JDS-30

1.3K 57 0
                                    

Aku ingin kau menjadi pelengkap ku, kau melakukan nya, kita terikat di suatu perasaan sehingga aku merasakan ketika kau dihantam batu kecil sekalipun
_SamudraPratama

Nuansa putih abu-abu menyelimuti sebuah sekolah di kawasan Jakarta, panas matahari juga menemani dalam menerangi bumi yang bulat. Kelas-kelas sudah mulai tenang karena guru yang sudah mengajar di sekolah, hati-hati para siswa yang bahagia di setiap penjuru. Tidak seperti hati Jingga yang seperti nya berlinangan darah, tidak seperti hati Jingga yang penuh dengan emosi, tidak dengan pikiran Jingga yang membuatnya lelah.

Mata yang memerah, wajah yamg lesu, dan bibir yang pucat, seperti itulah keadaan Jingga saat ini. Pelajaran kali ini adalah olahraga di lapangan, ini adalah olahraga terakhir karena minggu depan akan diadakan ujian kenaikan kelas. Jingga mengikuti pelajaran olahraga dengan sangat lesu dan wajah yang sangat tidak veet.

"Ngapain tuh anak?" Tanya Angel kepada Fatiah yang tepat pada hari itu Vanila tidak mengikuti pelajaran karena masih sakit. Fatiah menggelengkan kepala nya karena juga bingung melihat Jingga.

"Ga, lo pucet banget, ke UKS aja yok?" Ajak Angel, Jingga menggeleng.

"Gue gapapa kok." Ucap Jingga pelan, lalu tersenyum kepada kedua sahabatnya tersebut. Jingga tetap melakukan aktivitas olahraga nya, namun itu tak bertahan lama karena setelah itu.

Duk!!

Jingga pingsan di tengah lapangan.

"Jingga?!" Teriak Angel dan Fatiah membuat beberapa siswa yang ada disana melihat ke sumber teriakan dan mendekat. Angel dan Fatiah menolong Jingga.

"Biar gue." Ucapan seseorang dibelakang membuat Angel dan Fatiah hanya menurut dan membuarkan Jingga pergi di bawakan seseorang tersebut.

"Mintak surat izin, gue mau bawak Jingga ke rumah sakit." Angel mengangguk lalu berlari ke ruang piket mengambil surat izin. Samudra, iya ialah yang menolong Jingga, ia menggendong Jingga hingga ke mobilnya lalu membaringkan tubuh mungil Jingga di jok penumpang.

"Sam gue ikut." Pinta Fatiah ketika Samudra sudah mulai berjalan memasuki jok pengemudi.

"Lo di sekolah aja, ijinin Jingga, dan bilang ke anak-anak di kelas gue kalau gue ijin ke rs bawa Jingga, ke Bang Gerry lo juga jangan lupa bilang." Fatiah menganggukkan kepalanya lalu melihat kepergian Jingga dan Samudra hingga mobilnya menjauh.

✍✍✍

Tengg tengg tengg

Bel berbunyi menandakan istirahat pertama, gerombolan demi gerombilan berlarian ke kantin untuk mengenyangkan perutnya, termasuk Gerry dan January. Gerry berjalan dengan santainya di lorong menuju kantin.

"Itu Venus bukan?" Tanya Gerry dalam hati melihat seorang gadis berjalan sangat kencang ke sebuah gedung lalu menutup pintu gedung tersebut.

"Bro, gue ke toilet bentar ya? Lo duluan aja ke kantin." January mengangguk dan berjalan ke kantin, beralih Gerry bukannya masuknke toilet malah berjalan ke gedung yang dimasuki Venus.

Gerry membuka pintu tersebut memberi celah di pintu agar mata nya bisa melihat ada apa di dalam. Takut ketahuan oleh guru karena ia mengendip akhirnya Gerry memilih masuk ke dalam gedung yang diperuntutkan untuk seni tersebut. Gerry duduk lesehan yang ditutupi papan tulis sambil mendengar ucapan dari Venus dengan seseorang di telepon, cukup aneh jika Venus harus menerima telepan di dalam ruang seni, mencurigakan lebih tepatnya. Bukankah Venus bisa mengangkat telepon tersebut di dalam kelas saja? Kenapa harus menjauh?

Jingga di Samudra [Completed]Where stories live. Discover now