Part 35: Tim Sandra Versus Srayuda

Zacznij od początku
                                    

"Kak Julio menghadapi makhluk-makhluk semacam ini???" tanya Sandra heran.

"Dan lagi ... itu ... setara dengan ledakan api Sandra," kata Putra, "Bahkan air pun bisa menciptakan ledakan."

Jay tertawa dan membully murid-muridnya, "Meski ukuran airnya kecil, tapi tekanannya cukup kuat dan putarannya sesuai. Waktu kelas fisika kalian pasti tidur ya? Yang niat dong!!!"

"HEI!!!!" kata Marcell yang membalik tubuhnya menghadap ke Jay, "Aku bisa menjelaskan Hukum Kirchoff, Hukum Coulomb, Hukum Faraday ..."

"AWAS!!!" kata Putra yang berlari dan mendorong Marcell. Sebuah tombak air besar melewati atas mereka. Diikuti puluhan anak panah yang melesat cepat.

Marcell menepuk bahu Putra setelah aksi penyelamatannya. Mereka berdua segera bergulung menghindari pohon yang roboh. Tekanan air kali ini lebih kuat hingga mampu merobohkan pohon. Bisa dibayangkan jika tubuh manusia yang dihantam oleh air barusan. Mungkin tulang-tulangnya bisa remuk. Sekarang Marcell dan dua temannya berjalan ke cekungan sungai. Persis seperti taktik Julio dan timnya tadi.

"Jangan banyak bicara. Kalian ada di medan tempur. Bukan sedang belajar kelompok di kelas. Sampai kapan kalian begini terus? Padahal kalian sudah mendengarkan saran dari Adel tentang serangan area," kata Jay.

"Sepertinya memang harus begitu, ya?" kata Sandra. Mereka mulai berdiskusi sambil menyerang dan bertahan sebisanya. Total baru tiga belas Srayuda yang berhasil mereka bunuh.

"Ya memang begitu. Kau mau membunuh srayuda satu per satu? Kau terlalu rajin!" kata Marcell, "Itu sama saja menyelesaikan studi kasus akuntansi atau perhitungan ekonomi tanpa menggunakan kalkulator!"

"Masalahnya kita belum bisa merumuskan bagaimana serangan area yang efektif," kata Sandra.

"Gunakan slower. Aku tadi kepikiran itu. Tapi aku ragu apakah kita bisa bertahan lama jika aku harus bermeditasi terlebih dahulu untuk mengumpulkan energi," usul Putra.

"Aku punya strategi bertahan yang efektif. Silahkan bermeditasi, Putra!!" kata Sandra. Percaya dengan perkataan Sandra, Putra duduk bersila dan menyandarkan punggungnya.

"Apa yang akan ..." kata Marcell yang langsung terhenti melihat aksi Sandra.

Sandra membakar semua tumbuhan yang digunakan oleh para srayuda untuk bersembunyi. Semak-semak, pepohonan, bunga, rumput dan semuanya terbakar oleh api Sandra. Api yang dikeluarkan Sandra bukan api biasa, melainkan api yang mampu menjalar cepat ke berbagai area. Dalam waktu beberapa menit saja, setengah dari medan tempur terbakar api. Asap hitam menyebar lalu menutupi penglihatan dan membuat pedih mata para srayuda. Entah panah dan sihir mereka melesat ke mana. Efeknya tidak hanya ke mata saja tapi juga ke pernafasan. Beberapa dari mereka malah terbatuk-batuk. Bahkan tak sedikit dari mereka yang terbakar. Lumayan untuk menghambat gerak maju para srayuda. Para penyihir dan manipulator air srayuda sibuk memadamkan api Sandra. Inilah teknik yang biasa digunakan oleh para pengendali api yang bernama firewall.

"Aku tak pernah melihatmu ... tak kusangka kau bisa melakukan hal seperti ini," kata Marcell.

"Pertama, selama ini, misi kita berada di perkotaan. Mana mungkin aku membakar area dimana manusia tinggal? Kedua, meskipun misi kita di hutan belantara atau sawah atau tempat yang memiliki tanaman banyak, aku belum bisa memadamkan api sepenuhnya. Bagaimana jika apinya menjalar tanpa bisa kukendalikan?" kata Sandra, "Bisa-bisa aku diprotes aktivis lingkungan dan jadi tersangka pembakaran hutan."

"Lalu sekarang, mentang-mentang hanya latihan? Kau bebas membakar semuanya?"

"Begitulah. Jarang-jarang aku bisa all out begini."

"Abunya banyak juga, ya?"

"Yap. Seandainya sekarang aku bisa memanipulasi abu."

"Ayo kita mulai 'Slower'nya," kata Putra, "Pejamkan mata kalian!!"

Slower adalah serangan area yang dipelajari Sandra dan timnya dari beberapa manipulator senior. Kombinasi ini cukup berhasil untuk menghadapi kecepatan para hantu. Namun apakah berhasil untuk menghadapi hewan-hewan mitologi? Putra menciptakan sebuah bola cahaya dari tangan dan melemparkan bola itu ke langit. Sebuah cahaya kuat yang cukup membutakan semua penglihatan para srayuda. Semuanya putih. Para srayuda menjerit dan menutupi matanya. Cahaya barusan menahan laju para srayuda. Serangan di mulai.

"Let's rock!" kata Marcell tapi langsung mulai duduk bermeditasi.

"Panggang mereka yang ada di depanmu, Sandra!!" teriak Putra, "Aku akan mengurus sisi kanan dan kiri."

Sandra mengkonsentrasikan pikirannya ke firewall. Semua firewall yang apinya mulai padam kini malah kembali membara. Lidah api meliuk-liuk semakin tinggi. Membakar para srayuda yang berada di depan Sandra dan memaksa beberapa dari mereka mundur. Barisan mereka kacau karena harus mundur dengan kebutaan sesaat. Ditambah lagi, bola-bola api Sandra yang tidak hanya membakar tapi juga meledak.

Para srayuda tidak bisa apa-apa selain kabur kesana kemari tanpa bisa memantau. Penglihatan mereka hanya ada warna putih saja. Dengan kata lain, penglihatan mereka tidak berfungsi untuk sementara. Mereka hanya bisa menjauh dari suhu panas sebisa mungkin dan beberapa dari mereka menggelamkan diri di perairan. Manuver para srayuda berubah dari serangan menjadi kepanikan. Panik agar bisa melarikan diri dari kebakaran besar. Mau membidik pun tidak bisa. Mereka mengandalkan srayuda-srayuda baru yang muncul dari perairan. Teknik slower lebih dari yang diharapkan. Tidak hanya menghambat laju tapi juga malah memukul mundur.

"Aku membunuh lima belas!!" kata Putra, "Total sudah empat puluh satu!"

"Lumayan," kata Sandra, "Aku membakar dua empat. Berarti total enam puluh lima."

"Marcell, sepertinya sudah waktunya kau beraksi!" kata Putra.

Marcell berdiri dari meditasinya dengan tangan yang diselimuti oleh listrik biru. Setelah Putra mengeluarkan cahaya lagi untuk mengacaukan penglihatan para srayuda yang baru muncul. Marcell lalu berlari ke sungai terdekat dan mencelupkan tangannya yang berlistrik. Semua tahu hasilnya. Enam belas srayuda yang berdiri di sungai tersengat hingga tewas.

"Delapan puluh enam!!" teriak Marcell. Yang mengulangi caranya lagi di sisi yang berlawanan. Hasilnya tidak jauh beda dan kini totalnya seratus empat.

Formasi mereka kini merapat dan saling memunggungi. Sehingga mereka bisa menyerang dan bertahan di semua sisi. Dengan formasi itu mereka berhasil membunuh hingga seratus dua puluh empat. Tapi karena merasa di atas angin, mereka bertiga lengah karena terlambat menghindari sebuah pusaran air bertekanan kuat dari atas dan menghantam tepat di titik tengah formasi. Mereka terlempar ke segala arah.

Serangan barusan cukup mengejutkan dan membuat pusing. Bahkan berhasil membunuh Sandra. Kini, tinggal Marcell dan Putra. Mereka cukup susah untuk bangkit. Di saat itu, giliran mereka yang diserbu oleh para srayuda. Mereka berdua bertahan dan menyerang sebisanya. Kini totalnya mencapai seratus tiga puluh dua. Bagian terburuknya, punggung Putra terkena panah beracun dan lima menit kemudian dia roboh. Kini tinggal Marcell. Tahu bahwa dirinya akan mati, Marcell menggunakan semua energi yang tersisa untuk menciptakan listrik merah. Dengan langkah yang nekat, dia maju dan berhasil menghancurkan delapan tubuh srayuda. Marcell langsung pingsan.

"Empat ... belas ... persen!!!" kata Marcell sebelum mati.

Julio and Black UnicornOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz