12

1K 79 1
                                    

Selama ada aku, manfaatkan diriku sebaik-baiknya. Peluk aku dan bersandarlah.

♡♡♡

Aku masih setia menunduk dengan keheningan yang cukup menyebalkan menurutku. Setidaknya lebih baik aku segera melangkah pergi dari pada harus duduk manis seperti yang kulakukan saat ini.

Bukannya aku tak menyadari, tetapi memang aku sengaja mengabaikan tatapannya yang belum dialihkan dariku sedari tadi. Kurasa cowok disampingku ini juga mengamati bagaimana caraku bernafas. Aku memejamkan mata, lalu aku menoleh padanya yang ternyata sesuai dugaanku dia sudah melihat kearahku.

"Tuh jaketnya kan udah," Aku menunjuk jaket yang ada ditangannya dengan dagu. "Bentar lagi kan juga masuk, gue duluan ya?"

"Kenapa? Gak mau deket-deket gue ya?" Jawabnya mengalihkan pandangan kedepan. Aku terkejut dengan pertanyaannya.

Kalau aku tidak mau dekat dengannya aku pasti akan menolak mentah-mentah ajakannya untuk ke bangku taman belakang sekolah, tempat di mana dia juga melemparkan sapu tangan itu. Yah, walaupun ada benarnya juga kalau setelah jaket itu kembali aku tidak mau lagi berdekatan dengannya.

Aku menghela nafas, "Bukannya gitu, habis ini bel masuk bunyi." Aku melihat jam tanganku, menghitung jam masuk kelas dan membelalak, "Dua menit lagi masuk!" Seruku. Aku berdiri dari gazebo. Namun saat aku benar-benar ingin meninggalkannya, aku merasakan kalau jari-jari tangan kananku dicekal olehnya.

Deg

Aku memandang kosong, debarnya menggila bahkan desiran aneh di hatiku tak luput juga kurasakan. Tiba-tiba aku merasakan pusing dan sengatan nyeri dihatiku secara bersamaan. Aku menoleh kearahnya yang menatapku teduh, aku melihat matanya yang terbersit kerinduan disana, lagi.

Aku menautkan alis. Kenapa segalanya terasa berputar-putar dan putarannya selalu mengarah kemasa lalu? Kenapa masa lalu masih mengikutiku bahkan setia membelengguku?

"Nanti jamkos full." Ucapnya santai melepas jari-jari tanganku. Lalu menopangkan kedua tangannya kebelakang sambil menjulurkan kakinya ke tanah. Kuperhatikan dia yang menggeleng samar kemudian menghela nafas, seperti ingin membuang sedikit saja beban dipundaknya, tetapi tak sampai untuk melakukan.

"Terus?"

"Gue mau lo disini dulu!" Pintanya menatapku, kali ini tak lupa mengikutsertakan senyum manisnya.

"Ngapain?" Aku berusaha berujar seketus mungkin, melipat tanganku didepan dada.

"Ya ngapain gitu?" Aldi mengedikkan bahunya. Aku menggeram tertahan, keinginan untuk mencabik wajah santainya jauh lebih besar daripada keinginanku untuk membunuh nyamuk yang menggigit tengkukku saat ini.

"Yaudah, gue pergi aja!" Aku berbalik, melangkahkan kaki kiriku. Dan lagi-lagi jari-jari tanganku dicekal oleh Aldi, bukan pergelangan tangan.

Sialan

Ternyata baru kusadari, berada didekatnya itu menyakitiku, hatiku.

Bagaimana tidak, didekatnya itu membuatku seperti berulang kali dilemparkan kemasa lalu. Jurangnya belati. Dan aku harus menahan ringisan, karena goresan tak berdarah dihati.

Aku bernafas pelan-pelan, mengeraskan hati, menatapnya datar. "Ish lepasin, modus lo kakek-kakek!" Aku menghentakkan tangannya dari jariku.

Yang dipelototi habis-habisan malah tertawa kecil. "Kita cocok kalau gitu!"

"Ha?"

"Lo nya mau gue modusin, gue kakeknya lo neneknya. Pasangan bahagia sampai tua." Aldi tertawa manis setelah berucap demikian. Aku mentapnya aneh seakan Aldi orang yang kehilangan fungsi sarafnya.

Semu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang