Saat Mereka Meminta Tolong

26.1K 2.3K 158
                                    

Ketika mereka memanggil namaku hanya untuk meminta tolong."

*****

Semua orang pasti pernah mencurahkan isi hati kepada teman-teman terdekat atau geng. Curhat kita pasti didengar dan mereka akan memberi
saran kepada kita. Jika teman kita tak mau mendengarkan curhatan kita tentunya kita paham mungkin saja teman kita bosan mendengar cerita kita.

Beda halnya denganku. Bagiku lebih enak jika teman yang berbicara mengenai masalahnya daripada mereka yang tak tampak dan mereka ingin sekalu didengar semua cerita kehidupannya.

Apakah menurut kalian bertemu dan berbincang dengan mereka itu enak? Tidak, itu jawabanku.

Asal kalian tahu jika mereka datang seenaknya dan memanggil namaku bahkan saat siang hari. Mereka pikir aku ini tempat konseling? Jika permintaan mereka tak dituruti dan tak didengar maka mereka akan menyakitiku. Kadang ada luka memar atau luka cakaran di lenganku esok harinya.

Jangan berpikir jika mereka yang tak tampak itu hanya diam, mereka terkadang dapat melukai manusia juga.

"Kenapa dengan lenganmu, Hana?" Aku ingat sekali mama bertanya sewaktu aku terluka mendadak di lengan atau di kaki ini.

"Jatuh Ma."

Ya hanya jawaban itu yang bisa aku beri tiap kali mama atau kakak bertanya. Tidak mungkin aku bercerita sesungguhnya ini perbuatan mereka. Nanti di sangkanya berbohong. Aku pendam sendiri biar mereka tahu suatu saat nanti jika anaknya maupun adiknya memiliki kemampuan ini.

Ada kalanya mereka hanya datang kepadaku dan langsung saja bercerita begitu saja. Ada kalanya mereka itu sangat agresif yang membuat aku seperti ini, memar dan terkena cakaran.

"Hana ...."

"Hana ...."

Suara yang memanggil yang tidak pernah aku hiraukan kerap kali datang. Jika mereka memaksa maka mau tak mau akan mendengarkan cerita mereka. Meskipun, mengantuk aku harus melakukannya dan tak ingin dapat goresan di lenganku esok hari jika mereka marah.

"Dengarkan saja cerita kami. Kami tak meminta saran kepadamu."

Kalau mereka sudah bicara seperti itu, aku harus bisa berkata apa lagi?  Tentu saja mendengar cerita mereka sampai usai.

Cerita mereka adalah menceritakan bagaimana mereka meninggal, rasa sesal atau kerinduan terhadap keluarga. Jika sudah selesai mereka akan pergi dengan sendirinya tapi esoknya aku merasa lelah setelah mendengar cerita mereka. Karena bukan diriku yang keadaan sadar saat mendengarkan cerita mereka, tetapi rohku yang keluar dari tubuh. Rasanya seperti tulang-tulangku lepas.

Aku terkadang bicara dengan mereka dalan keadaan sadar bukan rohku yang keluar. Ya sama seperti kalian yang curhat dengan teman-teman saling berhadapan. Yang membedakan adalah aku berbicara dengan mereka tidak mengeluarkan suara melainkan memakai suara hati.

***

"Mengapa Harus Aku?"

Terkadang sempat berpikir apakah benar aku ini Indigo? Keluargaku bahkan tak percaya. Jika memang ini adalah sebuah anugerah mengapa aku harus
membawa pesan orang yang sudah tiada? Mendengarkan cerita mereka dan melihat rupa yang menakutkan.

Setahuku di keluarga ini hanya aku yang memiliki kemampuan ini. Pernah aku bertanya kepada kakek, apa ada dari keluarga kita yang memiliki kemampuan ini? Jawaban yang diberikan kakek tak terduga.

"Pihak keluarga dari nenekmu yang memiliki kemampuan itu."

"Mereka tinggal di mana, Kek?"

"Ada di Bangil. Nanti kakek pertemukan kamu dengan mereka."

Apa yang dikatakan kakek memang benar. Kakek mengajak kami liburan ke Bangil mengunjungi keluarga besar nenek. Rumahnya ada di pinggir jalan di mana kita harus melewati jembatan kecil dulu baru kita sampai di rumah sepupu nenek.

