27

738 66 1
                                    

Aku bisa meraih angan sesuka hatiku, karena aku berkeinginan menggapainya,
Namun kamu, banyak sekali yang harus kupertimbangkan untuk menggapaimu.

♡♡♡

Aku menenggelamkan wajahku diatas kedua tangan yang kulipat diatas meja, aku menyembunyikan wajahku bukan karena tidur ataupun menangis, tapi aku sedang menyembunyikan senyumanku agar tidak diketahui orang.

Aku tidak tahu kenapa bibir ini tidak dapat berhenti melengkung keatas setelah semalam. Sampai mama bahkan terus tanya ini dan itu tentang Aldi, aku tidak tahu banyak. Hanya nama panggilan, sekolah, kelas dan cerita masa kecilnya. Mungkin lain kali aku akan bertanya.

Dooorrrr

Aku terlonjak kaget sambil menyentuh dada karena mendengar suara debrakan keras pada mejaku, aku melotot kearah Anya dan Ica yang tertawa keras melihat ekspresiku. Bagaimana tidak, aku sangat terkejut.

"Wah kurang ajar lo berdua, untung jantung masih aman." Ujarku sengit pada mereka.

Anya dan Ica bertatapan sebentar, seperti heran. Seolah dapat membaca pikiran masing-masing, mereka serempak mengangguk.

"Tumben lo nggak marah sambil masang muka-" Anya menunjukkan ekspresi tajam, aku mengerutkan kening.

"Dan tumben juga lo nggak marah sambil masang muka-" Kini giliran Ica menunjukkan ekspresi datar padaku.

Oh, aku paham maksud mereka. Aku tertawa kecil, mereka malah semakin heran melihatku. Kini Anya dan Ica duduk dibangku mereka sambil menatapku meminta penjelasan.

"Emang kalian suka, gue pasang wajah kayak gitu. Bukannya cantik kayak gini ya?" Entah setan darimana mendorongku untuk menampilkan senyum menggoda dan mengedipkan sebelah mata pada mereka.

Anya dan Ica melotot hebat, kemudian raut Anya berubah menjadi panik.
"Sumpah gue nggak bohong, Alda kesurupan. Alda kesurupan sumpah."

Anya mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya sambil menunjukku dan melotot panik pada Ica. Ica hanya memandangku aneh, aku tertawa.

"Tuh anak kesurupan beneran." Ica tertawa setelah mengucapkannya.

Kenapa mereka tidak percaya kalau aku bisa tertawa dan tersenyum sesering ini.

"Kenapa nggak percaya banget sih?"

"Aneh aja. Dari awal lo kaku banget, cuek. Sekarang?" Ica menahan pertanyaannya. "Atau ini semua gara-gara Aldi?" Tanya Ica kemudian.

Aku menahan nafas, "Kenapa Aldi terus sih?" Aku berpura-berpura merengut, walaupun dalam hati membenarkannya pertanyaannya.

"Bisa diliat kali, dari mulai lo deket sama Aldi, lo sering senyum, gue jarang banget sekarang liat muka tembok lo. Emang bagus sih, tapi kita penasaran, beneran Aldi yang merubah lo?"

Sepertinya, kondisinya benar-benar tidak memungkinkanku untuk lolos. Kalau aku sudah percaya, pasti rasanya akan begitu mudah untuk bercerita. Mungkin memang ini waktunya,

Aku melihat jam dinding, masih menunjukkan pukul 06.27. Aku menghela nafas, "Gue bingung mau cerita dari mana." Ucapku pelan.

Semu [Completed]Where stories live. Discover now