Secret # 27

2.4K 463 20
                                    

Acara pekan amal fakultas berakhir dengan haru. Apalagi ketika semua penghuni panti mendapatkan bingkisan yang tidak mereka duga-duga.

Jadi, beberapa minggu sebelum acara, tim panitia yang tergabung dalam tim logistik dan acara bekerjasama dengan para pengurus panti mengadakan survei kecil-kecilan tentang keinginan penghuni panti. Akhir-akhir ini mereka sedang butuh apa dan sebisa mungkin akan dikabulkan oleh mereka.

Mereka menerima bingkisan-bingkisan itu dan langsung membukanya. Mata mereka berbinar, beberapa ada yang memekik kegirangan, ada juga yang menangis terharu. Benda yang mereka inginkan pun sangat sederhana.

Ada yang minta dibelikan baju, minta dibelikan alat sulam, beberapa dari penghuni panti asuhan ada yang meminta alat melukis. Seluruh panitia tampak puas dengan hasil jerih payah mereka karena berhasil membuat seluruh penghuni panti tersenyum bahagia.

Termasuk Yeonsa yang kini sedang menyeka air matanya ketika melihat Nenek Jang berkaca-kaca mendapatkan foto cucunya yang sudah berbingkai. Nenek Jang bilang sempat kehilangan foto cucunya itu entah terjatuh di mana.

Dengan berbekal ingatan minim sang nenek yang menceritakan bahwa mereka pernah mengambil foto studio di daerah Incheon, beberapa tim logistik berhasil mendapatkan salinan fotonya dari studio itu.

"Aku bisa melihat cucuku setiap hari," ujar sang nenek dengan suara bergetar. Tangannya pun gemetaran menyentuh wajah cucunya itu di foto.

"Tak perlu menunggunya lagi, Nek. Dia akan selalu bersamamu setiap saat," ujar Yeonsa seraya membelai punggung sang nenek.

"Ini, untukmu saja. Dimakan ya. Cucuku sangat menyukainya," ujar sang nenek seraya menyerahkan kotak makan berisi kimchi omurice buatannya yang sudah dingin.

"Tidak apa-apa, Nek?" tanya Yeonsa tak yakin.

"Ambillah." Nenek Jang meletakkan kotak makan itu ke tangan Yeonsa lalu berbalik pergi. Mengikuti rombongan untuk kembali ke panti seraya memeluk erat pigura berisi foto sang cucu.

"Akhir yang indah untuk sang nenek dan aku harus berterima kasih padamu," gumam Namjoon yang sudah berada di samping Yeonsa.

"Ah, tidak. Aku tidak melakukan apapun, sunbae," ujar Yeonsa seraya membersihkan wajahnya dari air mata.

Namjoon menatap Yeonsa. "Kau memberiku banyak inspirasi hari ini. Terima kasih."

Setelahnya Namjoon melihat Taehyung sedang berjalan ke arah mereka dan ia memutuskan untuk undur diri.

"Aku akan menemui panitia yang lain," ujarnya seraya berlalu.

Taehyung menatapnya, mereka berpapasan. Namun, Namjoon hanya menampakkan senyum tipisnya. Tak menyapa sehangat biasa karena ia merasa ada atmosfer aneh yang berada di antara mereka. Ia memutuskan untuk pergi.

Saat Yeonsa hendak berbalik, Taehyung segera menarik tangannya.

"Lepaskan," pinta Yeonsa yang masih merasa kesal dengan sikap Taehyung beberapa saat lalu.

"Temani aku makan siang. Aku belum makan," gumam Taehyung lirih seraya menunduk. Yeonsa melirik ke tangan Taehyung yang bebas. Ia memegang sebuah bungkusan.

"Ini sudah sore. Kenapa belum makan siang?" tanya Yeonsa keheranan.

"Tidak ada yang menemaniku. Aku mencarimu, tapi aku menemukanmu saat jam makan siang sudah lewat. Kau juga marah padaku setelahnya," jawab Taehyung seraya memainkan ujung sepatunya.

Yeonsa menghela napasnya. Kenapa pemuda di hadapannya ini cepat sekali berubah sikapnya? Beberapa saat yang lalu terlihat seperti seorang psikopat mengerikan lalu sekarang terlihat seperti seorang pesakitan yang menyedihkan.

[Sudah Terbit] Secret Admirer ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt