Anak Kecil Di Kos

10.2K 1.1K 144
                                    

Mohon dukungannya selalu. Beri voment atau hanya vote tanpa komen saja itu sudah menghargai karya saya.

Salam sayang

Mm

*****

Di bab yang lalu aku pernah menceritakan jika aku yang mencari kos dibantu oleh seorang anak kecil. Ya memang benar di kosku yang dulu ada 2 anak kecil. Mereka adalah adik kakak. Lelaki dan perempuan. Sudah lama mereka ada di kos ini. Mereka tidak usil atau menakuti - nakuti aku maupun kakak hanya saja mereka sering berdiri di depan kamar dan sang kakak menggandeng adiknya, tersenyum kemudian hilang. Sering seperti itu yang aku lihat.

"Hana, kami sudah menanti kamu."

"Untuk apa?"

"Kami ingin meminta tolong karena hanya kamu yang bisa melihat kami di sini."

"Kami sudah lama menanti ada seseorang yang bisa membantu kami."

"Membantu untuk apa?"

"Ijinkan kami pergi dari sini. Kami hanya ingin kamu bisa membebaskan kami dari tempat ini."

Mereka yang telah memanggil aku untuk kos di sana. Pertama aku tidak tahu apa alasan mereka memanggil aku. Akhirnya setelah menunggu beberapa bulan mereka mau bercerita mengenai siapa diri mereka.

Aku tidak tahu siapa nama mereka sebenarnya. Mereka tidak mau menyebutnya. Anak pertama adalah seorang anak perempuan berusia 5 tahunan sedangkan adiknya lelaki berusia 4 tahunan. Mereka adalah arwah yang masih di dunia karena tidak ada yang mau membantu mereka untuk pergi dan didoakan. Hanya itu saja permintaan mereka. Mereka mengatakan menungguku sudah lama. Aku tidak tahu seberapa lama hal itu.

"Mengapa kalian tidak meminta yang lain?"

Aku bertanya kepada mereka saat mereka ada di depan pintu kamarku. Untungnya saat itu tidak ada anak - anak kos.

"Semua takut dengan kami. Hanya kamu yang tidak takut dengan kami."

Sebenarnya wujud mereka tidak menakutkan hanya saja wajah mereka pucat dan adiknya yang selalu menunduk ke bawah. Ada raut wajah ketakutan yang terpancar di wajah mereka.

"Kami meninggal dibunuh."

Saat mereka mengatakan hal itu. Kilasan balik masa lalu dari mereka tampak seperti layar film yang menampilkan kisah hidup yang selama ini mereka jalani. Kehidupan yang mereka jalani sungguh membuat aku miris.

"Apakah kalian merindukan ibu kalian?"

"Tentu saja kami merindukan ibu."

Mereka dibunuh oleh ayah kandungnya sendiri. Kedua kakak beradik ini diseret dari lantai bawah ke lantai atas dan mereka dimasukkan ke dalam lemari hingga tak bisa bernapas. Ibunya juga tak kalah mengenaskan. Sang ayah juga membuat ibu mereka terbunuh dengan senapan selaras panjang. Aku tidak tahu masalah apa yang terjadi kepada keluarga kakak beadik ini hingga membuat mereka meninggal dengan cara mengenaskan.

Saat aku menanyai hal itu,  mereka tidak tahu. Entahlah apakah memang mereka ingin merahasiakan atau memang mereka masih anak - anak yang tidak tahu apapun mengenai masalah yang menimpa mereka?

"Bantu kami, Hana."

Aku menyetujui permintaan mereka. Aku juga merasa iba dan kasihan kepada mereka karena jujur mereka ingin sekali di doakan agar cepat pergi meninggalkan dunia ini.

Tiap hari mereka berada di luar kamarku untuk sekedar bercerita mengenai diri mereka sebelum meninggal. Dulu menurut mereka kehidupan yang mereka jalani menyenangkan hingga akhirnya masalah itu datang.

Aku tidak mau memaksakan mereka untuk cerita lebih lanjut karena aku tahu bagi mereka berat untuk mengingat kejadian itu. Caraku menolong mereka adalah berdoa tiap malam agar di permudahkan jalan mereka menuju atas.

