"Loh Mama sama Papa udah dateng?" Laki-laki itu mencium punggung tangan orangtuanya dan mertuanya.

Kini pandangan Seina terpaku pada Arga, ia berusaha meminta penjelasan mengenai kedatangan orangtua mereka di sini.

"Ga, ini kenapa istri kamu belum siap-siap? Kamu belum kasih tau dia?" tanya Wina.

Seina yang semula sudah menatap sang Mama dengan reflek kembali menatap Arga, menuntut penjelasan.

"Loh? Kamu gak bilang apa-apa sama aku 'kan, Sayang?" Seina menekan nada bicaranya di kata sayang.

"Oh iya aku lupa bilang. Mereka mau ngajak kita makan malam di luar, Sayang," ujar Arga selagi tangannya bergerak merengkuh pinggang Seina.

"Sekarang ayo kamu siap-siap dulu, mandi, biar dedeknya juga seger!" Arga merangkul Seina, membawa Seina masuk ke dalam kamar.

Sedangkan Wina, Heri, Dani dan Wulan terlihat begitu bahagia saat melihat keluarga kecil anaknya. Mereka benar-benar tidak bisa membayangkan jika anak Arga dan Seina lahir nanti. Anak dalam kandungan yang sebeneranya tidak pernah ada.

...

Setelah berdebat cukup lama di dalam kamar, akhirnya Seina dan Arga kembali keluar, sudah sangat siap untuk pergi makan malam keluarga hari ini.

Sebenarnya ada beberapa pertanyaan di kepala Seina, kenapa tiba-tiba mereka mengadakan makan malam bersama? Tapi sepertinya pertanyaan itu harus ia simpan lebih dulu atau justru ia sudah tau jawabannya? Untuk memperat tali silaturahmi? Entahlah.

Setelah adzan magrib, mereka semua keluar dari apartment Arga dan Seina, pergi menuju sebuah restoran yang ada di dalam salah satu mall di tengah kota yang sudah Dani reservasi sejak siang hari.

"Papa udah reservasi tempatnya," ujar Dani setelah mereka masuk ke dalam mall.

"Astaga Papa niat banget. Aga kaget siang tadi tiba-tiba Papa nelpon buat ajak dinner," sahut Arga.

Laki-laki itu nampak begitu santai berjalan sambil merangkul pinggang Seina, berbeda dengan Seina yang mengutuk Arga karena tingkahnya ini.

"Gak usah rangkul-rangkul," bisik Seina selagi tangannya berusaha melepaskan rangkulan Arga dari pinggangnya.

"Ini ada orangtua kita. Akting kita harus meyakinkan," balas Arga ikut berbisik. Bukannya melepaskan rangkulannya, Arga semakin mempererat.

"Lagian lo juga pasti seneng yakan gue rangkul begini?" bisik Arga lagi.

"Dedeknya juga pasti seneng." Tangan Arga yang bebas bergerak mengusap perut buncit--silikon, milik Seina.

Karena perlakuan Arga, Seina hanya bisa menggeram.

***

"Gimana enak kan makanannya? Aga sama Sei pernah makan di sana?" tanya Dani.

Kini jam sudah menunjukan pukul 10 malam, dan mereka semua baru keluar dari dalam restoran setelah orangtua mereka melihat Seina beberapa kali menguap.

"Next time kita makan di sana lagi, Dan," sahut Heri--Papa Seina.

"Jelas. Tapi setelah anak Aga sama Sei lahir kayaknya lebih seru. Iya kan, Ga?" Dani merangkul pundak putranya, menepuk-nepuk pelan.

Arga kikuk. Ia yang tak tau harus menjawab apa hanya bisa mengangguk sungkan dan tersenyum.

"Pa, ayolah jalannya dipercepat, biar cepet sampai parkiran, biar Sei bisa istirahat di dalam mobil," ujar Wina pada Heri.

"Sei udah ngantuk banget yah? Bumil bawaannya emang cepet ngantuk sih," sahut Wulan.

Kini Seina hanya terdiam. Ia tidak tau harus merespon apa, ia benar-benar mengantuk tapi bukan karena faktor hamil seperti yang mertuanya bilang.

"Biar Aga tuntun, Sei. Kalian jalan duluan aja." Arga yang juga kurang merasa nyaman dengan kedua orangtua mereka pun akhirnya berinisiatif untuk membiarkan mereka jalan lebih dulu.

Tangan Arga bergerak merangkul Seina, tersenyum manis saat orangtua dan mertuanya melirik ke arahnya.

"Lo beneran ngantuk banget, Ja? Dasar Manja! Biasanya juga jam segini lo masih cengar-cengir pegang hape," bisik Arga.

"Bacot lo ah! Gue gak nyaman ini sama perutnya, engap banget deh. Mana kesel juga chat gue belum dibales-bales sama Gavin," sahut Seina.

Mendengar itu, Arga berdecak, "Paling pacar lo lagi jalan sama selingkuhannya."

"Brengsek lo, Gar!" seru Seina.

Gadis itu berusaha tak acuh dengan Arga, saat merasa langkah kedua orangtuanya dan mertuanya sudah jauh di depan sana, Sein melepas rangkulan Arga, ia berusaha berjalan lebih dulu mendahului Arga selagj matanya terus menjelajah seisi mall yang ia lewati.

"Ah shit ... Gavin?"

---Hari ini double update, aku baik gak?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

---
Hari ini double update, aku baik gak?

Saat dapet komen "ceritanya bertele-tele" aku jadi termotivasi buat segera menamatkan cerita ini 😁

Instagram:
(at)ashintyas
(at)oreovanila.story
(at)arga_dimitra
(at)seina_alexandra

Serang, 15 Juli 2018

Love,
Agnes

Musuh Tapi Menikah? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now