Cerita Di Kos

10.4K 1.1K 106
                                    

Mohon dukungannya selalu. Beri  voment atau hanya vote tanpa komen saja itu sudah menghargai karya saya.

Salam sayang

Mm

*****

Biasanya seminggu sebelum awal Puasa. Anak - anak kos libur dan pulang ke rumah. Sedangkan aku dan kakak tidak bisa karena kami hanya libur tiga hari. Akhirnya kami memutuskan untuk tinggal di kos saja.

"Mbak, saya titip kos ya. Saya mau pulang dulu. Mungkin tiga hari."

Pekerja kos meminta ijin kepada kami untuk pulang ke desanya dan seperti biasa kami di beri titipan untuk menjaga kos. Tidak masalah sih asal tidak lama - lama.

"Kak, kita jalan - jalan yuk cari makan."

Di bulan Puasa adalah kewajiban kami untuk mencari makan di luar karena suasana kos sepi jadi kakak takut untuk masak meskipun masih ada pekerja kos yang tinggal tapi rumahnya ada di belakang kos.

Enaknya selama bulan Puasa adalah banyak makanan yang dijual semacam Takjil. Wah kami menyukainya. Awalnya aku senang -senang saja tetapi waktu sampai pertigaan jalan yang rumahnya kosong aku mendengar ada yang memanggil dengan siulan.

"Suit...suit..."

"Hi...hi..."

Bukannya berhenti setelah aku melirik ke arah rumah itu eh mereka semakin menjadi - jadi. Masa ada seorang wanita duduk di atas genteng. Tidak mungkin bukan memperbaiki genteng di malam hari? Itu sudah jam 7 malam dan tidak ada tangga di bawah. Nah siapa lagi kalau bukan dia?

Belum lagi ada seorang pria yang mengintip di jendela dengan mata yang hitam pekat. Menatap kami dan tepatnya aku ditatap dengan rasa tak suka. Memangnya aku ingin lewat jalan ini? Ya tidak dong. Mau bagaimana lagi kalau jalan satu - satunya yang dekat dengan jalan raya lewat sini.

"Ada apa, Hana? Kamu lihat siapa?"tanya kakakku waktu itu.

"Ya biasalah kak. Tuh ada wanita di atas genteng."

Akhirnya kami makan lalapan malam itu dan aku tak menggubris saat wanita itu memanggil aku lagi ketika kami pulang dari warung.

Malam hari hanya ada lima orang yang tidak pulang. Kami berada di kamar masing-masing menikmati malam yang dingin di kota Malang. Sayup-sayup kembali aku mendengar suara yang lembut dan bernyanyi. Suara yang aku tidak tahu dari mana datangnya. Entahlah nyanyian apa yang dia senandungkan karena aku tidak memahami bahasanya. Bukan bahasa Jawa ya.

Suara itu berasal dari kamar paling atas di ujung sendiri. Memang penerangannya di lantai atas tidak terlalu terang. Kemungkinan itu yang menyebabkan mereka datang. Aku membiarkan saja suara itu. Dia tidak mengganggu aku selama ini.

Oh, ya selain dia yang bersenandung tiap malam. Ada juga sesosok yang sekelebatan lewat depan kamarku. Aku tidak memperhatikan sosoknya wanita atau pria karena gelap dan cepat sekali gerakannya. Aku bisa tahu ada yang lewat karena jendela yang ada di kamarku hanya ditutupi gorden yang tipis.

Jika malam hari adalah hal yang tidak aku sukai karena jika aku kebelet pipis malam hari harus melihat anak tangga. Jarak kamar mandi dengan kamarku cukup jauh. Tiap melewati anak tangga dan melihat anak tangga pertama. Aku melihat seorang wanita berdiri yang kepalanya menunduk dengan rambut yang tergerai, kedua tangannya dia letakkan di atas perutnya dan memakai gaun selutut berwarna putih. Dia hanya diam saja di sana. Berdiri dan tak bergeming.

Aku pikir dia hanya numpang lewat saja tetapi sampai aku mau pindah dia selalu di sana. Aku tidak mau mencari tahu masa lalunya karena tidak mungkin aku menghampirinya nanti dikira aku ini anak yang agak 'gila' bicara sendiri oleh anak-anak kos.

*****

Di belakang kos ini ada rumah yang di tempati oleh pekerja kos satunya. Sebut saja namanya Mbak Ari. Mbak Ari tinggal bersama suami dan dua anaknya. Mbak Ari dan suaminya menjadi pekerja di kos ini sudah lama. Nah halaman yang terhubung di rumah Mbak Ari ini cukup luas sehingga dijadikan tempat parkir.

Nah tiap malam aku terkadang mendengar suara langkah anak - anak yang berlarian di halaman belakang. Anak - anak itu bermain di malam hari dan tertawa dengan senang.

Kos ini memang tidak terlalu seram bagi aku tapi mengganggunya itu loh yang membuat aku kesal. Tiba-tiba saja menabrak. Nanti saat aku menjemur pakaian ada yang memanggil dan mengintip di balik tembok.

"Jangan ganggu aku."

"Siapa kalian?"

Aku memang sengaja bertanya tapi mungkin mereka malu jadi ya mereka itu sering membuat aku kaget karena penampakannya.

"Hana..."

"Ada apa?"

Mereka memanggil tetapi saat aku balik tanya mereka tak menjawab lagi. Kesalnya sampai di ubun-ubun jika seperti ini. Lebih baik aku dikejutkan dengan kedatangan mereka daripada memanggil - manggil aku tapi saat di jawab mereka sembunyi.

Oh, ya aku pernah salah mengenali seseorang di kos. Aku pikir anak kos baru karena kata ibu kos akan ada anak kos yang datang sore hari.

"Hai Mbak. Kamar yang mana?"

Namanya orang beramah tamah karena kedatangan orang baru di kos otomatis aku menyapa. Bukannya dijawab aku malah di cuekin. Ya aku pikir dia tidak mau di ganggu. Ya sudah aku diamkan saja.

Kamar yang mau di tempati mbak kos ini ada di ujung sendiri. Mbak ini berpakaian seperti kita ada umumnya. Dia memakai baju lengan panjang dan rok selutut. Aku tak ambil pusing kala itu mungkin karena orangnya cuek dan capek sehingga tak menyapaku.

"Mbak, yang kos di ujung baru besok menempati katanya masih ada urusan di kampusnya."

Jadilah aku bingung dengan perkataan ibu kos ini. Lalu siapa yang datang dan masuk ke kamar di ujung sana? Inilah kebiasaanku tidak pernah bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang bukan.

Terkadang mereka hampir sama dengan kita jika wajah mereka tidak ada luka. Satu hal yang sering aku lupakan adalah kedatangan mereka dengan disertai bau yang khas. Ya bisa bau bunga kamboja, bunga melati ada desiran angin yang dingin.

Inilah yang tidak aku sukai jika sedang berada di luar karena mereka acapkali berbaur dengan kita. Jadi aku harus berhati - hati untuk mengajak seseorang bicara karena aku takut salah mengenali mereka makanya itu aku sering diam dan mengamati sekitarku.

Apakah kalian pernah salah menyapa 'seseorang'?

Kalau aku sering salah menyapa seseorang.

Tbc

Bagaimana puasa kalian? Sudah berbuka yang manis- manis? Kalau kami suka beli Takjil di bazar sore yang di adakan oleh penduduk sini. He..he...

Sekali lagi kami mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa ya sahabat - sahabat Hana.

Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )Where stories live. Discover now