Felicia Sang Penjaga Setia

14.5K 1.3K 138
                                    

Selain Bu Tin, Pak Toh dan Joseph sebenarnya ada dua penjagaku lain yang senantiasa selalu menemani hingga kini.

Mereka sudah ada sejak aku berusia 9 tahun menggantikan Bu Tin dan Pak Toh yang sudah pergi ke alamnya.

Penjaga dan sahabatku  perempuan. Dia berasal Belanda yang selalu mengatur kehidupanku selama ini dan selalu berada di sampingku.

"Kami di sini bukan untuk menakutimu tapi kami akan menjagamu dan mengatur semua yang ada pada dirimu, Hana."

Mengatur di sini maksudnya bukan memerintah agar menurut perkataan mereka dalam hal negatif. Sedari kecil aku selalu diberitahu agar selalu bersikap sopan dalam bertutur kata, makan tidak boleh berisik, berjalan tidak boleh mendahului orang tua dan banyak hal yang hal yang mereka ajarkan kepadaku hanya untuk kebaikan semata.

"Makanlah dengan pelan-pelan."

"Jangan jalan mendahului orangtua."

"Bersikaplah santun dan sopan."

Apakah aku keberatan? Tentu saja tidak. Karena penjagaku yang selama ini adalah mereka yang baik dan tidak akan mencelakai.

Oh, ya terkadang tanpa disadari aku bisa membaca dan mengartikan bahasa Belanda walau tidak lancar. Aneh, bukan? Padahal selama ini mama atau kakek tidak pernah paham berbahasa Belanda. Aku begitu cepat mempelajari sesuatu tentang bahasa.

Mungkin Felicia membantu selama ini. Aku juga tidak tahu.

"Ingat hati-hati jika berangkat. Berdoa dulu."

Itulah keseharian yang kami lakukan. Felicia selalu mengingatkan aku untuk tidak lupa berdoa.

Felicia adalah gadis kecil Belanda yang cantik. la memakai gaun tidur berwarna putih yang panjang, rambutnya tergerai dengan warna yang kecoklatan dan panjangnya sepinggang dan warna kulitnya putih.

Aku masih ingat awal perkenalanku dengannya tepat saat Bu Tin, Pak Toh mengatakan kepadaku jika mereka harus pergi dan mereka mengatakan akan ada penjagaku yang lain.

"Hai Hana, aku Felicia."

Saat itu aku sedang bermain seorang diri di teras. Aku didatangi oleh seorang gadis kecil Belanda yang cantik, dia duduk di sebelah dan tersenyum manis.

"Hai Felicia. Kamu pengganti Bu Tin?"

Namanya anak-anak yang masih polos jadi seenaknya saja aku bicara.

"lya. Aku akan menjadi penjagamu sampai nanti."

"Sampai kapan?"

"Sampai kamu tidak membutuhkan aku lagi."

"Kamu meninggal karena apa, Felicia?"

"Rumahku terbakar, Hana."

Aku bisa melihat dari matanya jika apa yang dikatakan Felicia benar adanya. Dia adalah putri dari seorang bangsawan dari Belanda di era 1860-an.

Namanya cukup panjang dan aku tidak bisa menyebutkannya karena terlalu sulit untuk diucapkan.

Aku senang berteman dengannya karena dia adalah sesosok yang menyenangkan. Dia juga selalu rnemberitahu mana yang baik dan mana yang buruk. Jika aku terkadang tidak menurut perkataannya maka bisa dipastikan ada hal yang buruk akan terjadi kepadaku.

*****

Ada hal yang selalu aku ingat sampai sekarang mengenai Felicia. Di manapun dan ke manapun aku berada, Felicia akan selalu mendampingi.

Seperti saat itu ketika aku menunggu angkutan umum untuk pulang ke rumah. Felicia menghalangi aku untuk pergi.

"Tunggu beberapa menit lagi, Hana."

Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )Where stories live. Discover now