Pindah Rumah

42.7K 4.2K 155
                                    

Pada bulan awal Juli 1995 adalah hari pertama keluarga kami pindah ke rumah baru. Di rumah ini hanya ada dua kamar. Satu kamar di depan kamar tidur untuk aku, kakak perempuan dan mamaku. Kamar sebelahnya di tempati oleh kakak lelakiku.

Aku tak akan menceritakan bagaimana senangnya dia menempati kamar barunya. Di sini atau lebih tepatnya rumah baru semakin banyak gangguan. Kemanapun aku pergi Bu Tin dan Pak Toh selalu ikut.

"Apakah kalian akan selalu ikut aku kemanapun aku pergi?" tanyaku suatu siang saat bermain di ayunan.

"Kami akan selalu mengikutimu. Sampai waktu itu tiba, kami akan pergi."

"Apakah selamanya kalian akan menghilang?"

"Tentu saja. Akan ada waktunya kami pergi untuk selamanya dan kamu akan menemukan pengganti kami suatu saat nanti."

Sedih? Tentu saja aku sedih saat mereka mengatakan akan pergi bila waktunya sudah tiba. Hanya mereka yang baik kepadaku. Tidak pernah mengagetkan secara tiba-tiba. Wajah mereka tak menyeramkan.

"Jangan sedih, Hana. Pengganti kami akan menjaga kamu."

Aku memandang mereka yang berdiri d depanku yang duduk di ayunan. Oh,ya aku lupa mengatakan kepada kalian jika aku memiliki ayunan.

Ayunan putih tersebut awalnya milik kakak laki-lakiku. Maklum kakak lelakiku cucu pertama hingga menjadi kesayangan kakek nenekku.

"Hana, mama mengintipmu dari balik jendela."

Mama sering mengintipku melalui jendela saat berbicara 'sendiri'. Mengapa aku tahu mama mengintip? Karena mereka yang mengatakannya.

"Oh, ya? Mama pasti tidak pernah percaya sama aku."

"Tidak apa-apa, Hana. Kami percaya sama kamu."

Rumahku yang sekarang ini bagian samping kiri ada halaman yang luas. Ada pohon nangka dan pohon mangga sedangkan di sisi sebelah kanan terdapat jemuran pakaian.

Untungnya kamar mandi sudah di dalam. Namun meskipun sudah berada di dalam, tetap saja aku malam merasa ketakutan saat ingin buang air kecil di malam hari.

Saat ingin ke kamar mandi kami harus melewat ruang keluarga (ruang tengah ditempati untuk menonton tv) nah, di ruang keluarga ada jendela yang menghubungkan halaman.

Mama selalu mengantarkan aku ke kamar mandi saat malam hari. Jika melihat tanpa sengaja ke kiri, aku melihat ada sepasang mata sedang mengintip dari luar. Ada suara-suara yang ramai di luar sedang bermain ayunan.

Ya pikirlah sendiri menurut pikiran kalian masing - masing. Bagaimana jika kalian tiap malam mendengar suara berisik dari ayunan yang berderit karena besi? Dan mendengarkan sesuatu yang tampak sedang bermain, mengayunkan ayunan dan tertawa menyenangkan?

Sampai sekarang aku selalu terbayangi oleh suara derit ayunan dan suara tertawa dari mereka yang tak tampak.

Krik ... krik ....

Hahahaha .... hahahaha .....

Mereka senang sekali menghabiskan waktu bermainnya di tengah malam dan membuat aku tak bisa tidur sama sekali.

"Hana .... Hana .... main yuk sama kami?" Mereka akan memanggilku tiap malam untuk
bermain.

"Ayo main sama kami, Hana."

Aku menutup kedua telingaku saat mereka memanggil namaku.

"Kamu takut, Hana?"
Aku mengangguk kepada Bu Tin dan Pak Toh.

"Ada kami di sini. Mereka tak akan berani denganmu. Tenanglah. Sekarang tidurlah. Besok kamu harus sekolah."

Saat itu usiaku sudah empat tahun dan akan ke sekolah TK A. Waktu tahun 1995 tidak ada yang namanya Playgroup. Ingat sekali lagi. Aku selalu mengingat kejadian di masa lalu.

Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )Where stories live. Discover now