Menolong kakak beradik ini tidak membutuhkan waktu yang sebentar. Aku sering merasa lelah sendiri karena tiap malam aku harus terjaga dan berdoa tapi meski aku lelah aku menjalaninya dengan senang. Aku tahu kemampuan yang aku miliki dapat menolong mereka yang tidak tampak untuk bisa pergi dari dunia ini.

Malam itu saat aku selesai berdoa. Aku bermimpi bertemu kakak beradik ini di sebuah jembatan. Mereka tersenyum dan melambaikan tangan ke arahku yang berdiri di depan jalan jembatan.

"Terima kasih Hana."

"Kami akan pergi. Selamat tinggal Hana."

Mereka terlihat sangat bahagia saat tiba di sebuah jembatan itu. Tidak ada raut wajah kesedihan dan ketakutan. Aku turut senang saat kakak dan adik itu bisa pergi dari dunia ini.

Sejak saat itu tidak ada lagi suara anak - anak yang berkeliaran. Tidak ada lagi suara langkah kaki naik turun tangga. Mungkinkah mereka menunggu aku sekian lama ini? Entahlah mengapa mereka tidak mencari orang lain saja?

*****

"Hana, jangan bangun dulu. Nanti saja."

"Memang ada apa, Felicia?"

"Nanti kamu tahu."

Memang pagi itu kos kami sedang meributkan sesuatu. Aku tidak tahu persis jam berapa saat itu. Ada yang kemalingan. Kamar anak kos yang ada di seberang kamarku mengaku kehilangan hpnya.

"Mbak mungkin lupa naruh di mana."

"Mungkin jatuh di jalan."

"Ketinggalan di tempat kerja mungkin, Mbak."

Semua pertanyaan diajukan oleh teman - teman kos yang lain. Aku yang tidak tahu apapun ikut menimbrung saja.

"Mbak, kunci kamarnya saat mandi pagi tadi?" Aku menanyakan tentang kondisi kamarnya saat itu.

"Ya seperti biasa. Mbak akan kunci kamar tiap mau ke kamar mandi atau masak."

"Ini yang ingin aku perlihatkan sama kamu, Hana."

Akhirnya aku paham mengapa Felicia menahanku agar tidak membuka pintu kamar dulu sebelum kejadian itu. Memang sebenarnya sebelum peristiwa ponsel itu hilang aku sempat melihat arah luar melalui jendela.

Di ujung dapur aku melihat sesosok anak kecil. Aku pikir itu anaknya pekerja kos karena tingginya hampir sama tapi yang membuat aku bingung anak kecil itu hanya memakai celana pendek, bertelanjang dada dan hanya sehelai rambut yang tumbuh di kepalanya. Nah kalian bisa tebak siapa dia, kan?

Waktu itu aku masih belum menyadari keberadaannya di kos ini untuk mengambil sesuatu. Aku pikir dia sekedar menumpang lewat saja. Pada akhirnya dia mengambil ponsel milik teman kosku. Kalau tidak salah ponselnya itu merk Blackberry tapi tidak tahu tipe berapa.

"Mbak, mau lapor polisi?" tanya anak - anak kos lainnya tapi menurut teman kos ini yang kehilangan ponsel mungkin saja dia lupa menaruhnya di mana. Akan tetapi sampai sore tidak ketemu.

"Jangan memberitahu kepadanya. Tidak akan percaya dengan apa yang kamu ucapkan."

Felicia memperingatkan aku untuk tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya aku sudah tahu akan hal ini.

Beberapa jam sebelum kejadian itu aku merasa tidak enak dengan suasana kos ini. Jika aku merasa seperti itu maka akan ada suatu kejadian. Sebenarnya ada orang dalam yang mengambilnya melalui perantara anak kecil itu. Pemilik kos ini memang banyak pegawainya. Salah satunya adalah yang mengambil ponsel mbak kosku ini.

Memang tidak sekali dua kali saja kejadian ini terjadi. Ada yang kehilangan uang juga. Untungnya aku dan kakak tidak pernah kehilangan apapun. Mungkin ada yang membantu kami untuk menghindari kejadian itu.

Aku sampai sekarang tidak cerita kepada siapapun mengenai kejadian ini hanya kepada mama dan kakak saja. Nanti aku malah dikira bohong karena mereka tidak percaya.

Tbc

Pernah ada yang lihat Tuyul? Atau yang lainnya?

Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )Where stories live. Discover now