Secret # 1

7.1K 723 40
                                    

Yeonsa tersenyum menatap sticky note yang tertempel di bagian belakang buku agendanya. Di dalamnya tertulis beberapa kalimat yang entah kenapa selalu bisa membangkitkan semangatnya ketika ia malas melakukan hal apa pun. Seperti memiliki kekuatan magis yang bisa menggiring alam bawah sadar seseorang.

Teruslah bermimpi agar kita bisa terus hidup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Teruslah bermimpi agar kita bisa terus hidup. Itulah yang Yeonsa garis bawahi.

Kalimat itu bukan berasal dari sebuah buku kumpulan kalimat bijaksana. Bukan pula dari buku psikologi atau pun buku motivasi.

Kalimat itu berasal dari seseorang yang selama hampir dua tahun ini selalu memenuhi pikirannya. Namanya Kim Namjoon. Salah seorang senior paling berpengaruh di jurusannya. Ia banyak terlibat dalam kegiatan amal kampus juga kampanye-kampanye sosial kemahasiswaan.

Kalimat itu Namjoon ucapkan ketika memberikan pidato penyambutan untuk mahasiswa baru dua tahun lalu. Hari ketika Yeonsa memutuskan untuk menjadikan Namjoon sebagai orang yang berharga dalam hidupnya.

"Im Yeonsa!" teriakan itu terdengar seperti membelah telinganya.

Secepat kilat Yeonsa menutup kembali buku agendanya kemudian segera mencari tahu siapa pelaku yang baru saja meneriakkan namanya dengan tidak sopan. Ia hampir saja kehilangan jantungnya karena terkejut kalau saja organ berdenyutnya itu tidak tertanam kuat di dadanya.

"Yah~ Jeon Jungkook!" pekik Yeonsa ketika menemukan siapa pelaku yang baru saja membuatnya terlonjak.

Sang pelaku hanya tertawa kecil, memperlihatkan gigi kelinci yang sebenarnya akan terlihat cute kalau saja beberapa saat yang lalu tidak membuat Yeonsa kesal.

"Apa yang sedang kau lihat?" Jungkook menanggapi seraya duduk di sebelah Yeonsa. Matanya terlihat berusaha melirik ke arah buku agenda Yeonsa yang tertutupi sepenuhnya oleh tangan gadis itu.

"Bukan urusanmu!" jawab Yeonsa sengit. "Kau tahu 'kan kalau jantungku ini hanya ada satu? Bagaimana bisa kau menggantinya kalau jantungku lepas dari tempatnya, eoh?"

"Sejak tadi aku memanggilmu, tapi kau tak mendengarnya," protes Jungkook.

Yeonsa menatap sahabatnya itu dengan mata menyipit curiga.

"Sepertinya ada yang ingin kau katakan."

"Aku akan ikut acara amal fakultas kita." Jungkook berkata dengan mata berbinar.

"Bukankah setiap orang diwajibkan berpartisipasi?" Yeonsa bertanya keheranan.

Setiap tahun fakultas mereka mengadakan kegiatan bakti sosial yang harus dihadiri oleh seluruh mahasiswa dan staf pengajar tanpa terkecuali.

"Aku akan mendaftar jadi panitia," bisik Jungkook kemudian tersenyum.

"Kau serius?" tanya Yeonsa tak percaya.

"Kau juga harus ikut!" vonisnya.

"Ah, aku jadi peserta saja," tolak Yeonsa seraya mengeluarkan kotak pensilnya dari dalam tas.

"Kau akan menyesal kalau tidak ikut," bisik Jungkook lagi, kali ini dengan senyum nakal mencurigakan.

"Apa yang akan membuatku menyesal?"

"Namjoon sunbae yang akan menjadi penanggung jawab acaranya."

Mata Yeonsa melebar lalu dengan refleks menoleh ke kanan dan ke kiri seolah ingin memastikan tidak ada seorang pun yang mendengar ucapan Jungkook barusan.

"Pelankan suaramu, bodoh!" Yeonsa menjitak kepala Jungkook.

"Jangan memukulku! Aku sudah berbaik hati memberitahumu," sungut Jungkook sambil memegangi kepalanya.

