01

3.7K 187 10
                                    

Aku belajar memahami bahwa jika Tuhan memberi awal, maka Tuhan juga yang memberi akhir.

♡♡♡

Aku menggeliat tidak nyaman karena cahaya yang menembus mataku yang tengah terpejam, sangat terang. Ditambah guncangan kuat pada bahuku yang membuat tubuhku terasa semakin pegal. Tidurku belum memuaskan, astaga.

Rasanya, baru satu menit lalu aku tertidur, sekarang sudah dibangunkan dengan paksa. Aku meregangkan punggung serta tanganku. Saat kurasakan nikmat pada otot-ototku, aku malah merasakan cipratan air di wajahku. Aku terjungkal kaget menerima serangan itu.

"Dasar kamu ya kebo!! Ya ampun Alda Alda, kamu itu anak perawan harusnya bangunnya lebih pagi!!!!"

Pagi hari yang indah ketika bangun tidur. Bukannya mendapati pangeran tampan yang siap memberi sejuta kebahagiaan, tetapi malah mendapati ibu-ibu galak yang bawelnya tidak karuan yang siap memberi omelan.

Aku menyipitkan mata memperhatikan Mama yang kini mengatur nafasnya.
"Tumben Mama olahraga pagi, sampai airnya disembur ke aku." Aku mendengus membersihkan air pada wajahku.

"Kamu itu! Mama bangunin kamu dari setengah jam lalu, sampai kempot sendiri!!!" Aku mendelik mendengar ucapan mama.

"Cepetan mandi. Kamu udah telat!"

"Salah siapa pindah rumah lagi? Baru aja sekolah setahun di Bogor, suruh pindah lagi ke Bandung. Nanggung banget, udah mau lulus juga." Aku cemberut menatap mama.

Mama menghela napas sebentar sebelum beebicara dengan lembut, "Alda, kita harus ikutin kata-kata papa, ini juga buat kebaikan kamu dan kita." Mama menatapku lembut, berusaha membuatku mengerti tentang keputusan Papa yang meminta kami ikut pindah ke Bandung karena tuntutan pekerjaan. Mengerti apa? Aku tidak mengerti apa-apa.

"Percuma Papa nyuruh ikut pindah tapi nggak pulang juga. Cih, Bang Toyyib."

"Itu mulut pengen Mama obok-obok beneran. Nggak boleh kayak gitu!" Mama menatap tajam padaku.

Memang yang kukatakan salah?

Memang seperti itu kenyataannya. Walaupun kami ikut pindah karena pekerjaan Papa yang membuat kami ikut, disamping itu papa memang jarang ada dirumah. Tepatnya jarang pulang. Itu yang membuatku kesal ketika lagi-lagi kami malah diminta ikut pindah. Kalau kupikir, sebenarnya kami tidak perlu pindah juga.

"Iya iya. Alda mandi nih!" Ujarku malas. Lalu turun dari ranjang, melangkah dengan gontai menuju kamar mandi.

"Lupa sesuatu?" Aku berhenti melangkah, kemudian berbalik menatap Mama. Aku mencoba mengingat ingat, lupa sesuatu tentang apa?

Oh, aku ingat!

"Alda sayang mama." Aku memberi cium jauh pada Mama sembari terkikik geli. "Mama sayang banget sama Alda." Ucap Mama tersenyum lembut.

Senyum yang sampai kini selalu melemahkanku. Membuatku selalu menuruti apa kata Mama. Senyum andalan Mama untuk melumpuhkanku. Senyum lembut penuh kasih dari seorang Ibu.

***

Aku menuruni tangga dengan langkah gontai, masih setengah mengantuk. Aku menyipitkan mata untuk melihat Mama yang tengah menyiapkan bekal untukku.
"Nggak sempet sarapan ya Ma?"

"Nggak, 30 menit lagi kamu masuk!" Mama tidak menatapku masih fokus pada apa yang tengah dikerjakannya.

"Kamu makan dimobil aja, Mama yang anter ke Sekolah." Ucap mama yang sekarang menghampiriku, mengelus rambutku lembut dan menyodorkan bekal yang dibuatnya kepadaku.

Aku menerimanya lalu memasukkan kedalam tas paling depan yang memang dikhususkan untuk wadah bekal.
"Makasih Mama cantik." Ucapku mencium pipinya. Mama tersenyum geli.

"Halah, ayo berangkat!" Aku mengangguk malas.

Sesungguhnya aku sangat malas ketika pindah sekolah untuk-terhitung- ketiga kalinya sejak waktu SMP. Mulai masa perkenalan, pencarian teman yang kebanyakan membuatku jengah karena tidak ada kecocokkan, materi yang harus kuserap secepat mungkin agar tidak tertinggal. Sungguh itu membuatku malas.

****

Sampailah aku di depan gerbang sekolah baruku. Gerbang sekolahnya menjulang tinggi ditambah bangunannya yang kokoh dan lingkungan yang asri menambah nilai plus pada sekolah ini. Sekolah ini hijau dan rindang, banyak slogan dan motivasi, visi dan misi, juga tata tertib sekolah yang diletakkan ditempatnya masing-masing.

Aku yakin jika sekolah ini yang memilihkan adalah Papa. Yah, aku tahu Papalah yang terbaik akan hal seperti ini. Baiklah, mungkin aku akan menyukai sekolah baruku ini.

Aku menoleh pada Mama, "Alda turun dulu ya!" Aku meraih punggung tangan Mama menciumnya. Aku menyengir lebar pada Mama yang mencium pipiku.

"Jangan lipat lengan seragamnya. Jangan jadi begundal lagi!" Mama melotot tajam padaku, mengerti sekali.

Aku tersenyum lebar seakan-akan tidak merasa bersalah sama sekali.
"Semoga aja." Aku mencium pipi Mama lalu bergegas turun, mengabaikan Mama yang mendengus. Aku melambaikan tangan pada Mama yang akan melajukan mobilnya.

Setelah melaju, aku berbalik menatap tulisan ukiran nama sekolah ini yang dibuat sangat indah berbahan dasar kayu.

SMA GEMILANG

Mungkin saja banyak anak yang otaknya encer disini, makanya dinamakan Gemilang? Kalau diri sendiri, ya cukuplah.

Aku menghela nafas memasuki sekolah baruku. Berharap mendapat sesuatu yang menyenangkan disini.

"Semangat Alda, lo udah jalan sampai sekarang dan lo gak pernah boleh atau sekadar berpikir untuk berhenti." Aku menyemangati diriku sendiri. Lalu berjalan mencari ruang Tata Usaha.

Aku harus bisa mengubah diriku. Aku pernah mendengar, Jika seseorang bisa memulai awal yang baik, maka seseorang juga akan mendapat akhir yang baik.

___________________

Terimakasih yang mau menyempatkan membaca sesuatu yang amburadul ini. 😂

Saya harap mau menyempatkan vote dan comment nya yaaa😊

Ig : novitas33

Follow ig aku juga ya. Hehe

Semu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang