Secret # 7

3K 542 15
                                    

Sejak kejadian waktu itu, Vantae tak pernah lagi mengiriminya pesan. Meski begitu, sebisa mungkin Yeonsa berusaha untuk tidak terlihat mencolok bahkan cenderung menyembunyikan dirinya di balik hoodie jaketnya yang kebesaran.

Sepanjang jeda antar mata kuliah lebih banyak ia habiskan di perpustakaan kampus ketimbang duduk-duduk di selasar, taman atau kafetaria. Selain itu, karena Jungkook tak ada lagi di sisinya seperti biasa.

Sejak hari itu ia tidak pernah lagi mendapati Jungkook berada di dekatnya. Pemuda itu seolah memang benar-benar ingin menjauhi Yeonsa.

Di perpustakaan Yeonsa mencoba fokus membaca buku, tak lagi menghiraukan perihal Jungkook karena setiap kali mengingatnya, rasanya ia ingin menangis.

Terlalu fokus membaca, Yeonsa mulai menguap. Matanya mulai berair. Namun, ia sama sekali tidak ingin menghentikan aktivitasnya. Hingga akhirnya matanya terpejam tanpa sadar dengan wajah yang bertumpu pada tangan.

Hanya beberapa menit berselang, seseorang mendekati mejanya dan duduk di sebelahnya sambil tersenyum memperhatikan wajah tidur Yeonsa yang jauh dari kata indah. Sosok itu tersenyum geli.

Mata Yeonsa terbuka dan ia begitu kaget mendapati dirinya telah terlelap selama beberapa lama. Sementara sosok yang tadi mengamatinya dari dekat sudah menghilang di balik rak buku.

Suasana perpustakaan yang tenang dan sepi memang sangat mendukung orang untuk merasa ngantuk. Akhirnya Yeonsa memutuskan mencari tempat lain untuk membaca.

Yeonsa meminjam beberapa buku yang sisanya nanti bisa ia baca ketika berada di kamarnya. Ia duduk di rerumputan sudut taman kampus yang agak sepi. Tak kan ada seorang pun yang mengganggunya di sana.

Beberapa menit awal Yeonsa masih fokus membaca. Namun, setelah beberapa menit kemudian, ketika angin yang sepoi-sepoi menerpa wajahnya hingga hoodie jaketnya terlepas, pandangan Yeonsa mulai tidak fokus. Ia mulai menguap.

Tidak tahan dengan kondisi itu, ia meletakkan kepalanya di lutut. Sejenak memejamkan mata, menikmati angin yang begitu bersemangat memanggilnya untuk ikut terbang ke alam mimpi.

Seseorang kembali mendekatinya dan mengamati wajah tertidur Yeonsa dari dekat. Kalau dilihat dari jarak dekat begitu, Yeonsa terlihat manis. Kesan yang selalu tersembunyi di balik penampilannya yang boyish dan sikapnya yang tidak terlalu banyak bergaul sehingga mengesankan Yeonsa selama ini bukanlah orang yang hangat dan bersahabat.

Setelah puas mengamati wajah Yeonsa, sosok itu meletakkan segelas es cappucino di samping Yeonsa duduk kemudian beranjak pergi.

Yeonsa tersentak ketika buku yang ada di tangannya lolos dari genggamannya. Jatuh berdebam di rerumputan. Saat itulah ia tersadar kalau sejak tadi ia kembali tertidur.

Diambilnya buku yang terjatuh tadi kemudian matanya menangkap segelas es cappucino yang ada di sebelah ia duduk. Refleks ia celingukan ke sana kemari mencari siapa orang yang telah meletakkan gelas es itu di sana. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada seorangpun yang tampak di sekitar sana.

Gadis itu kemudian berpikir, es itu memang mungkin untuknya. Mungkin Jungkook, atau siapa? Ah, entahlah. Yeonsa haus dan ia segera mengambil es itu. Tepat ketika ia sedang menikmati sesapan pertamanya, sebuah pesan masuk.

Vantae.95
Semoga kau menyukai es cappucinonya 😊

Yeonsa kembali celingukan ke sana kemari mencari sesosok manusia yang kemungkinan masih berada di tempat itu. Namun, hasilnya kembali nihil. Tidak ada seorang pun yang terlihat berada di sekitar sana.

Sebenarnya siapa sih Vantae ini?

***

Rapat divisi promosi dan iklan kedatangan tambahan personil satu orang lagi. Seorang gadis berambut ikal panjang melewati bahu. Memiliki mata bulat dan berbinar seperti Jungkook. Ia sungguh cantik. Gadis itu datang bersama Taehyung.

"Kubawakan teman untukmu," ujar seniornya itu seraya mengerling padanya.