Obrolan mereka berhenti saat Profesor Kang masuk kelas. Profesor Kang ini adalah dosen penanggung jawab angkatan mereka. Sebelum memulai kuliahnya, ia mengumumkan sesuatu. Isi pengumumannya sama seperti yang Jungkook beritahu beberapa saat lalu.

"Aku sangat berharap dari angkatan kalian ada yang ikut aktif berkontribusi sebagai panitia pelaksana acara. Siapa yang bersedia?"

Beberapa orang tampak mengangkat tangannya. Bisa dihitung dengan jari. Tidak banyak yang berminat untuk bersusah payah sebagai penyelenggara acara. Mereka lebih suka menjadi penonton saja.

Yeonsa melihat Jungkook menjadi salah satu dari sedikit orang yang mengangkat tangannya. Entah apa yang ada di pikiran anak itu. Sepertinya ada sesuatu yang menjadi alasannya untuk tiba-tiba mau terlibat aktif dalam kegiatan amal kali ini.

"Hanya lima orang?" tanya Profesor Kang seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kelas.

"Yeonsa, sepertinya tadi kulihat baju bagian ketiakmu robek," bisik Jungkook.

"Apa?" tanya Yeonsa panik dan refleks mengangkat tangannya untuk memastikan apa yang dibilang Jungkook itu benar.

Tepat ketika Profesor Kang membuka suaranya kembali, saat itulah Yeonsa baru tersadar kalau Jungkook sedang mengerjainya.

"Oke, enam orang dengan Im Yeonsa-ssi."

"Tunggu Prof---."

Belum sempat Yeonsa menyelesaikan kalimatnya, Profesor Kang sudah berkata lagi.

"Seusai mata kuliah ini kalian bisa langsung datang ke auditorium. Pendataan panitia akan dilakukan di sana. Baiklah, sekarang kita mulai materi kuliah hari ini."

Yeonsa meringis kemudian mengacak rambutnya sendiri yang memang sudah berantakan dengan putus asa. Diliriknya Jungkook dengan tatapan setajam belati. Kalau Jungkook bukan sahabatnya sejak SMP, sudah ia mutilasi pemuda itu dan bagian tubuh yang pertama kali akan ia mutilasi adalah lidahnya.

Jungkook tersenyum manis menanggapi tatapan Yeonsa. Membuat Yeonsa dengan refleks kembali memukul kepala Jungkook dengan buku agendanya.

Pemuda itu langsung menutupi kepalanya dengan lengan lalu berbisik.

"Kau gila? Kau mau dikeluarkan dari kelas Profesor Kang?"

"Kau yang gila! Jeon Jungkook gila!" desis Yeonsa geram, tak lupa disertai dengan tatapan seorang-predator-siap-memangsanya.

"Suatu saat kau akan berterima kasih padaku karena telah menjerumuskanmu dalam kegiatan ini."

Jungkook langsung berpura-pura serius memperhatikan bukunya saat ia menyadari baru saja Profesor Kang melirik ke arah mereka.

"Kau tak akan selamat begitu keluar dari kelas ini."

Yeonsa tak memedulikan Jungkook yang berulang kali memberi isyarat padanya agar jangan berbicara lagi karena Profesor Kang sudah sepenuhnya memperhatikan mereka sekarang.

"Apa? Kau ingin aku diam setelah apa yang kau perbuat padaku, eoh?"

"Ada masalah Im Yeonsa-ssi?" tanya Profesor Kang sambil membenahi letak kacamata yang hampir melorot dari pangkal hidungnya.

"Tidak, Prof."

Oke, ini kedua kalinya Jeon Jungkook sudah membuat dirinya tertimpa kesialan. Kalau sekali lagi pemuda itu melakukannya, Yeonsa sudah bertekad akan benar-benar menendangnya hingga ia terjatuh dari kursi.

Seseorang yang duduk berjarak dua bangku di belakang mereka melirik sekilas, memperhatikan tingkah mereka yang seolah hendak bergulat itu. Sejak tadi sosok itu mendengarkan percakapan mereka tanpa mereka sadari.

===== To Be Continued =====

[Sudah Terbit] Secret Admirer ✓Where stories live. Discover now