Liburan Di Rumah

10.2K 1.1K 124
                                    

Mohon dukungannya selalu. Beri  voment atau hanya vote tanpa komen saja itu sudah menghargai karya saya.

Salam sayang

Mm

*****

Pulang ke rumah waktu Lebaran ada senang dan ada sedihnya. Senangnya karena aku dapat ikut merayakan Lebaran bersama keluarga aku yang Muslim. Sedihnya tidak ada lagi ya harus bertemu dengan 'mereka' di rumah ini. Joseph dan ayahnya selalu menunggu kedatanganku di rumah. Mereka menjaga mama dan kakak pertama selagi aku di Malang bersama kakak kedua.

Menurut mama sering kali melihat sekelebatan bayangan di cermin. Saat aku tanya siapa mama tidak bisa menjawabnya karena begitu cepatnya dia belari.

Mungkin ada yang bertanya - tanya mengapa Joseph dan ayahnya menjaga rumahku? Itu karena ada sesuatu yang jahat yang berdiam di rumah kami ini dan hanya mereka yang bisa membuat sesuatu yang jahat itu tidak mengganggu kami dalam artian menjahili, menjatuhkan barang atau membuat kami terluka secara fisik.

"Beberapa tahun dari sekarang kami akan pergi meninggalkan kamu dan keluarga ini."

"Suatu saat kamu tidak akan membutuhkan kami lagi."

"Setelah semua masalah di rumah ini selesai. Kami akan pergi. Bersiap - siaplah untuk hari itu, Hana."

Saat Joseph mengatakan itu aku masih belum bisa menerima kenyataan karena di dalam mimpi aku bisa melihat jika beberapa tahun lagi rumah yang akan tempati saat ini bukanlah milik kami lagi.

Bagaimana perasaan kalian jika mendapati hal tersebut? Tentunya aku sedih terlebih lagi mama. Rumah yang seharusnya menjadi tempat usia senja mama sudah tidak ada lagi dalam beberapa tahun.

Lama - lama aku merasa tidak nyaman di rumahku sendiri. Sepertinya ada banyak mata yang mengawasi setiap pergerakan kami meski sudah banyak orang yang tinggal di rumah ini. Ada kakek dan nenek yang tinggal bersama kami. Kakek dan nenek sebenarnya punya rumah sendiri tetapi mama meminta mereka untuk tinggal bersama. Inginnya biar semakin ramai dan tidak sepi tapi kok lama - lama aku merasa ada sesuatu yang menakutkan. Bukan penampakan seperti biasa yang aku lihat tetapi berupa sekelebatan saja. Kadang aku merasa di kamar kakak Theo ada sesuatu yang hadir di sana. Anehnya kakak Theo tidak merasakan apapun.

"Hana, kamu kemarin malam ada di depan kamar nenek ya?"

"Iya nek. Hana mau melihat apakah nenek sudah tidur."

Aku berbohong agar tidak membuat takut. Aku tidak mau membuat nenek terkejut karena nenekku ada sakit. Jujur malam itu aku tidak pernah berada di depan kamar nenek.

"Kamu jangan menakuti nenek, Hana."

Mama memberitahu aku untuk tidak berjalan hilir mudik di malam hari dan di depan kamar nenek. Lah bukan aku kok masa aku mau berbohong terus.

Kami tinggal bersama kakek nenek selama tiga tahun. Selama aku berada di sana sewaktu liburan ada saja hal yang membuat aku tidak nyaman berada di rumah sendiri. Wanita yang pernah aku beritahu kepada kalian di tangga atas jemuran masih ada di sana. Dia akan menatapku jika aku berada di jemuran. Tatapannya yang dingin dan tidak bersahabat menjadi mencekan jika malam hari tiba. Langkah kaki semakin menggila tiap malam.

Ohya selama aku berada di rumah. Penjagaku hilang entah kemana sehingga hanya ada Joseph dan ayahnya yang setia menjaga kami di rumah dari gangguan yang tak kasat mata.