Saat pertama kali menginjakkan kaki ke rumah sepupu nenek. Aku bisa melihat mereka ada di manapun dan di halaman belakang ada sawah. Aku sempat berpikir jika mereka ada di sini kenapa sepupu nenek tak mengusir mereka?

"Oh ini yang namanya Hana?"

Salah satu anak dari sepupu nenek menyapa dan melihatku dengan aneh.

"Kamu bisa melihat makhluk tak kasat mata,ya?"
Pertanyaannya mengibaratkan jika aku sudah terbiasa melihat hal seperti itu.

"Kami tidak bisa selain kakek kami."

Oh pantas saja mereka tak merasakan kehadiran mereka di rumahnya, mereka tak memiliki kemampuan yang kumiliki saat ini.

"Dulu ada sepupunya kakek kami juga ingin melihat seperti kakek. Beliau melakukan meditasi sampai ke gunung untuk bisa mewarisi ilmu kakek tapi beliau tidak bisa. Beliau menjadi tak sehat dan jiwanya terganggu."

Memang kata kakekku. Dulu ada sepupunya nenek (dua sepupu) yang ingin sekali memiliki kemampuan hal itu karena semua saudaranya dapat melihat mereka yang tak tampak. Beliau mempelajari kemampuan itu dengan semedi di gunung-gunung. Ya bertapa mungkin maksudnya. Beliau tidak mampu dan akhirnya jiwa beliau terganggu.

Setelah percakapan kami di rumah sepupu nenek. Kakek mengajakku ke suatu tempat. Pertama aku tidak tahu tempat apa itu.

Kakek mengajakku menemui orang yang sama sepertiku. Memiliki kemampuan yang aku punya. Beliau bukanlah dukun atau peramal ya.

"Om tahu kalau kamu memiliki kemampuan itu. Tidak usah takut karena hal itu. Karena kemampuan yang kamu miliki dapat membantu dirimu atau mereka."

Baru aku berjabat tangan temannya kakek sudah tahu jika aku memiliki kemampuan itu.

"Jikasaya menghilangkan kemampuan ini bisa, ya Om?"

Bukannya menjawab si teman kakek malah tersenyum penuh arti.

Bisa, ya, Om?" ulangku lagi.

"Tidak bisa Hana. Kemampuan kamu tak bisa dihilangkan. Itu sudah pemberian dari yang Atas."

"Tapi seiringnya kamu bertambah tua kemampuan kamu melihat mereka akan hilang sendirinya."

Nah perkataan terakhir om itu menurutku salah. Buktinya aku sampai sekarang masih bisa bersentuhan, berbicara dan melihat mereka yang tak tampak. Ketika itu aku masih berusia belasan tahun waktu berkunjung ke rumah om tersebut.

Dari sinilah akhirnya keluarga tahu jika aku memiliki kemampuan luar biasa ini.

Namun, tetap saja mereka agak meragukan. Tidak apa-apalah yang penting keluarga tahu jika aku memiliki kemampuan ini.

Dari semua teman-temanku tidak ada satupun yang tahu jika aku Indigo. Aku hanya menganggap bahwa diri ini adalah orang biasa bila didekat teman-teman. Jika mereka bercerita tentang hal-halmistik atau hantu. Aku hanya diam saja dari pada nanti bicara yang sesungguhnya, temanku malah menganggap aku sombong.

"Gunakan kemampuan yang kamu miliki dengan positif. Jangan gunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan agama."

Perkataan terakhir dari temannya kakek itu kuanggap benar karena jika melakukan hal yang negatif dan memakai kemampuan ini untuk suatu hal bertentangan dengan agama akan berakibat fatal.

Katanya teman si kakek ini pernah ada yang memiliki kemampuan ini dan ia memakainya dengan tidak benar, la menjadi dukun dan membantu para orang penting mendapatkan kekuasaan. Ya aku tidak tahu bagaimana cara kerjanya si dukun itu ya sampai akhirnya semua orang yang datang kepadanya mendapatkan kekuasaan.

Sampai di sini dulu cerita mengenai mereka yang memaksaku untuk mendengar curahan isi hati mereka. Hingga sekarang ada beberapa dari mereka yang sering datang meminta didengar ceritanya.

=Bersambung=





21 Desember 2017

Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )Where stories live. Discover now