Liburan Yang Tak Menyenangkan

17.7K 1.6K 156
                                    

"Ketika mitos yang diyakini memang benar adanya."

Mungkin bagi setiap orang liburan adalah hal yang menyenangkan karena bisa liburan bersama keluarga. Aku tentunya senang jika liburan bersama keluarga tapi apa jadinya jika aku tidak hanya sekedar liburan saja melainkan 'melihat' mereka di mana-mana. Ah pusing jadinya karena aku tak menikmati liburan yang menyenangkan.

Liburan keluargaku kali ini akan pergi ke Telaga Sarangan yang terletak di Jawa Tengah di Magetan. Akhirnya setelah penat berada di sekolah kita liburan. Semua keluarga senang beda halnya denganku. Pasti di sana aku akan bertemu 'teman baru' yang akan mengikuti ke manapun kakiku melangkah.

Jauh sebelum keluargaku memutuskan liburan di sana aku sudah mengetahui apa yang akan terjadi di sana. Ada kalanya aku bisa melihat hal-hal yang akan terjadi bukan melihat masa depan.

"Kami akan menemanimu, Hana."

Bu Tin maupun Pak Toh akan selalu menemaniku ketika aku berada di tempat baru. Ohya aku sudah tak bertemu Juminten dan Wachid. Kakak beradik itu sekarang pergi melewati cahaya itu. Aku berharap mereka dapat bertemu ayah dan ibunya.

Kami naik mobil pribadi waktu itu. Kalau tidak salah naik mobil Panther. Aku duduk paling belakang bersama kakak perempuan dan kakak lelakiku. Tahu kan kalau tempat duduknya itu saling berhadapan. Maklum mobil jaman dulu. Ac-nya bahkan tidak sedingin mobil sekarang.  Tapi kami bersyukur memiliki mobil.

Awal keberangkatan tidak terjadi apapun. Baru dari perbatasan Jawa Timur menuju ke Magetan itulah yang membuat aku ketar-ketir sendiri. Di kanan kiri pemandangannya hanya hutan saja yang lebat dengan pencahayaan yang minim. Bukan alas roban ya karena itu hutan yang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Aku tak memperhatikan hutan apa itu. Pokoknya banyak pepohonan yang tumbuh di pinggir jalan. Di tahun 1999-2000-an hutan itu masih gelap dengan pencahayaan yang minim. Tidak ada lampu di pinggir jalan. Kalau sekarang aku tidak tahu ya. Sudah lama aku tidak ke sana lagi.

Sudah suasananya suram di hutan ini mobilpun berjalan lambat. Bukan karena macet. Lenggang jalannya. Tetapi muatan mobil yang penuh.

"Hana...hahahah....."

"Hana sini....."

Bahkan di dalam mobil berjalanpun aku mendengar mereka yang ada di luar. Tepatnya di hutan. Aku bisa melihat mereka di balik kaca mobil. Mereka berbaris membentuk barisan di sepanjang jalan. Rasanya aku ingin sekali cepat sampai ke tempat tujuan. Semua tidur dengan nyenyaknya sedangkan aku tidak bisa memejamkan mata sekalipun.

Mungkin kalian pikir kok mereka tahu namaku padahal jarak antara mereka dan aku jauh. Ya namanya arwah mereka sudah tahu tanpa kita memberitahu. Akhirnya aku terpaksa mendengarkan lagu melalui Walkman. Tahun itu kan tidak ada ponsel yang memiliki fitur musik. Aku putar dengan volume keras. Tetap saja mereka memanggilku walau samar-samar.

Tak aku hiraukan panggilan mereka. Aku berusaha memejamkan mata karena malam telah larut. Akhirnya aku bisa tertidur meskipun tidak nyenyak.

Entah pukul berapa aku menyadari jika kami sudah sampai ke tempat tujuan. Udara yang sejuk membuat nyaman. Tapi tidak senyaman pikiranku. He...he...

Kami memilih penginapan yang dekat dengan telaganya dan tidak perlu jauh-jauh tinggal jalan kaki saja. Penginapan ini terdiri dari empat kamar dengan harga yang terjangkau. Bangunan terbilang kuno ya daripada penginapan lainnya. Penginapan ini kami pilih karena sudah semua tempat sudah terisi. Maklum liburan panjang.

"Selamat datang di penginapan kami."

Aku tak menggubris perkataan sang Bellboy saat mengantarkan kami ke kamar. Kalian akan sama sepertiku jika kalian di lihatin oleh penghuni tak tampak di sepanjang jalan menuju kamar inap kami. Rasanya risih saat mereka dengan seenaknya melihat, menyentuh atau berbisik-bisik. Mereka ada yang berkata seperti ini :

Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )On viuen les histories. Descobreix ara