Pertemuan "Mereka"

9.8K 1K 99
                                    

Mohon dukungannya selalu. Beri  voment atau hanya vote tanpa komen saja itu sudah menghargai karya saya.

Salam sayang

Mm

*****

Ini adalah cerita selama aku berada di suatu tempat yang pernah aku datangi. Ada kisah sedih dan ada kisah yang membuat aku sampai sekarang membuat takut dan merinding jika mengingatnya kembali. Okelah simak ceritaku kali ini yang belum aku pernah cerita ke yang lainnya hanya kepada keluargaku saja.

1. Bertamu

Saat masih kecil kalian pernah di ajak oleh ke dua orang tua bertamu ke rumah seorang, bukan? Ketika aku berusia 10 tahun mama mengajak aku bertamu ke rumah temannya di desa. Namanya anak kecil pasti suka jika bertamu ke rumah orang dengan berbagai camilan termasuk aku.

"Kalau bertamu ke rumah orang lain. Duduk yang sopan tidak boleh bertingkah."

Sebelum pergi bertamu mama akan selalu berpesan kepadaku atau kakak - kakak untuk selalu menjaga etika dalam bertamu. Pada awalnya memang tidak terjadi apa apa saat aku dan mama tiba di rumah teman. Ya kalian tahu sendiri yang namanya ibu - ibu kalau sudah bertemu pasti banyak bicara tak terkecuali mamaku.

"Sstt..sstt..."

Aku melihat ke kanan dan kiri untuk melihat siapa yang sudah bersiul dan memanggil aku. Tidak ada siapapun di ruang tamu. Tepat aku melihat ke arah jendela luar ternyata dia yang memanggil aku. Anak kecil perempuan dengan rambut di bawah telinga dan sisi sebelah kiri wajahnya rusak. Dia menatapku dengan tajam dan tersenyum dengan sinisnya.

Dia tidak bicara hanya melihatku terus. Rasanya tidak nyaman sekali jika kita di pandangi oleh makhluk tak kasat mata selama beberapa menit. Aku tidak tahu apa maunya dia. Selang beberapa menit kemudian dia menghilang entah ke mana. Sampai aku dan mama pulang aku tidak bisa menemukan siapa dia. Apakah dia  penunggu rumah ini atau hanya sekedar tinggal saja?
Ya mungkin dia yang menjadi penyebab anaknya teman mama menangis terus.

2. Siapa yang membayar uang angkutanku?

Cerita ini aku dapat saat ada teman berkunjung di kos. Ia juga memiliki kemampuan yang sama denganku. Ketika ia kecil ayahnya telah membawa N ( aku pakai inisial saja ) kepada Kyai untuk menutup mata bathin milinya tetapi tidak bisa semuanya. Kadang kalanya ia masih bisa melihat.

Kala itu ia pulang kerja malam hari. Untungnya masih ada bus yang akan mengantarkannya pulang. Maklum saja di kota besar bus malam pasti ada sebelum jam 11 malam. Waktu itu sekitar jam 7 malam N naik bus dan duduk di barisan nomer 3 dari pintu masuk. Kebetulan saat itu yang naik hanya 4 orang saja.

Tidak ada yang aneh saat itu tetapi keanehan terjadi saat sang kondektur meminta ongkos bus. Namanya penumpang si N langsung mengeluarkan uang dari dalam tas. Ketika hendak menyerahkan uang sang kondektur malah pergi melewatinya. N pikir apakah gelap di bus sehingga tidak terlihat?

"Pak, saya belum membayar loh."

"Sudah di bayar, Mbak."

"Sama siapa, Pak?"

"Itu tadi bapak - bapak yang barusan turun."

N tentu saja bingung karena ia tidak melihat siapa yang turun. Jika ada penumpang yang turun pastinya N kelihatan karena posisinya berada dekat pintu tapi tak seorangpun yang turun. Jika penumpang di dalam bus hanya empat orang lalu siapa penumpang itu?

N berpikir karena lampu bus yang tidak terang jadi tidak bisa melihat siapa yang turun. Anehnya besok hal itu terulang lagi. Tiap kali di tanya pasti sang kondektur akan menjawab bahwa sudah ada yang membayar. N merasa tidak enak siapa yang sudah membayarnya beberapa hari ini. Jadi N memutuskan untuk duduk paling belakang untuk melihat siapa penumpang itu. Lagi, kata sang kondektur sudah di bayar.

"Memangnya orang yang membayar saya itu seperti apa, Pak?"

