Prolog

7.4K 276 5
                                    

Aku memejamkan mata dengan sangat erat, kian erat seolah apa yang tengah ku alami saat ini adalah mimpi dengan jurang tak berujung. Mimpi yang mengharuskanku memejamkan mata agar tidak lagi melihat betapa buruknya diriku, kehidupanku.

Disisi lain, Aku menyadari betapa dingin dan bergetarnya tanganku yang kini tengah digenggam oleh seseorang, tubuhku yang didekap oleh seseorang. Seseorang yang memelukku dengan erat saat ini, berusaha menenangkan dan memberikan penyaluran keamanan melalui dekapannya. Akan tetapi gagal.

Bukan keamanan yang kudapatkan. Melainkan bertambahnya ketakutan.

Aku menangis dalam dekapannya, duduk dikursi belakang mobil. Sesaat, kepalaku tengadah, mencoba meronta menyadarkan sang pengemudi, kalau yang dilakukannya saat ini adalah kesalahan. Kesalahan besar.

Mencoba membunuh diri sendiri, mengikutsertakan anaknya?
Ya, Lisa 'Mamaku' seseorang yang sudah
melahirkan dan membesarkanku sedang mencoba membunuh dirinya sendiri. Bukan, tapi kami.

Menangis keras dengan penampilan yang jauh dari kata baik, mengemudi mobil dengan amat sangat kencang. Padahal kami bertiga baru saja pulang dari starbucks. Tempat berkumpul tiap akhir pekan, seharusnya kebahagiaanlah yang kami peroleh. Tetapi tidak.

Karena suatu insiden, menjadikan segalanya berubah, bahkan setelah ini mungkin segalanya tidak akan sama lagi.

"MAMA SADAR, ALDA MOHON MA!" Aku berteriak kencang, berusaha menyadarkan Mama yang kini sedang menangis histeris.

"MAMA CAPEK ALDA, MAMA CAPEK DIPERMALUKAN SAMA PAPA KAMU SETIAP HARI!!!" Mama balas berteriak sembari mencengkeram erat rambutnya dengan sebelah tangan. Wajahnya merah dan matanya sembab karena air mata yang mengalir deras dipipinya.

"PELAN PELAN!! INI BAHAYA TANTE LISA.  TOLONG PIKIRKAN ALDA!" Dia berteriak kencang, aku tahu ada ketakutan yang amat besar dalam suaranya.

Aku mendongak menatapnya yang kini juga tengah menatapku. Matanya berkaca-kaca membuatku tak kuasa untuk tidak menangis lebih keras lagi. Aku ingin menenangkannya seperti yang biasa kulakukan saat dia sedang khawatir.

Namun, aku tidak bisa menenangkannya saat aku juga merasa khawatir setengah mati.

Kurasakan dia mencium puncak kepalaku dalam seolah menyadarkan kalau setelah ini kami memang tidak akan bertemu kembali. Selamanya.

"Aku cinta kamu Revalda Nesya, sangat cinta kamu. Kamu akan baik-baik saja. Aku janji." Dia mencium puncak kepalaku berulang kali. Aku kembali menangis dengan keras ditengah situasi seperti ini. Memintanya untuk tidak menyiksaku lebih dari ketakutan ini. Bagaimana bisa aku hidup tanpa ditemani olehnya?

Lalu, dia mengecup keningku lembut dan kembali memelukku dengan erat. Baru saja aku ingin membalas ucapannya, tetapi kudengar Mama menjerit begitu kencang.

Ttiiinn

Bbrraaakk

Selepas itu, Aku dapat merasakan hantaman pada bagian body mobil sebelah kanan, menghantam pembatas jalan setelah membanting stir karena menghindari kontainer yang melaju kencang dari arah yang berlawanan. Kejadiannya sangat cepat sampai mobil yang kami tunggangi terguling ke sisi kiri dan memasuki jurang, terjungkal.

Aku merasakan sengatan luar biasa pada bagian kepalaku, hanya kepala.
Karena anggota tubuhku yang lain tengah dilindunginya dari segala hantaman yang dapat mengenaiku. Melalui pelukannya.

Rasanya waktu berhenti sepersekian detik setelah mobil berhenti berguling. Samar-samar aku melihat asap di sekitar kami. Kepalaku pening dengan seluruh badan yang terasa nyeri. Aku terbatuk, kurasakan cairan kental merah pekat yang keluar dari mulut dan hidungku, juga cairan serupa yang menetes di wajahku, darah.

Aku membuka mataku selebarnya. Melihat dia terkulai dengan wajah penuh darah begitu pula hampir seluruh tubuhnya. Tidak ada bagian tubuhnya yang tidak terluka. Semua kaca mobil pecah, bebatuan merengsek kedalam mobil kami bahkan ada yang masuk.

Orang yang tengah berlumuran darah diwajahnya itu tersenyum lemah-namun tetap menunjukkan kharismanya- telah melindungiku dan menepati janjinya.

Tuhan, bolehkah aku mengulang segalanya dari awal?

Dengan keras usaha akibat kepalaku yang nyeri, Aku menolehkan kepalaku ke kiri, sungguh rasanya sangat sakit. Seluruh tubuhku tidak dapat bergerak. Tapi, disana aku melihat Mama dengan wajah yang hampir sama-dengan seseorang disisiku- dan anggota tubuhnya yang terjepit kemudi, tampak tidak merasakan apapun selain mata yang terpejam tenang.

Sekarang, aku benar-benar luruh lemas. Bukan hanya badanku yang hancur tetapi juga hatiku.
"Ma-ma.. Mama. Bangun Ma." Ujarku sangat lirih karena himpitan yang menyesakkan dada. Merampas seluruh oksigen disekitarku.

Tetapi tidak ada jawaban. Tidak ada jawaban sama sekali dari mulut mungil Mama. Mulut yang selalu berbicara panjang lebar itu kini benar-benar terkatup rapat. Membisukan dari panggilan senduku.

"Be-bertahan Alda." Ujar lirih seseorang yang kini masih melindungiku dalam pelukannya. Aku menoleh pelan. Demi Tuhan, aku melihatnya menangis, air mata yang bercampur dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya.

"Alda.. Demi Nama Tuhan, A-aku cinta kamu. Sa-sangat mencintai ka-kamu." Pernyataan yang dilontarkan dengan amat lirih, bergetar dan pilu olehnya yang mencium dahiku, yang terkulai lemas memelukku. Yang mencintaiku dengan menepati janjinya. Yang mencintaiku hingga napas terakhirnya.

Aku menangis histeris mendengarnya, begitu teganya,
Bahkan setelah ucapan cinta yang terucap dari bibir tipisnya, dia langsung memejamkan mata erat. Sangat erat.

Tidak mempertimbangkan untuk menunggu jawabanku. Jawaban yang selalu dinanti olehnya tiap waktu.

Aku membalas pelukannya kian erat. Rapuh.
Dari dulu kami memang sangat rapuh. Rapuh untuk bersama dan rapuh untuk mencintai. Kami terlalu rapuh untuk bertahan.

Lalu, siapa yang akan menyelamatkan kami?

Ya Tuhan, haruskah hidupku berlanjut setelah ini?

Sungguh, Harusnya aku tidak perlu khawatir, karena pada dasarnya semua yang hidup akan mati. Semua akan kembali pada-Nya.

"A-aku-"

Sepertinya takdir memang melarangku, bahkan sampai saat ini aku tidak pernah mengucapkannya sampai kegelapan benar-benar merenggutku.

Aku tidak mengucapkannya.

__________________

Hehe, sebelumnya saya ingatkan kembali kalau cerita saya diakun sebelumnya yang berjudul "My Prince In Dream" sudah SUDAH TIDAK BERLAKU KEMBALI.

Karena Wattpad saya Error dan segalanya HILANG SUDAH. jadi saya berusaha membuat cerita lagi, sama seperti My Prince In Dream tetapi judul alur dan penokohan serta dialognya saya buat berbeda.

Cerita ini hanya memiliki satu sudut pandang "aku" jadi nggak ada POV lain selain "aku" 😂

Mblibet bener dahhhhh😂

Dan yang saya mohonkan . Jangan lupa vote dan comment nya 😁

Terimakasih.

Benar-benar penulis amatir yang membutuhkan tuntutan serta ilmu dari para readers😂😂

Follow juga Ig aku yaaaa :)

Ig : novitas33

Semu [Completed]Where stories live. Discover now