JDS-33

1.3K 45 0
                                    

Kehidupan itu simple namun kadang kita saja yang merumitkan nya
_Oktarisa

Hari demi hari telah dilewati oleh Samudra dengan Jingga yang selalu ada disampingnya, saat ujian pun mereka selalu belajar bersama di rumah Jingga, Jingga menjadi semangat belajar karena Samudra mengajari nya dengan sangat teliti, kasih sayang yang diberikan Samudra pun sangat besar membuat Jingga sangat nyaman. Hari-hari ujian dilewati keduanya dengan senyuman, dan kali ini Jingga yakin dia akan mendapatkan nilai bagus dan tidak akan mendapatkan peringkat akhir lagi.

Tok!! Tokk!!

Samudra mengetok pintu rumah Jingga yang di desain sangat indah dengan ukiran bunga-bunga.

Ceklek.

Terlihat seorang paruh baya dengan daster merah yang dikenakan nya.

"Assalamualaikum tante, Jingga nya ada?" Tanya Samudra, Viona tersenyum dan membukakan pintu nya lebih lebar.

Viona berjalan ke dalam rumahnya. "Ada, dikamar, Samudra duduk dulu ya tante panggilin Jingga." Samudra hanya mengangguk lalu duduk di sofa empuk milik keluarga Brovi itu.

Sejak hari itu, tepatnya saat Jingga sudah sembuh, Afdal dan Vita sering ke rumah Jingga untuk sekedar mempererah silahturrahmi atau sekedar mengantarkan bingkisan, Afdal dan Vita menjadi tambah akrab dengan keluarga Brovi.

Terkadang suatu masalah yang akan membuat kita sadar dan menjadi lebih dekat. Sebagaimana Tuhan tersebut telah mengatur segalanya, tidak dengan paksaan kehendak kita pun takdir akan berjalan dengan sendirinya untuk kita. Kita hanya perlu lakukan apapun yang harus dilakukan, jika ada sesuatu di luar kendali percayalah itu sekua kehendak Tuhan dan bersyukurlah.

Setidaknya itu yang dilakukan Samudra, bersyukur atas ujian hidupnya, Afdal sudah menceritakan segalanya kepada Samudra dan Samudra juga geli mendengar ayah nya yang takut dengan seorang Viona. Wanita lembut yang penuh kasih sayang, begitulah Samudra mendeskripsikan diri Viona. Dan seperti yang lainnya, Samudra juga tidak percaya jika Viona se nakal itu dulu.

Samudra melihat satu figura di dinding ruang tamu Brovi, melihat banyak sekali foto di dinding, ada foto Jingga dengan Vanila disana, dan heran nya kenapa tidak ada Fatiah dan Angel? Pakaian mereka seperti pakaian pergelaran yang terlihat Vanila sangat pucat. Tidak peduli dengan hal itu Samudra melihat foto Jingga dengan Gerry bak kan sepasang kekasih, Gerry mencubiti pipi Jingga lalu Jingga mengerucutkan bibitnya melihat ke arah Gerry. Kakak adik goals banget. "Jangan perhatiin foto aku, ntar jadi sayang." Samudra terkejut melihat Jingga sudah rapi dengan baju sekolahnya.

"Udah sayang kok." Balas Samudra membuat jantung Jingga berdetak lebih tidak beraturan. Meski Samudra sudah sering bilang kalau ia menyayangi Jingga namun tetap hatinya selalu bahagia dan jantungnya berlari maraton di dalam dada nya.

"Ayok." Ajak Samudra menggenggam tangan Jingga membawanya keluar.

Sesampainya di depan pintu Jingga dan Samudra berteriak seperti biasa nya dengan serempak.

"MAHH PAAAAHH JINGGA PERGI DULU."

"TANTEEE OOOMMM SAMUDRA PERGI DULU."

Lalu mereka berdua sama-sama tertawa, dan mendengar cukup jelas jawaban orang yang diteriaki nya.

"IYAAAAA HATI-HATI DIJALAN, PULANG-PULANG JANGAN LUPA BAWA MAKANAN." Kira-kira seperti itu jawaban mereka, Jingga hanya tersenyum lalu duduk di jok motor Samudra lalu mereka akan mulai berangkat ke sekolah.

Samudra mengendarai motornya dengan kecepatan normal, tidak mau kecang karena menyadari Jingga tidak suka di bawa dengan motor kencang.

"Am, bentar lagi Kak Gerry kelas tiga, dia pasti bakal sibuk banget ya?" Samudra melihat wajah Jingga yang murung dari kaca spion.

Jingga di Samudra [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora