Mereka Di Tempat Kerja

8.8K 1K 45
                                    

Mohon dukungannya selalu. Beri  voment atau hanya vote tanpa komen saja itu sudah menghargai karya saya.

Salam sayang

Mm

*****

Tahun 2014 aku sudah lulus dari tempat kuliah. Senang pada akhirnya aku lulus tetapi kesenanganku tidak berlangsung lama karena aku harus menghadapi kenyataan yang luar biasa di dunia kerja. Tidak menunggu lama akhirnya aku menemukan tempat kerja yang cocok di Gresik.

"Di sini kamu akan menemukan seseorang yang memerlukan bantuanmu, Hana."

"Dia adalah orang yang akan menolongmu dan dia juga butuh kamu."

Suara yang lembut itu datang lagi ketika aku mengantri untuk interview. Suara itu bukan dari Felicia atau Hiromi karena suara mereka sangat aku kenal.

Lamanya menunggu interview membuat aku bosan sekali. Jika kalian pernah mengalami yang namanya antri di panggil    pasti kalian akan paham. Aku berjalan sejenak melihat orang - orang yang berlalu lalang. Namanya orang pasti ada rasa kesal menunggu lama, bukan? Itulah yang aku alami tetapi lagi ada suara yang membuat aku tidak bisa mundur.

"Di sini tempatmu, Hana. Jangan mundur hanya karena masalah ini."

Aku tidak yakin jika aku bisa di terima di tempat ini karena perusahaan ini terkenal dan banyak yang ingin masuk ke perusahaan tersebut. Setelah hampir satu jam menunggu akhirnya aku di panggil oleh pihak perusahaan untuk interview.

Pertama interview tidak langsung bertemu HRDnya melainkan harus menulis biodata dan formulir. Nah di sinilah aku merasakan ketegangan. Selain aku ada juga seseorang ( wanita )yang masuk bersama di suatu ruangan.

Hembusan udara terasa dingin dan menusuk tulang. Ada sesuatu yang akan mengangguku, itu pikiranku sebelum masuk.

"Nah benar, bukan?" Aku menghela napas dan pura-pura tak mengenal.

Kami duduk saling berhadapan. Aku duduk tepat berhadapan dengan cermin sehingga aku bisa melihat diriku sendiri sedang mbak ini duduk yang di depannya tembok.

Sedari masuk dan duduk aku disuguhkan pemandangan yang merinding. Di depan cermin ( di belakangku) aku melihat ada seorang wanita menunduk dengan tubuh yang penuh darah dan wajahnya tertutup oleh rambutnya yang panjang sekali serta dari rambutnya menetes air.

Tes...tes...

Karena suasananya sepi jadi aku bisa mendengar suara tetesan air yang jatuh dari rambutnya ke lantai. Aku berusaha untuk acuh dan cuek saja, tetapi dasar sifatnya manusia ya pasti ada kalanya hal itu terganggu. Memang wanita itu tidak mengganggu, tetapi rasanya tidak nyaman jika mata kita melihat dia. Masa kita harus menunduk terus?

Wanita itu hanya berdiri di sudut dengan menundukkan kepala. Setengah jam aku menyelesaikan semua formulir yang akan di ajukan ke HRDnya. Aku pikir dia akan menghilang atau akan mengikutiku ketika keluar tetapi dia tetap di sana dan tidak bergerak. Ya aku beranggapan bahwa dia adalah penunggu ruangan ini.

Teman yang ikut test tulis denganku malah tenang - tenang saja. Dia hanya mengatakan jika udaranya dingin saja tapi tidak merasakan apapun. Setelah menunggu akhirnya aku di panggil untuk interview ke HRD yang akan menentukan apakah aku diterima atau tidak.

"Ada sesuatu hal yang akan kamu terima di sini, Hana."

Awalnya aku tak yakin suara - suara itu akan mengubah kehidupanku ke depannya. Untungnya selama aku berada di ruangan HRD tidak ada "pengganggu" hingga membuat aku bisa konsentrasi. Akhirnya aku diterima bekerja di sini.

*****

Pulang dari interview aku melewati makam Pahlawan. Bukan sesosok penampakan seperti pocong yang aku lihat, tetapi korban kecelakaan.

Waktu itu aku di dalam angkot menuju tempat kos. Rame sekali jalanan dan tentunya macet. Pertama aku menyangka mungkin karena jam pulang kerja yang macet tapi semakin aku rasa semakin macet dan ada polisi juga.

Karena penasaran aku melihat ke arah jendela ternyata ada kecelakaan sepeda motor yang menewaskan pengemudinya. Pengemudinya itu tergeletak di tepi jalan dengan di tutupi kain dan wanita. Bagaimana aku korbannya wanita? Karena korbannya ada di samping jasad tersebut. Aku tidak seberapa jelas melihat ciri -ciri korbannya karena jalanannya di hadang oleh polisi. Aku hanya melihat sekilas saja.

"Mengapa harus aku?"

Sempat aku mendengar suara lirihan dari korban itu. Memang kebanyakan dari 'mereka' tidak akan bisa menerima kematian yang mendadak. Kalau sakit mungkin kita bisa menerima tapi bagaimana jika kita adalah korban kecelakaan? Tentu kita tidak bisa menerima. Begitu juga dengan wanita yang menjadi korban kecelakaan tersebut. Aku melihatnya sekilas di dalam angkot dia tertegun melihat tubuhnya yang sudah kaku.

Aku tak bisa berkata apapun. Antara kasihan dan juga sedih melihatnya berdiri memandangi dirinya sendiri. Aku tidak bisa berbuat apapun. Seandainya saja aku turun dari angkot menghampirinya yang ada malah polisi menanyaiku apakah aku keluarganya. Jujur jika berurusan dengan yang namanya Polisi aku kikuk.

*****

Memang dari pagi sebelum aku berangkat ada saja masalah yang menghampiri padahal pagi itu aku tidak boleh terlambat ketika interview.

Waktu aku mau berangkat dan menunggu angkot menuju tempat interview ada yang menyenggolku saat jalan. Aku sampai miring ke kanan gara - gara ada yang menyenggol tapi aku tidak tahu siapa "dia". Itu hal pertama yang mengganggu saat aku hendak pergi.

Gangguan ke dua saat aku sedang menunggu angkutan umum. Ada yang memanggilku dari belakang dengan pelan tapi jelas sekali. Suara dari wanita.

"Hana..."

Aku tak ambil pusing karena aku tidak mau mood yang baik pagi itu terganggu karena dia. Aku biarkan saja dia memanggil namaku.

Hal yang ketiga adalah aku tersesat naik angkotnya. Maklum masih baru di kota ini jadi agak bingung. Ketika aku tersesat dan tidak tahu letak kantor yang akan aku interview suara lembut itu datang lagi.

"Jangan mundur. Teruslah berjalan hingga menemukan tempat yang kamu tuju."

Aku menuruti perkataan tersebut dan aku terus berjalan hingga ada seorang bapak- bapak yang menunjukkan tempat itu. Aku tidak tahu dari mana datangnya si bapak itu. Aku bertemu beliau di pertikungan jalan yang besar di mana banyak kendaraan yang lewat. Karena semua orang naik sepeda motor makanya aku tidak bisa bertanya. Akhirnya aku bertanya kepada seorang bapak yang hendak menuju jalan besar. Si bapak berhenti saat aku tanya dan dia menunjukkan arah mana yang akan aku tuju.

"Semoga berhasil."

Kata bapak tersebut yang aku tidak tahu nama beliau. Beliau kemudian pamit dan tersenyum ke arahku. Aku sampai sekarang tidak tahu siapa bapak tersebut yang telah membantuku menemukan jalan.

Semoga bapak tersebut dalam keadaan sehat hingga kini. Sudah hampir tiga tahun aku tidak tahu siapa bapak yang memiliki senyuman hangat tersebut.

Tbc

Untuk hari ini update ceritanya sedikit ya karena tidak mungkin mengarang cerita untuk di panjangkan, bukan? Nanti bukan kisah nyata lagi deh. 😂😂😂

Di bab selanjutnya ada cerita dari Hana tentang tempat kerjanya.

Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )Where stories live. Discover now