chapt 36

16.8K 2.1K 307
                                    


"Dulu aku selalu berdoa, suatu hari nanti kita akan berlarian di padang ilalang dengan tangan yang saling bertautan. Tertawa bersama hingga kita berdua lupa akan alasan di baliknya"

*****

Aye! Aku dateng lagi 😎

Setelah berabad abad tertimbun di padang pasir yang tandus. #plak
Hayoo kangen ya? Ngaku aja deh gpp kok 😂

Daripada kelamaan dan kalian malah bosen denger celotehan saya yang gak ada faedahnya lebih baik langsung scroll ke bawah untuk membaca 🙇😂

Tak pernah Riri bosan untuk mengucapkan.

Happy reading 😚😚

Selamat jatuh cinta ❤❤❤

*****

Elina mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, bukan karena gugup karena posisi dia yang kini begitu dekat dengan Raiki. Tapi dia tengah merasa kebingungan, sebab Raiki mengucapkan kata-kata tadi dalam bahasa yang tidak di pahami olehnya.

Sementara itu Raiki yang melihat wajah kebingungan Elina justru tersenyum dengan lembut. Tangan kanannya bergerak mengelus puncak kepala Elina.

"Jika ingin tahu artinya, kamu harus menjadi wanitaku terlebih dahulu" bisik Raiki tepat di depan wajah Elina.

Mata Elina langsung membulat, dengan cepat dia mundur ke belakang. Mengalihkan pandangannya dari tatapan Raiki.

Jantung Elina berdetak begitu cepat, ketika kata 'wanitaku' kembali terngiang di telinganya. Apa Raiki sudah gila? Kenapa dia harus mengatakan hal seperti itu.

Biarpun arah mata Elina kini berada di sisi kiri, dia bisa merasakan jika Raiki masih menatap ke arah dirinya. Seolah tengah mencari tahu reaksi apa yang akan Elina perlihatkan atas ucapanya barusan.

Kenapa Raiki harus berubah seperti sekarang, dia terlihat seperti pria normal pada umumnya yang tengah mencoba untuk mendekati wanita yang dicintainya. Elina tidak suka? Tentu saja tidak! Dia tentu saja suka jika Raiki bersikap seperti itu. Menandakan bahwa dia telah benar-benar menjadi 'pria normal' seperti ketiga sahabatnya.

Hanya saja ini terlalu mendadak, Elina yang selama ini biasa melihat sorot mata tidak suka dan penuh kebencian dari mata keabuan Raiki. Kini berubah menjadi tatapan sendu yang mampu menghanyutkannya hingga ke jurang yang paling dalam.

"Jadi bagaimana, Elina?"

"Jawabannya adalah tidak!" balas Elina sengit.

Tanpa menunggu apa yang akan Raiki katakan, Elina langsung pergi ke arah pintu keluar. Dia tidak bisa berpikir sekarang apa yang Raiki ucapkan tadi terus saja berputar di otaknya.

Elina tidak ingin Raiki tahu bahwa jantungnya berdetak sangat kencang saat ini. Begitu kencang hingga membuat Elina takut jika Raiki bisa mendengarnya.

Sementara itu Raiki tersenyum kecil melihat perubahan ekspresi wajah Elina. Dia tahu semburat merah yang tadi tercipta di kedua pipi Elina. Hanya saja dia memilih untuk tidak mengatakan apa-apa. Dia takut Elina akan semakin marah padanya.

Raiki akan memberitahukan arti dari ucapannya yang dalam bahasa Jerman tadi dengan cuma-cuma. Jika Elina bertanya langsung kepadanya, tapi dia tidak melakukan itu. Elina memilih untuk diam, jadi Raikipun juga ikut bungkam.

CAN'T STOP [COMPLETE]Where stories live. Discover now