Ketika Rohku Berjalan

28K 2.7K 166
                                    

"Rohku berjalan tetapi ragaku masih di sana."

*****

Malam seharusnya menjadi malam yang enak jika kita bisa tidur dengan nyenyak setelah kita seharian merasa lelah, bukan? Tapi bagi diriku terkadang malam itu membuat takut sendiri.

Apakah pernah kalian mengalami tidur tapi rasanya tidurmu tidak lelap? Rasanya sangat lelah ketika keesokan harinya. Lelahnya itu seperti kalian mengelilingi lapangan sebanyak tiga kali.

"Hana, nanti jika kamu tidur lalu ada yang memanggil jangan bangun, ya."

"Memangnya kenapa, Bu Tin?"

"Apapun yang terjadi. Jangan kamu dengarkan."

Dasar aku yang beranjak remaja tak menghiraukan perkataan Bu Tin maupun 'teman-temanku' yang lain. Seringkali mereka memperingatkan dan tak jarang pula aku tak menghiraukan sehingga membuat celaka sendiri.

"Hana, cepat tidur. Jangan lupa doa," sahut mama menyuruhku tidur.

"Iya Ma. Sebentar lagi."

Maklum waktu SMP banyak acara televisi yang bagus di banding sekarang. Aku jadi malas beranjak pergi dari layar televisi.

"Sudah tidur Hana. Besok bisa lihat lagi." Mama langsung mematikan televisinya.

"Ya Ma," sahutku pendek.

"Oh, ya Ma. Tadi mama ke dapur, ya?"

"Ya ampun Hana. Mama itu dari tadi di kamar. Kamu kan, tahu minyak gasnya habis. Jadi mama tidak memasak."

Nah loh siapa yang hilir mudik di dapur tadi? Aku sangka mama, tetapi ternyata mama ada di kamar. Aku berada di ruang keluarga saat mataku yang seharusnya lurus menatap televisi melirik ke arah dapur. Aku tidak melihat 'wajahnya' tetapi bentuk tubuhnya sama seperti mama. Ya sudahlah aku menganggap mereka pendatang baru di rumah.

Sebelum aku beranjak ke tempat ternyaman. Bu Tin memperingatkanku sekali lagi. Aku hanya menjawab sekedarnya saja.

"Jangan bangun jika ada yang memanggilmu."

Dan hal itu pun terjadi. Belum lelap aku tertidur ada yang memanggil namaku dengan sangat pelan dan jelas sekali.

"Hana ...."

"Iya Ma. Hana sudah tidur."

"Hana .... "

Saat mengatakannya aku sadar jika mama sudah terbang ke alam mimpi alias nyenyak tidurnya. Aku masih tidur bersama mama walau sudah SMP.

Aku melihat sekeliling kamar. Tidak ada yang memanggil namaku. Lalu siapa yang memanggilku? Ya mungkin mereka yang mengajak bermain.

Waktu sudah SMP, aku pindah rumah lagi. Maklum yang dulu itu sistem kontrak kemudian rumah ini dibelikan sama kakek. Nanti akan aku ceritakan tentang rumah yang baru dengan segala keanehan dan kengerian selama tinggal di sana.

Karena aku merasa tidak apa-apa akhirnya melanjutkan tidur. Entah berapa lama tertidur. Aku seakan-akan tidur, tetapi entah kenapa rasanya rohku keluar dari tubuh. Aku bisa melihat tubuhku sendiri berada di kasur dengan memeluk guling dan mama yang tertidur pulas.

"Loh kenapa ada aku di sana?"

Suatu pertanyaan bodoh yang aku ajukan kepada diri sendiri. Tentu itu tubuh dan ragaku. Hal yang membuat aku bingung adalah kenapa rohku meninggalkan tubuhku?

"Kami sudah mengatakan kepadamu, Hana. Jangan dengarkan saat mereka memanggilmu."

Untung 'teman-temanku' wajahnya tidak menunjukkan kekesalannya karena tak pernah mendengar. Justru mereka selalu saja menjaga dan melindungiku.

Apakah kalian ingin tahu bagaimana rasanya ketika roh kita keluar dari tubuh? Tidak ada rasa apapun. Ya seperti biasa saja saat kalian mau bangun dari kasur tapi yang membedakan adalah kita terbangun dengan tubuh yang masih tidur sedangkan roh kita keluar. Kalian bisa melihat dan bisa berjalan-jalan layaknya kita ini terbangun.

Mungkin saat kita berjalan rasanya roh kita melayang. Kita bisa melewati dimensi waktu. Aku bisa menjelajahi waktu lampau. Jika kalian ingin bertanya apakah aku bisa melihat masa depan. Sebenarnya bisa tapi tak mau mengasahnya. Bukankah masa depan itu adalah misteri dari Tuhan? Aku tak berani mengasah kemampuan yang satunya ini. Aku hanya bisa memprediksi tentang kejadian yang menimpa diriku jika berada di jalan atau ke manapun. Aku tak berani melangkahi lebih dari Tuhan untuk mengetahui masa depan. Ya biarlah seperti ini saja.

"Kami akan ikut denganmu, Hana."

Teman-temanku' selalu mengikut ke mana aku pergi. Mungkin ini adalah pengalaman pertama ketika rohku lepas dari tubuh. Tempat yang pertama kali aku kunjungi tidak jauh dari rumah sendiri.

Rasanya aneh saat roh kita jalan-jalan di malam hari. Aku bisa melihat para bapak yang ronda malam. Para bapak tersebut berkeliling kompleks perumahan dengan membawa senter dan sarung yang menutupi kepala mereka.

Aku juga melihat mbak Kunti sedang duduk di pohon mangga dan pohon kapuk dengan kaki yang diayun-ayunkan. Rambut yang panjang, pakaian yang putih dan tatapan mata yang tak bersahabat.

Selain mbak Kunti aku bisa melihat banyak anak kecil yang bermain. Jika kalian pikir anak kecil itu adalah tuyul kalian salah. Mereka adalah anak-anak dari jaman dulu. Ya sama seperti semasa mereka hidup. Anak-anak itu bermain engrang, petak umpet atau menjahili manusia yang lewat.

Ketika aku menengok ke belakang. Aku tak melihat lagi rumah-rumah melainkan sebuah hutan belantara yang gelap dan banyak pepohonan.

"Itu penglihatanmu saat tempat ini masih menjadi hutan."

"Apakah mereka ini juga dari jaman dulu, Bu Tin?"

"Iya. Mereka masih tidak tahu jika mereka sudah meninggal."

Aku sepertinya berjalan  tetapi kenyataannya aku melayang. Ya tidak menyentuh tanah. Aku sampai berpikir apakah 'mereka' tak lelah melayang terus?

"Hana, sudah waktunya kita kembali."

Aku baru sadar kalau sudah lama berada jauh dari tubuh. Aku harus kembali jika tidak bisa mencelakai diri sendiri. Jika rohku keluar dari tubuh dan ada yang mengajak pergi. Maka aku tak akan mau mendengar dan mengikuti mereka yang tak tampak. Jika aku mau diajaknya, aku tidak akan pernah kembali ke tubuhku.

"Hana, bangun. Nanti kamu terlambat ke sekolah."

Akhirnya aku mendengar teriakan mama memanggilku. Aku tak menyadari rohku kembali dan menyadari diriku sudah terbangun dari tidur dengan rasa capek dan tulang-tulang ingin patah rasanya.

Jangan berpikir jika roh bisa lepas dari tubuh dan jalan-jalan itu enak? Kalian salah besar, Kawan. Ketika kalian terbangun kondisi badan kalian itu sangat capek dan semua tulang kalian serasa patah atau kebas.

"Kamu kenapa, Hana?"

Mama menanyaiku sewaktu sarapan karena berulang kali memijit leherku dan memberi minyak angin untuk badanku yang sangat capek.

"Hana capek, Ma. Kemarin malam jalan-jalan."

"Kamu jalan-jalan ke mana. Kamu aneh, Hana. Kamu itu tidur dengan nyenyak bahkan sampai mengigau," ujar mama menggelengkan kepalanya.

Aku lupa jika mama tak percaya hal semacam itu. Ya akhirnya aku pendam sendiri saja. Suatu hari nanti mama akan menyadari kemampuan yang aku miliki.

"Ingat Hana. Lain kali jika rohmu keluar dari tubuh dan ada yang mengajakmu jangan mau. Hana tidak boleh mengikutinya."

Benar kata 'teman-temanku' itu tentang ajakan mereka yang tak tampak. Jika aku mengikuti ajakan mereka maka aku tidak akan pernah kembali lagi. Aku harus menghiraukan ucapan maupun ajakan mereka. Terkadang mereka yang tak tampak itu bersikap agresif terhadap manusia.

Aku sampai sekarang bisa berjalan-jalan dan meninggalkan tubuhku. Bukan sekedar jalan-jalan saja, tetapi mendengarkan kisah mereka yang sudah meninggal.

Note :

Hana memang bisa tahu jika ada kejadian yang tak mengenakkan jika menimpa dirinya atau keluarganya.

15 Desember 2017

Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )Where stories live. Discover now