02

2.4K 144 4
                                    

Selama seseorang masih punya hati
Aku yakin,
Ia mampu menaklukkan keangkuhannya sendiri.

♡♡♡

Aku melangkah menyusuri tiap bangunan sekolah ini dengan teliti mulai dari taman sekolah, ,,koridor, ruang guru juga perpustakaan.

Baru saja aku dari Ruang Tata Usaha untuk mengisi formulir data diri serta kelengkapan pelunasan biaya daftar ulang, dari sana aku mengetahui kalau aku akan masuk dikelas XII IPS 3. Entah dimana kelas itu.
Aku meneliti tiap detail sekolah ini agar sewaktu-waktu tidak tersesat.

Sebenarnya sekolah ini berbentuk persegi seperti sekolah pada umumnya, luas dan berlantai dua. Fasilitas yang ada juga memadai, dari kelas ber AC, LCD proyektor, papan tulis kaca, whiteboard, serta kelas yang nyaman dan bersih.

Kegiatanku memindai sedikit buyar. Aku mendongak mendapati beberapa siswa-siswi yang berada dilantai dua melihat kearahku serta berbisik-bisik. Ada yang tersenyum lebar, mengernyit kasihan ataupun menyeringai dengan binar.

"Anak baru tuh, pasti kejadian lagi." Samar-samar kudengar seorang peŕrempuan bersuara disekitarku. Aku mengabaikannya, sekarang aku sedang berada dilapangan basket sekolah, ketika aku hendak berbalik untuk bertanya kelasku dimana, waktu seolah berlalu dengan begitu cepat.

Ketika sadar aku justru terpekik kesakitan, jatuh tersungkur kedepan dengan posisi menelungkup karena punggungku terasa didorong?

Masih dalam posisi menelungkup kesakitan, aku berbalik melihat siapa yang telah mencelakaiku dihari pertama. Aku bersumpah, bahwa itu adalah dorongan bukannya tidak sengaja terdorong.
Disana, aku menatap tajam pada dua orang pemuda. Dibelakang sana, Ada pemuda berambut berantakan dan tinggi dengan seragam yang semrawut tersenyum miring kearahku.

Sudah kubilang, ini pasti hal yang disengaja.

Dan yang kini ada dihadapanku, pemuda yang berambut acak-acakkan pula, seragam tertata namun atribut tidak lengkap sedang menatapku, tersenyum meremehkan. Seorang pemuda yang dapat dikategorikan tampan yang rambutnya acak-acakan ini mengulurkan tangan kearahku dengan gaya pahlawan. Sedang teman dibelakangnya itu tengah tersenyum miring kearahku sambil bersidekap.

Brengsek.!

Aku menatap uluran tangan itu datar, tidak berminat menggubrisnya sama sekali. Aku memaksa bangkit sembari menahan rasa sakit di lututku. Aku menatap mereka bertiga tajam. Melaser mereka dengan tatapan yang mungkin saja dapat membuat mereka hangus dalam sekejap.

Aku menyeringai, "Thanks ya, gue baru sadar kalo cowok banci itu masih ada di muka bumi ini." Aku menatap mereka datar. Kemudian melanjutkan, "Sayangnya gue udah kedaftar jadi murid disekolah ini. Andai bukan, udah pasti memalukan banget bersekolah disini dengan murid-murid yang minim moralitas." Tekanku dingin.

Astaga, andai aku tahu bahwa disekolah ini terdapat murid-murid yang minim menyerap pendidikan kewarganegaraan, sudah pasti aku menolak mentah-mentah bersekolah disini. Belum lagi, sepertinya adegan seperti inilah yang dijadikan ajang-ajang menyenangkan daripada menimba pelajaran. Memiliki banyak dukungan.

"Wow, songong juga nih anak baru. Siapa lo? Anaknya ketua HAM?!" Seru cowok dibelakang itu. Aku mengepalkan tangan. Benar-benar ingin kusumpal mulutnya.

"Untung bohay Jos. Yah, songong- songong ada nilai plus nya" Seru cowok berambut acak dihadapanku, dia memajukan wajahnya "dikit." lalu menyeringai. cowok didepanku ini tengah menatapku terang-terangan dari atas sampai kebawah lalu keatas lagi. Kurang ajar!

Semu [Completed]Where stories live. Discover now