Yeonsa hanya menanggapi dengan balas mengerling. Merasa agak tidak nyaman dengan kalimat seniornya itu barusan. Seolah kegunaan gadis itu hanyalah untuk menemaninya. Cih, apa seniornya itu juga berpikir Yeonsa butuh teman? Ia sama menyebalkannya seperti Jungkook.

Gadis bermarga Im itu tersenyum ramah kepada Yeonsa, membuatnya balas tersenyum dengan canggung.

"Hanya kita bertiga?" tanyanya ragu.

"Ada satu orang lagi," sahut Taehyung. "Ke mana Jungkook?" lalu ia alih bertanya pada Yeonsa.

"Entah!" jawab Yeonsa seadanya.

"Kau kan temannya." Taehyung berkata seolah ketidakbersamaan Yeonsa dan Jungkook adalah hal yang paling tidak lazim di dunia ini.

"Kenapa kalau teman? Tidak lantas kami seperti anak kembar yang pergi ke mana-mana bersama, kan?" balas Yeonsa sengit.

Tatapan mata Taehyung pada Yeonsa terlihat berubah. Ia terlihat kaget dengan reaksi Yeonsa. Namun, perubahan cara menatapnya itu begitu cepat hingga tidak ada yang menyadarinya.

Saat itulah Jungkook datang dan Yeonsa menghindari bertatapan langsung dengan pemuda itu. Ia masih sangat kesal karena menyadari kenyataan kalau sampai detik itu Jungkook sama sekali tidak berusaha mendekatinya, apalagi minta maaf.

Hati Yeonsa merasakan perasaan hampa yang menyesakkan.

Bukan, bukan berarti menyukai Jungkook, tetapi lebih kepada perasaan di mana kau kehilangan sesuatu yang amat kau sayangi yang selama ini selalu berada bersamamu ke manapun kau pergi.

"Karena semua sudah berkumpul, kita mulai saja." Taehyung angkat bicara.

"Kau anggota baru?"

Cih, sesuai dugaan Yeonsa kalau perhatian Jungkook akan teralih pada gadis ini. Wajahnya cantik, sih. Pertama kali yang dilihat pria pada umumnya adalah kecantikan wajah. Dan Jungkook itu pria.

"Aku Im Jineul," gadis itu tersenyum ramah seraya mengenalkan dirinya.

"Dia jurusan akuntansi, seangkatan kalian." Taehyung menambahkan.

"Aku Jeon Jungkook, jurusan manajemen." Jungkook tersenyum dengan matanya yang berbinar lagi. Yeonsa yang melihat hal itu kembali berdecak. Membuat Taehyung diam-diam memperhatikan tingkah lakunya itu.

"Materi iklannya kalau tidak ada halangan akan jadi pekan depan. List tempat menempel pamflet dan lain-lain apakah sudah siap?" tanya Taehyung.

Taehyung saling berpandangan dengan Jungkook dan seolah satu komando, mereka menoleh pada Yeonsa yang masih asyik menunduk, menulis sesuatu.

"Apakah sudah siap, Nona Im?"

Tak ada jawaban. Yeonsa masih betah menunduk. Hingga Taehyung yang duduk di dekatnya mengetuk-mengetukkan tangan di meja depan Yeonsa barulah gadis itu mendongak.

"Kau tak mendengar kalau aku bertanya padamu?" tanya Taehyung menatap Yeonsa tajam.

"Ada dua orang bermarga Im di sini dan aku tidak tahu mana yang kau panggil," sahut Yeonsa balas menatap Taehyung tajam.

"Aku bertanya list tempat yang harus kita tempeli pamflet acara. Bukankah jelas kalau yang kumaksud itu kau? Dia kan baru sekali ini ikut rapat." Taehyung mengarahkan dagunya ke arah Jineul lalu kembali menatap Yeonsa.

Setelah menghela napas, Yeonsa langsung merobek halaman buku agenda miliknya yang berisi notulensi rapat sebelumnya pada Taehyung.

"Sudah kutulis semuanya di situ," ujarnya dengan nada kesal. Gadis itu lalu memakai tasnya dan beranjak pergi.

"Rapatnya belum selesai!" cegah Taehyung.

"Bukankah sudah ada orang yang bisa menggantikan tugasku menulis hasil rapat?" Yeonsa menoleh pada Jineul sekilas kemudian meneruskan langkahnya.

Taehyung terlihat menghela napas kemudian melirik anggotanya yang lain satu per satu.

"Ada yang ingin kalian sampaikan?" tanya Taehyung yang tiba-tiba moodnya berubah jadi buruk.

"Tidak ada," jawab Jineul.

Sementara Jungkook hanya diam. Matanya masih terus menatap punggung Yeonsa yang perlahan menjauh.

===== To Be Continued =====

[Sudah Terbit] Secret Admirer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang