06

1.7K 107 3
                                    

Dulu sekali,  tidak ada yang dapat kulakukan selain memandangimu.
Tetapi apalagi? Aku tidak bisa melakukannya lagi kini, saat aku tahu kamu memilih pergi.

♡♡♡

"Aldaa Pulaangg!" Aku sedikit berteriak ketika masuk kedalam rumah, akan tetapi yang kudapati hanyalah kekosongan belaka.

Aku melangkah mencari Mama kedapur tapi juga tidak ada siapapun disana. Aku kembali mencari Mama dikamarnya, kamarnya tidak dikunci. Aku masuk, tetapi juga tidak ada Mama disana dikamar mandi pun tak luput dari pencarianku.

Sudahlah, mungkin Mama keluar berbelanja atau keluar dengan teman-temannya. Whatever. 

Aku ingin beranjak dari kamar Mama, tapi pandanganku justru terpusat pada pigura yang terbalik dimeja rias Mama, aku melangkah hendak mengambil benda itu, lalu membalikkan dan melihat foto dua orang wanita dan dua orang pria dengan seragam SMA.

Aku mengetahui salah dua dari mereka adalah Lisa mamaku dan Surya papaku. Dan dua lainnya adalah pria berwajah manis dengan mata sipit serta senyum yang manis. Dan gadis disamping mama itu berkacamata bundar dengan senyum ceria terlukis di bibirnya.
Mungkin mereka berempat adalah seorang sahabat.

"Mama sama Papa keren juga dari jaman muda." Aku terkekeh geli dengan ucapanku.

Didalam rumah atau bersama papa dan mama, maka aku akan dengan senang hati memperlihatkan ekspresi dari diriku yang sebenarnya, tetapi tidak dengan dunia luar.

Kiranya, orang lain melihat aku sedang mencoba memusuhi takdir. Walupun, tidak pernah bisa. Karena itu sama dengan memusuhi Tuhanku.

Aku hanya berlaku tidak adil dengan ekspresiku sendiri dari dalam ke dunia luar.

Aku mengembalikan pigura ketempat semula dan aku melihat ternyata ada secarik kertas yang terlipat dibelakang pigura itu terjatuh. Aku mengambilnya lalu hendak membukanya sebelum suara dering di ponselku menghentikan sejenak niatku.

Aku meletakkan kertas itu kembali ditempatnya. Selipan dibelakang foto lalu membuka ponselku. Oh ternyata hanya notifikasi dari WhatsApp. Aku mengedikkan bahu lalu keluar dari kamar mama. Melupakan kertas itu.

******

"Laper.." Aku menggerutu sembari berjalan ke dapur mencari makanan yang dapat kumakan, tapi tidak ada masakan jadi yang dapat kumakan. Hanya bahan mentah dan segala macam sayuran bertengger rapi didalam kulkas.
Mataku tertumbuk pada memo kecil yang ditempelkan dikulkas dengan tulisan mama.

Alda, makannya mama taruh di lemari makan. Mama sayang Alda.

Aku menghela nafas, bukannya senang karena hajat untuk segera makan terpenuhi, aku malah merasa mood untuk makan menguap begitu saja. Lalu, senyum cerah terbit dibibirku. aku kan tidak malas untuk menyemil coklat ataupun es krim.
Aku mengambil rompi panjang serba guna dikamar. lalu mengambil sepeda untuk pergi ke mini market.

Aku menikmati udara sore hari ini, di area perumahan ini. Lingkungannya memang masih asri, karena pengelolanya selalu memberi penyuluhan terhadap warganya untuk menanam pohon dilahan-lahan terbuka.

Aku keluar dari area perumahan, sebenarnya ada yang berjualan disekitar perumahan, tapi hari ini aku ingin keluar dari zona nyaman itu.

Sesampainya, aku masuk ke dalam minimarket setelah memarkirkan sepeda. "Kok pengen borong ya?" Aku terkekeh dengan ucapanku sendiri, kebiasaan jika menemukan banyak makanan.

Aku membeli tiga bungkus snack ukuran jumbo dengan rasa berbeda dan meraup coklat batangan, memperbanyak stok cemilan di kamar lalu berjalan membeli es krim. Aku memilih varian rasa vanilla dan coklat. Disana aku menemukan satu yang tersisa, rasa favoritku. Choco Lava.

Semu [Completed]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora