JDS-43

1.5K 43 4
                                    

Kau bayangkan saja sekarang aku tanpamu, apakah aku kuat atau tidak. Sedangkan kau menyuruh ku agar tetap tersenyum disaat hatiku pilu karna kau tinggalkan

_JinggaBrovi

Pemakaman yang awalnya sepi sekarang ramai dipadati anak sekolah yang ingin memberikan doa nya kepad Samudra Pratama. Bergantian yang datang dan yang pergi, mereka memakai baju hitam dan ada juga yang memakai baju putih, sekolah telah diliburkan dan sekolah kembali dengan peringkat selanjutnya di sepuluh hari yang akan datang.

Tak sedikit yang tidak menangis, rata-rata teman Samudra yang menjenguknya pasti menangis, Samudra sosok siswa berprestasi dan juga idaman para cewek di sekolahan nya. Tak sedikit pula guru yang datang ikut memberi doa dan bela sungkawa.

Tapi tidak ada hati yang remuk selain hati keluarga Samudra, Samudra adalah anak satu-satunya dari Vita dan Afdal, setelah itu Vita dan Afdal tidak diizinkan tuhan untuk memiliki anak kembali.

Satu persatu orang pergi pulang karena sudah siap mendoa kan sahabatnya. Namun ada satu orang yang sedari tadi tidak mau pulang dan tidak mau beranjak dari tempat peristirahatan terakhir milik Samudra.

Ia memakai baju, hijab dan rok berwarna hitam dengan kaca mata gelap menghiasi matanya. Bukannya ingin bergaya, namun kacamata tersebut adalah untuk menutupi mata nya yang sembab dikarenakan tidak tidur dan nangis.

Jingga Brovi, ia lah yang masih setia duduk disana. Ia tidak menangis lagi, wajah nya sudah pucat dan mata nya sudah sembab, hidung nya sudah memerah, pakaian nya pun sudah berlumuran tanah. Beberapa kali Vanila, Fatiah, Angel dan Venus mengajaknya pulang, namun ia hanya menjawab. "Duluan aja, gue mau tenangin diri disini dulu."

Vanila, Fatiah, Angel, Venus dan keempat sahabat Samudra tetap setia menunggu Jingga jauh dari makam Samudra, tepatnya disebuah tenda yang memang tidak berpemilik disana, mereka semua khawatir karena Jingga yang belum makan dari pagi dan juga ia yang pucat.

Jingga memandangi nisan yang bertuliskan Samudra Pratama tersebut. Ia mengelus pelan nisan tersebut, air mata nya keluar kembali. Ia tersenyum kepada batu nisan tersebut lalu menghapus air mata nya.

"Sam, kamu tenang ya disana."

"Aku pasti nurutin mau kamu buat tetap naikin peringkat aku dikelas dan bisa ngalahin Venus dalam pelajaran."

"Maaf mata aku sembab, aku gak ngejaga amanah kamu."

Jingga tersenyum lebar namun matanya tetap mengeluarkan tetes air mata. "Aku udah senyum kan Am? Aku gabakalan nangis lagi."

"Aku akan jaga senyuman ku."

"Bagus dong." Ucap seseorang dibelakang Jingga, Jingga berbalik memastikan orang yang menyambung ucapan nya, dengan cepat ia menghapus air mata nya.

"Bang Gerry." Ucap nya lirih, Jingga baru teringat bahwa dari sekian banyak teman Samudra cuma Gerry yang tidak dilihatnya.

"Lo kuat, Ga. Adek gue pasti kuat." Gerry mendekati Jingga lantas memeluknya erat.

"Jingga kuat bang." Balas Jingga.

"Sekarang pulang ya?" Ajak Gerry, entah itu ajakan atau petanyaan. Yang terpenting Gerry sudah membujuk Jingga. Betapa terkejut nya Gerry ketika adiknya tersebut mau mendengarkan apa yang ia katakan, Jingga mengangguk lalu beralih menatap makam Samudra.

"Am, aku pulang dulu ya? Besok aku kesini lagi. Dadah." Jingga melambaikan tangan nya lalu beralih melingkarkan tangan nya di lengan Gerry, mereka yang menunggu Jingga pun tersenyum bahagia dan segera mengikuti langkah Gerry dan Jingga untuk pulang.

Jingga di Samudra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang