17

839 67 1
                                    

Jujur itu pekara mudah, namun kelu di lidah

♡♡♡

Sore hari ini masih terasa panas, pertengahan musim kemarau membuat matahari gencar menghujami Bogor dengan terik menyengatnya, ditambah sedikit nya pepohonan di pinggir jalan akibat penebangan membuat udara semakin rusuh.

Jalanan di sekitar sekolah juga masih terlihat padat, maklum baru beberapa menit lalu bel pulang sekolah berbunyi. Aku menoleh kanan dan kiri menunggu jemputan dengan raut masam, karena sedari tadi tidak juga datang.

Aku menunduk, terbesit rasa resah saat memikirkan kejadian tadi. Apa Aldi itu orang suruhan dia? Dia memberitahu pada Aldi peristiwa-peristiwa masa lalu dan meminta Aldi untuk menghiburku?

Tapi untuk apa? Untuk menebus rasa bersalah kah? Kenapa bukan dia sendiri saja yang datang? Sialan, kalau memang Aldi hanya orang suruhan.

Aku memang kecewa akan masa lalu, tapi aku berharap hanya dia yang membantuku dan menuntun untuk aku berjalan kembali menghadap masa depan. Bukan seperti ini, aku bangkit tapi sendiri.

Aku mendongak pada sumber suara. Dengan menyipitkan mata aku melihat siapa seseorang yang baru saja menglakson. Akhirnya kaca penumpang dibuka seketika aku tersenyum lebar pada seseorang yang tengah menjemputku.

Surya, papaku.

"Nggak mau masuk nih?" Papa tersenyum menggodaku, membuatku terkekeh.

Aku membuka pintu dan duduk dengan benar setelah aku menjabat tangan papa. Sungguh aku senang, jarang sekali papa bisa menyempatkan waktunya untuk menjemputku. Yang terpenting adalah, papa akan membelanjakanku. Aku bersorak dalam hati.

"Kok papa yang jemput?" Mobil sudah melaju, membelah keramaian jalan.

"Harusnya yang jemput pacar?" Papa kembali menggoda, aku memutar kedua bola mataku malas. Aku mengabaikan ucapan papa.

"Pa, beli coklat ya nanti!" Aku merengek manja pada papa, tawa kecilnya terdengar sampai telingaku.

"Jangan makan coklat, ompong nanti kamu. Nggak ada yang mau cium kamu nanti." Aku melotot mencerna ucapan papa. Aku semakin merengek kesal, lagi membuat papa tergelak.

"Iya, nanti papa beliin." Aku bersorak senang. Inilah papa, awalnya memang menjengkelkan, tetapi akhirnya mau menuruti keinginan anak.

Untuk apa dompet tebal kalau tidak dimanfaatkan isinya. Aku tertawa dalam hati.

"Udah makan?"

"Belum. Jajannya bosenin." Bohong, waktu istirahat pertama, selera makan menghilang karena kedatangan Joshua dan waktu istirahat kedua, memenuhi kebutuhan makan juga tidak sempat karena terlalu penasaran dan sedikit khawatir.

********

Aku memindai tempat ini, ternyata papa  membawaku ke cafe sekitar kompleks Permai Indah. Aku berbinar ketika melihat suasana cafe ini, cafe nya sejuk karena ada pohon buatan di sekitar kasir serta gantungan bunga-bunga di langit-langit ditambah dengan suasana hangat memenuhi cafe ini.

"Pesan sana."

Aku melambaikan tangan pada pelayan cafe. "Silahkan, pesan apa tuan dan nona?" Pelayan wanita tersebut menyodorkan buku menu padaku dan papa.

"Saya nasi goreng spesial, choco cake sama ice cappuchino. Papa apa?"

"Kopi pahit saja."

"Baik saya ulangi, nasi goreng spesial, choco cake, ice cappuchino dan kopi pahit?" Papa mengangguk dan wanita tersebut meninggalkan kami untuk menunggu pesanan.

Semu [Completed]Where stories live. Discover now