Panggil Yuni Sara juga boleh" jawabnya yang membuat gue juga Mama Park tertawa terbahak-bahak.

-Chanyeol as My Husband-

Sampai malam tamu Mama Park nggak ada hentinya, mulai temen kerjanya dulu, tetangga, keluarga jauh, dan masih banyak lagi. Dan gue juga ikut kualahan menyambut tamu bareng Kak Yoora.

"Pegel ya?" tanya Chanyeol yang menghampiri gue di balkon atas rumah Mama Park.

Gue menoleh ke arahnya yang sedanh tersenyum manis. "Enggak kok, dikit doang" jawab gue yang juga menyunggingkan senyuman.

Chanyeol duduk di kursi rotan di sampingnya, "Sini deh" pintanya sambil menepuk bagian kursi satunya.

Gue dengan segenap hati mengikuti permintaan Chanyeol untuk duduk di kursi kosong satunya. "Kenapa?" tanya gue.

"Emang kalo aku pengen ngobrol berduaan aja, harus ditanya kenapa?" tanyanya yang menbuat gue menunjukkan deretan gigir gue, "Hehe nggak sih" kata gue.

Chanyeol terkekeh dan menghela nafasnya seakan menghilangkan semua beban di dirinya. "Bunda...?" suara deep Chanyeol membuat jantung gue berdebar.

"Hmm?"

"Kalo nanti aku udah nggak sama kamu, aku cuma minta satu sama Tuhan. Aku mau kamu terus bahagia, kapanpun dan dimanapun" ucapnya dengan pandangan masih lurus ke arah langit yang gelap.

Gue menoleh ke arahnya dan mengernyitkan dahi tak mengerti, "Kamu ngomong apa sih?" tanya gue.

"Ya kan nggak selamanya kita bareng-bareng. Umur mah nggak ada yang tau, entah aku atau pun kamu atau bahkan anak-anak duluan. Perpisahan itu pasti ada, Bun" jelasnya.

"Ya aku tau tapikan-"

"Kamu tau nggak, aku selalu bilang sama Tuhan sebelum aku nikahin kamu" kata Chanyeol memotong ucapan gue.

Sebenernya sebel juga, tapi gue juga mau tau apa yang Chanyeol ucapin, "Bilang apa?" tanya gue.

"Aku selalu bilang. Kalau dia bukan jodohku, jauhkan, tapi kalau emang dia jodohku dan bisa jadi Ibu dari semua anakku dekatkan" jawabnya yang diakhiri senyuman manisnya.

Gue seperti orang bodoh yang tak bisa melakukan apa-apa. Tersentuh dengan ucapan Chanyeol, membuat lidah gue kaku tak bisa mengeluarkan satu katapun.

"Dan ternyata Tuhan kasih kamu buat aku. Aku seneng (yn), punya kamu yang sayang sama aku dan juga anak-anak. Aku selalu berdoa supaya nggak pernah kecewain kamu, tapi ternyata aku selalu bikin kamu kecewa" lanjutnya dengan senyuma mirisnya.

Gue nggak kuat untuk tidak mengeluarkan airmata, maaf gue orangnya emang se-mellow itu. "Tuhkan, baru aku bilang aja, aku udah bikin kamu nangis" ucapnya yang langsung menarik wajah gue dan menyeka airmata gue.

"Chanyeol, kamu kenapa sih?! Udah ah nggak lucu tau!" pekik gue sebal. Tangan Chanyeol masih berada di wajah gue, menyeka satu persatu tetesan airmata yang jatuh dari pelupuk mata gue.

Chanyeol memegang kedua tangan gue erat, "Aku udah berusaha semaksimal mungkin, sebisa aku, buat enggak ngecewain kamu. Tapi kayaknya nggak bisa, sampai nanti aku bakalan terus ngecewain kamu"

"Chanyeol ih! Masih lebaran!"

Chanyeol terkekeh mendengar dengusan sebal gue terhadapnya, "Justru itu sayang, aku mau minta maaf atas semua kesalahan-kesalahan aku" ucapnya.

"Udah aku maafin, semuanyaa!" jawab gue dengan hebohnya.

"Bunda, sini peluk!"

Chanyeol sudah merentangkan kedua tangannya melebar, tak menolak gue langsung berhambur kedalam pelukannya. Baru sehari gue nggak dalam pelukan Chanyeol, rasanya udah kayak 100 hari nggak ketemu Chanyeol, kangen.

Bibir Chanyeol sudah menyentuh kening gue, menciumnya hangat. "I love you, you're my favorite place to go to when my mind search for peace"




Yaudah udah baikan nih.
Baikan, baikan, baikan. Semoga nggak ada konflik ye wkwk.
Yah tp gaseru kalo nggak ada konflik mah. Pengen yang dahsyat ah konfliknya wkwk

And then, thanks for 50k reads woah! Thank u so much buat kalian yang udah baca. I love u fulled buat yang vote dan komen🙏🙏🙏🙏🙏

Chanyeol as My HusbandWhere stories live. Discover now