Jika orang lain berada di rumahku tidak akan merasakan apapun. Mereka akan mengatakan rumahku teduh dan nyaman tidak bagiku. Dari awal membangun rumah ini aku sudah mengetahui bakal ada sesuatu di masa akan datang meski aku tidak dapat melihat peristiwanya kala itu.

Di rumah ini juga aku bisa melihat kematian keluargaku lagi. Aku sudah pernah membuang jauh - jauh tentang kemampuanku yang satu ini dengan cara tidak peduli. Dulu sewaktu kecil saat melihat kematian seseorang aku akan merasa takut dan mengganggap bahwa sosok itu menyeramkan.

Malam itu tepatnya mau tengah malam aku ke kamar mandi. Ketika aku melewati ruang tamu aku melihat ada seseorang yang jalan dengan bayangan hitamnya. Aku merasa pernah mengenal dia tapi tidak tahu karena aku lupa. Dia tersenyum ke arahku dan bagai sebuah film yang tayang slide per slide aku bisa melihat caranya meninggalkan dunia ini. Dia meninggal karena sakit yang di deritanya selama ini.

"Hana, om kamu yang di Jawa Barat meninggal."

Baru keesokan harinya aku mendapat berita dari mama jika om (paman) yang ada di Jabar meninggal. Dia adalah kakak ipar mamaku. Kami tidak bisa datang karena kendala biaya. Jadi malam itu omku berpamitan kepada kami untuk pergi. Pantas saja aku pernah mengenalnya tapi karena kami hanya berhubungan lewat telepon jadi kami kurang dekat.

Jujur aku tidak mau melihat kematian seseorang. Andai aku bisa menghilangkannya aku akan senang tapi kemampuan ini sudah melekat semenjak aku kecil. Aku memiliki kemampuan itu bukan berarti aku bisa melihat banyak kematian seseorang yang aku temui di jalan ya. Kemampuan ini datang secara tiba - tiba. Semisal aku bisa mengetahui kematian omku atau teman dekatku karena ada seseorang yang berbisik di telingaku mengenai seseorang yang akan meninggal. Seseorang itu bukan Felicia atau Hiromi. Suara itu begitu lembut dan halus saat aku dengar.

Di rumah ini bisa di katakan membawa sial karena penyakit tidak hentinya datang menghampiri kami. Nenekku yang semula sehat semenjak pindah ke rumah ini menjadi sakit. Kakekku berulang kali operasi. Mereka tidak percaya akan hal - hal sial seperti itu saat aku katakan. Mama percaya tetapi tidak bisa berbuat apapun.

Musibah terus datang tanpa henti dan tiap malam jika waktunya tidur. Nenekku selalu gelisah dan takut jika tidur karena menurut nenek ada yang mengawasi dari jendela. Jendela kamar nenek terhubung dengan dapur. Nenek akan tidur dalam lampu yang menyala dan pintu kamar tidak tertutup.

Aku kasihan dengan nenek tapi aku tidak bisa berbuat banyak karena aku tidak siapa dia yang sering datang di tiap malam. Kata Joseph dan ayahnya belum waktunya aku pindah dari sini.

"Akan ada waktunya beberapa tahun lagi kalian akan pergi dari sini. Tidak lama lagi, Hana."

"Jika kalian sudah pergi dari rumah ini maka tugas kami juga selesai."

Meskipun Joseph dan ayahnya mengatakan hal itu berulang kali tetap saja aku juga merasakan takut sebagai manusia normal. Kami akan pergi dan meninggalkan rumah ini dan hanya kami berempat saja.

Kadang aku tanpa sadar bisa mencium bau busuk yang ada di dalam kamar kakakku. Baunya seperti luka yang bernanah dan aku saat itu masih belum tahu siapa sesosok yang mendiami kamar kakak Theo. Pokoknya saat aku masuk kamar kakak Theo rasanya sesak sekali dan benar- benar tidak membuat aku nyaman.

Di bab selanjutnya aku akan menceritakan semuanya tentang keadaan rumah tersebut.

Tbc

Sampai sekarang rumah itu terus menghantui kami secara tidak langsung meski rumah itu sudah bukan milik kami. 😵😨

Selamat Malam semuanya....😊😊


Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )Where stories live. Discover now