16

836 72 0
                                    

Kata hati mengatakan kamu itu bagian dari dia. 

♡♡♡

Istirahat ke dua kali ini aku menyusuri kelas demi kelas, tetapi hanya satu tujuanku, yaitu kelas 11 Ipa 1. Aku tetap menatap lurus sesekali melirik sekitar. Saat aku memandang deretan kelas Ipa, tiba-tiba jantungku berdetak tidak karuan, ada desir aneh yang menjalar di hatiku. Membuatku tidak nyaman.

Aku menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, hanya agar tidak terlalu gugup. Aku juga heran dengan diriku sendiri, kemana keberanian yang selalu ku junjung dimanapun aku berada?

Aku mengetuk pintu saat sudah sampai didepan kelas Aldi, ya kelas Aldi.

Aku tersenyum tipis saat melihat seorang lelaki sawo matang berparas manis menghampiriku.

"Nyari siapa?" Tanyanya ramah sesampainya dia di depanku.

"Hm, Aldi nya ada?"

"Oh Aldi, tadi dia pergi ke taman belakang sehabis dari BK." Aku terdiam, lalu tersenyum.

"Oke, makasih ya."

Ketika aku berbalik ingin segera beranjak, tiba-tiba cowok itu memanggilku membuatku berbalik menatapnya.

"Nama lo siapa?" Aku menaikkan kedua alisku. Ah, malas sekali. Aku menghela nafas pelan.

"Alda."

"Gue Sandi. Lo pacarnya Aldi ya?" Tanyanya hati-hati, tetapi berhasil membuatku membelalakkan mata. Aku pacar Aldi? Siapa yang mau berpacaran dengannya? Ganteng sih, tetapi membuat sakit. Entahlah, bagaimana aku bisa berspekulasi seperti itu.

Aku menatapnya datar, "bukan."

Cowok itu manggut-manggut terlihat tidak percaya dengan jawabanku. "Kalau gitu, boleh gue minta nomor lo?"

Si Sandi itu tersenyum manis dan mengangkat dagunya percaya diri. Aku menatapnya aneh seakan dia tengah meminta angin padaku. Sedetik kemudian aku tertawa renyah pada Sandi.

"Lo lucu deh." Setelah berucap demikian aku segera pergi meninggalkannya sambil menggeleng gelengkan kepala. Aku bisa merasakan kalau dia tengah menatap bingung kearahku.

Mana ada ya yang seperti itu? Huh, kalau saja aku tidak mati rasa, aku akan mau-mau saja dan menambah predikat seperti Anya 'penikmat cogan' .

Sebentar, mati rasa? Aku tidak yakin akan hal itu. Semenjak bertemu pertama kali pada Aldi yang memberi sapu tangan itu, perasaan yang dulu kumiliki hanya khusus untuk dia kembali lagi. Perasaan hangat. Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya, ada perasaan tidak merasa resah atau jengkel.

Sekali lagi aku berbalik menatap Sandi yang kini tengah mengaca pada layar Handphone nya. Aku tertawa kecil, disini banyak cowok aneh.

*******

Aku menetralisir degup jantung yang tiba-tiba membuncah saat melihat Aldi duduk di kursi panjang, menyenderkan punggung sambil memejamkan mata.

Cowok muda yang tampan. Astaga, wajahnya bahkan terlihat bersinar. Padahal matahari tepat berada diatas kepala. Ya tidak tepat juga. Karena hal itu dapat terjadi ketika di Akhirat nanti. Eh?

Cuaca memang terik, walaupun ada pohon di dekat bangku itu. Namun, kalau ini bayangannya mengarah pada arah sebaliknya, bukannya melindungi Aldi dengan keteduhan.

Aku berjalan pelan menghampirinya. Apa Aldi sedang berjemur? Aku lebih mendekat kearahnya, berdiri tepat di depan nya. Aldi masih memejamkan mata. Aku menghalau sinar matahari yang menyinarinya. Ternyata ada keringat menetes di sekitar pelipisnya.

Semu [Completed]Where stories live. Discover now