N penasaran tentang sosok yang telah beberapa hari ini membayar ongkos busnya.

"Bapak - bapak. Kira - kira usianya 50-an. Tidak terlalu pendek juga tidak tinggi. Perawakannya tidak gemuk, Mbak."

"Saya kira itu bapaknya mbak karena tiap kali mbak naik bapak itu juga ikut naik dan akan turun sebelum mbak sampai tujuan."

Sampai sekarang N tidak pernah tahu siapa bapak yang di maksud oleh kondektur. Jika sopir dan kondektur bus bisa melihat bapak itu kenapa N tidak melihat padahal N duduk dekat pintu keluar dan pasti tahu siapa yang telah naik bersama? Tapi N tidak pernah menemukan siapa bapak itu.

3. Anak - anak

Pernah kalian melihat sesosok yang tak kasat mata tapi masih anak - anak? Pertama kali aku melihat sosok itu yaitu Felicia yang kini menjadi penjagaku. Entah kenapa aku merasa kasihan jika melihat sosok anak kecil yang sudah meninggal. Mereka terlihat bingung dengan kondisi yang sekarang mereka hadapi.

Mereka tidak tahu ke mana langkah mereka selanjutnya. Mereka hanya berjalan tak tentu arah. Pernah aku jumpai kecelakaan sepeda motor di mana sang anaknya sudah tiada. Aku paling tidak suka melihat mereka yang meninggal karena kecelakaan.

Dia ( anak lelaki dengan celana selutut ) melihat tubuhnya sendiri dan berdiri di samping. Aku melihatnya kasihan karena dia menatap nanar ke dua orang tuanya yang menangis. Anak itu tidak berkata apapun hanya diam berdiri saja. Aku tidak mungkin menghampiri anak kecil itu karena nantinya terjadi masalah.

"Ayo bangun..."

Sampai sekarang aku masih bisa merasakan kehilangan ibu tersebut saat ibu tadi mengatakan agar anaknya segera bangun dan mengguncangkan tubuh kaku sang anak dengan tangisan yang memilukan meski sang ibu juga terluka.

Sebenarnya jika di lihat - lihat ( yang punya kemampuan sepertiku) banyak dari mereka yang meninggal karena kecelakaan. Ada yang kepalanya hampir patah, ada yang lehernya berlubang atau anggota tubuhnya yang terpisah dari badannya. Semua sudah aku pernah lihat dan kerapkali aku merasa takut jika mereka membuntuti.

"Kami tahu jika kamu bisa melihat."

Nah itulah perkataan mereka jika aku bertatap muka dengan penampakan yang tak kasat mata. Ngeri dan merasa merinding kala melihat mereka dengan wajah yang hancur. Makanya ketika ada kecelakaan yang ada korban jiwanya lebih baik aku menghindar. Ya namanya juga manusia pasti ada rasa takut juga.

4. Rumah Makan

Ada yang pernah bertanya sama aku apakah ada rumah makan pakai penglaris? Tentu saja jika mereka ingin laris jualannya tapi di sini aku tidak bisa cerita banyak karena aku jarang makan di luar kecuali di ajak makan bersama oleh teman.

Ada satu kisah di mana saat aku naik sepeda motor sepulang kerja aku melihat tenda makan yang penuh dengan pengunjung. Makanannya menurutku biasa saja yakni lalapan. Aku dan teman merasa heran karena menurut temanku ini soal rasa biasa saja. Aku tidak merasa heran karena ada dua penjaga yang tak tampak berdiri di depan tenda saat masuk. Apakah mereka menjulurkan lidah? Tidak.

Beberapa orang mengatakan jika mereka akan menjilat makanan yang akan di makan oleh pelanggannya tapi selama ini aku tidak melihat ya. Aku hanya melihat ada penjaga yang berdiri di depan pintu itu saja yang aku lihat.

Temanku yang membonceng aku malah mengajak masuk untuk makan. Aku mengatakan tidak karena aku tahu di sana seram dan melihat penjaga itu menatap mataku. Masa aku harus berpura - pura? Rasanya tidak nyaman, bukan? Jika kalian makan lalu di tatap terus.

Akhirnya kami memutuskan pulang saja. Bukankah makanan ibu yang paling baik dan enak?

Tbc

Katanya temanku yang juga bisa melihat. Bukan hanya sesosok penjaga saja tetapi ada anak kecil yang terkadang berdiam diri di dalam ruangan. 😱😨

Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang