35

811 72 2
                                    

Alasan?
Alasan itu menguap atau yang sebenarnya, memang tidak pernah ada?
Mereka menanyakan, mengapa aku jatuh hati padamu, Aldi.

♡♡♡

Aku mengumpulkan kertas ulangan dadakan yang dibuat oleh Bu Denok dengan perasaan riang. Bukannya mengeluh seperti sebagian siswa lelaki disini. Sementara yang sudah selesai bisa menikmati jam istirahat lebih awal.

"Alda. Tolong besok kamu bawa Fotocopy Kartu keluarga sebanyak tiga rangkap. Nanti letakkan di meja saya!" Titah Bu Denok sembari melihat jawaban dari ulanganku.

"Baik bu." Aku mengangguk sambil tersenyum. "Semakin hari, perkembangan nilai kamu terus meningkat. Kembangkan! Siapa tahu kamu bisa lolos SNMPTN." Tambah Bu Denok lagi. Oh, jangan lupakan raut datarnya.

"Aamiin, Terimakasih bu." Bu Denok hanya mengangguk dan aku langsung pamit keluar. Tujuan utamaku yaitu kantin.

Sesaat perasaanku membaik. Walaupun masih sedikit kesal jika mengingat insiden pagi tadi. Dimana Aldi hanya diam saja melihatku diseret, malah memberi jalan untuk mempermudah seretan Affan terhadapku.

"Pak, batagornya satu porsi makan sini nggak pakai kubis ya? Sama es teh nya ini, Alda ngambil satu."

"Siap neng."

Aku mencari tempat duduk bagian pinggir barisan kiri. Memudahkanku kembali jika nanti mulai ramai, sehingga tidak perlu berdesakan. Aku mengucap terimakasih sesaat setelah pesananku datang.

Aku memakannya dengan khidmat, tidak membawa smartphoneku sama sekali. Tidak menginginkan ketenangan yang kuciptakan terganggu. Yah, walaupun aku tidak yakin ada yang menghubungiku.

Aku mendengar suara pergerakan dihadapanku. Aku memandang lurus, sedetik kemudian aku memutar bola mata malas melihat siapa yang duduk dihadapanku. Affan. Dia sudah menyelesaikan ulangannya.

"Kayak jelangkung aja." Gumamku mengejeknya. Aku bersyukur karena Affan mendengarnya.

"Ini kan tempat umum, boleh-boleh aja dong duduk disini." Affan mengedikkan bahu, aku menaikkan sebelah alis.

Ternyata Affan emang geblek!

"Emang siapa yang nglarang lo sih?" Aku tersenyum penuh kemenangan menatap Affan. Yang ditatap seperti itu malah mendengus.

Keheningan timbul disekitar kami, aku memilih melanjutkan makanku membiarkan Affan saja yang memulai percakapan ini.

"Lo nggak makan?" Aku yang tidak tahan, segera bertanya untuk memecah keheningan ini. Dengan Aldi aku bisa tenang jika hening, kenapa tidak dengan Affan? Eh, kenapa aku membandingkan mereka? Jelas saja tidak sama.

"Udah kenyang."

Aku mengangguk tidak bertanya lagi, dan terus melanjutkan makanku. Tapi, kenapa aku merasa Affan memperhatikanku-memandangku-?

Huh, Affan memang memandangi semua cewek.

"Alda.."

"Ya?" Aku menatap Affan masih dengan mengunyah.

"Bener yang Aldi bilang tadi, kalian udah pacaran?"

Aku terdiam sebentar, "Iya."

"Kemarin, siapa yang beresin buku-buku gue?"

Aku terdiam sejenak. Kurasa memang tidak ada salahnya aku jujur. "Ica."

Affan tertawa pelan, "Udah gue duga."

Aku menatap Affan sepenuhnya, apa maksud Affan, Ica memang terbiasa melakukan hal seperti itu? Aku menjadi semakin penasaran, bagaimana hubungan mereka sebelumnya. Lebih tepatnya sejak mereka SMP.

Semu [Completed]Where stories live. Discover now