Dun menyinari ruang bawah tanah dengan tongkat sihirnya. Ternyata jarak antara pintu dengan dasar ruang bawah tanah sekitar tiga meter. Hanya ada tulang belulang yang tidak jelas di dasar lantai. Itu pun menggunakan tangga panjat. Baru saja akan turun, Dun dan Beethoven melihat sepasang tangan yang bergerak. Melihat tangan itu, Dun dan Beethoven mengutuk Mieszko karena telah menyekap seorang manusia. Tapi Dun dan Beethoven tidak turun karena mereka bisa melihat muka pemilik sepasang tangan itu. Baru setelah mendekat ke cahaya yang terpancar dari tongkat sihir, terlihatlah mukanya yang menyeramkan.

Makhluk seram itu tersenyum pada Dun dan Beethoven. Wajahnya seorang wanita berkulit pucat. Sangat pucat. Mulutnya robek hingga hampir menyentuh daun telinga. Ada bekas jahitan di pangkal robekannya. Dia memakai jubah putih dan yang sudah lusuh. Matanya berawarna hitam legam. Sebuah tangan sambungan dijahit di pundak masing-masing. Jadi totalnya dia memiliki empat tangan. Menariknya lagi, tangan sambungan itu bergerak-gerak layaknya manusia biasa.

Makhluk apapun barusan, cukup membuat Dun dan Beethoven segera menutup pintu ruang bawah tanah. Mencegah agar makhluk itu tidak naik dan menghantui mereka. Belum sempat mereka berdiskusi, mereka sudah dikejutkan dengan suara gedoran dari dalam. Dun buru-buru mengambil batangan besi dan mengganjal pintunya.

"Apa-apaan barusan?" kata Dun yang terengah-rengah, "Apakah itu hantu jenis baru? Kita tidak bisa mengendalikan nether seperti Jay dan Gawain."

"Aku tak tahu, kawan. Sepertinya Mieszko sudah melakukan eksperimen terhadap manusia dan memodifnya menjadi mesin pembunuh yang aneh," jawab Beethoven yang diiringi oleh gedoran pintu ruang bawah tanah.

"Tunggu, kenapa kita takut dengan makhluk tidak jelas seperti itu?"

"Pertama, karena kita sudah lelah dengan pertarungan melawan para penyihir dan mafia. Kedua, kita tidak mau makhluk itu melukai ... HEI!!!"

Beethoven berteriak karena Dun menarik kerah bajunya. Menjauh dari pintu ruang bawah tanah. Sambil membiarkan pintu itu tanpa penjagaan, Dun mengambil sebuah tiang bendera yang berserakan di bawahnya. Sebenarnya mudah bagi Dun menggunakan ilmu sihirnya untuk memanggil senjata lain. Tapi karena malas dan keahliannya menggunakan senjata logam, Dun memilih menggunakan senjata seadanya.

"Jika kau ada tiga alasan untuk tidak mengusiknya, maka aku punya sepuluh alasan untuk membunuhnya."

"Aku kalah voting kalau begitu. Tapi kalimat terakhirku sebenarnya bagaimana jika ada banyak ..."

Makhluk itu mendobrak pintu lagi. Kemudian lagi dan lagi hingga pintunya terbuka. Dari dalam, keluarlah tiga wanita aneh. Semuanya sejenis, kurus dan bertangan empat. Mereka menatap Dun dan Beethoven seperti kawanan serigala yang menatap dua rusa kecil. Berbagai pertanyaan seperti makhluk apa mereka, bagaimana mereka diciptakan, kenapa mereka ada di ruang bawah tanah Mieszko dan tujuan mereka. Tapi Dun dan Beethoven tak mungkin bisa mengajak mereka bicara. Kalau menghadapi yang seperti ini, bunuh dulu baru selidiki kemudian.

"Makhluk mitologi macam apa ini??" tanya Dun.

"Aku benci ketika prediksiku tepat seperti ini!!" keluh Beethoven sambil mengeluarkan senjatanya. Sebuah golok yang dua matanya bergerigi.

Dun menyerang lebih dulu. Tiang bendera itu terbang secara horizontal. Hantamannya tepat ke leher-leher makhluk aneh itu dan menjatuhkannya. Beruntungnya, salah satu dari mereka tepat jatuh ke dalam ruang bawah tanah. Mengembalikan ke tempat asalnya.

"Beruntung. Ayo bagi tugas!" kata Dun.

Sebenarnya cukup mudah untuk menghajar para makhluk aneh itu. Dun meremukkan kepala lawan dan Beethoven memenggal dengan pedang cahaya. Kini tinggal makhluk yang tadi terjatuh ke dalam lubang.

"Kubilang juga apa," kata Dun, "Mudah, kan?"

"Oke," kata Beethoven, "sepertinya aku terlalu pesimis. Dan juga ..."

"XIAHOU DUN DAN BEETHOVEN!!!"

Teriakan parau itu terdengar dari dalam ruang bawah tanah. Dun dan Beethoven langsung mundur. Siaga jika tahu-tahu ada yang melompat keluar dari situ dan menerkam. Setelah beberapa detik, makhluk itu keluar dengan merangkak. Lalu berdiri tegak. Beda dengan dua makhluk sebelumnya yang matanya hitam. Mata makhluk ini menyala merah seperti stawberry yang sudah masak.

"Kenapa kalian semua tidak pernah mengijinkanku untuk menyelesaikan kalimatku???" Keluh Beethoven.

"Bukan itu!!! Bagaimana bisa makhluk itu berbicara dan bahkan mengenal kita?" Kata Dun.

"Kalian juga mengenalku. Aku Zagan!!"

Dua Immortal ini tersentak mendengar nama itu disebut. Otak mereka mundur ke masa lalu dimana mereka pernah mengalahkan skema jahat Zagan. Zagan adalah salah satu dari tujuh puluh dua bangsawan bangsa setan. Setan yang sering dipanggil oleh para penyihir untuk menggali harta karun atau artefak terkenal. Aslinya hantu dan setan adalah urusan SID. Tapi karena suatu hal, Dun dan Beethoven terpaksa terlibat.

Dun mengarahkan ujung tiang bendera ke muka Zagan, "Ingin olahraga kecil-kecilan seperti dulu lagi?? Masih tetap seperti dulu, pilih aku atau Beethoven," tantang Dun.

"Aku hanya ingin berterima kasih pada kalian. Jika kalian ingin mencari Unicorn Hitam, carilah di bagian utara Jepara. Aku mendengar para Scarab Circle akan membawanya ke sana."

"Bagaimana kami bisa mempercayaimu? Bagaimana jika kau malah menuntun kami pada kematian?? Atau bisa juga informasimu bohong?? Bukankah Jepara itu ..." Kata Beethoven.

"Jelas. Mana mungkin aku tidak menuntun kalian ke kematian? Aku, secara absolut, memang menuntun kalian pada kematian karena Jepara adalah rumah bagi ratusan Srayuda. Tapi mereka membawa Unicorn Hitam itu ke sana. Terserah kalian jika mau datang ke Jepara secepat mungkin, menghajar ratusan Srayuda dan merebut unicorn hitam. Sebelum Mieszko dan antek-antek Scarab Circle membawa unicorn hitam kalian ke gurun panas Afrika Utara dan membangkitkan Blood Queen," jawab Zagan.

Informasi barusan cukup membuat Dun dan Beethoven pusing. Bagaimana tidak, maju kena mundur kena. Ketika maju menyerang, mereka harus menghadapi ratusan Srayuda di Jepara. Ketika mundur menunggu unicorn hitam keluar dari Jepara, maka nanti akan merepotkan dalam jangka panjangnya dan misi juga terancam gagal.

Dun dan Beethoven terkejut ketika mendengar sesuatu yang jatuh. Wanita menakutkan yang bertangan empat itu roboh dan terkapar di lantai yang dingin. Digantikan oleh sesosok pria berambut kemerahan dan tersenyum pada dua Immortal yang kebingungan. Pria itu memakai kemeja coklat dan celana jeans hitam. Dun dan Beethoven tahu bahwa pria itu bukanlah manusia. Namun, bagi orang yang tidak tahu akan mengira Zagan adalah seorang pengusaha yang sedang ada perjalanan bisnis di Indonesia.

"Pilihlah, teman-teman Paladinku, bermain-main bersama Srayuda atau meringkuk ketakutan di bawah ranjang?" sepertinya Zagan tidak perlu jawaban. Dia hilang begitu saja.

Julio and Black UnicornWhere stories live. Discover now