chapt 29

17.5K 1.9K 451
                                    


"Maafkan aku, ampuni aku Elina..."

*****

Elina berdiri di depan sebuah kaca, memperhatikan seorang anak lelaki yang kini terbaring di atas tempat tidur. Dengan banyaknya selang yang menempel di dadanya. Hidung dan mulutnya tertutup oleh alat bantu pernafasan.

Air mata terus membanjiri pipi Elina, dia menempelkan telapak tangannya di kaca. Seolah olah tengah menyentuh kepala putranya.

Benar anak itu adalah Aliky.

Putra semata wayang Elina.

Dia masih berada di dalam ruangan khusus, Elina belum boleh masuk karena masih ada pemeriksaan lebih lanjut oleh para dokter. Dia tadi sempat menolak dengan tegas dan bersikeras ingin masuk kedalam.

Tapi ini sudah prosedur, dan Elina tidak bisa melawan. Demi kebaikan Aliky, dia mengalah. Kini yang bisa Elina lalkukan hanya memandang putranya, sambil terus berdoa agar sakit yang kini dirasakan Aliky bisa berpindah padanya.

"Aliky, buka matamu sayang. Jangan tinggalkan Mama, jika Aliky bangun Mama akan mengabulkan apapun yang kamu mau.  Apapun itu sayang. Tapi kamu harus bangun, Mama mohon." pinta Elina menyayat hati.

Hatinya begitu sesak ketika melihat putranya terbaring di sana, dan perkataan dokter tadi kembali terngiang. Tentang kemungkinan buruk yang akan terjadi pada putranya, dia tidak akan sanggup.

Bagaimana hal mengerikan seperti itu terjadi pada putranya. Dia masih kecil, Aliky pasti akan mengalami depresi jika sampai dia ternyata benar mengalami kebutaan.

"Tuhan.. Kenapa harus putraku, dia masih kecil. Aku saja yang menangung hal mengerikan itu, jangan putraku. Jangan dia__" Elina terisak semakin kencang.

Tubuhnya luruh ke lantai, dinginnya lantai yang dia duduki bahkan tidak di rasakan oleh Elina. Karena seluruh tubuhnya sudah mati rasa, tidak bisa merasakan apapun selain kesadaran putranya.

Kali ini dia harus mengalami ini semuanya sendirian, seperti sebelumnya tidak ada yang menemaninya dalam masa terburuk. Dulu ketika dia melahirkan Alikypun, Elina melewatinya sendiri tanpa adanya suami yang dan juga keluarganya yang mendampingi.

Dia tidak kuat, Elina juga ingin bersandar. Menumpahkan air matanya dan mengeluarkan sesak di dadanya saat ini. Mengadukan jika dia tidak sanggup berdiri, hatinya sangat hancur ketika melihat putranya terbaring koma.

Kris yang tadi datang bersamanya kini tengah pergi untuk membelikan makanan, karena sejak siang perut Elina tidak terisi apapun. Tentu saja, bagaimana mungkin dia sempat untuk makan jika melihat putranya tidak membuka mata sejak matahari berada di atas dan sekarang sudah tenggelam.

"Elina__" panggil seorang pria dari balik punggung Elina.

Elina yang tadinya masih terisak mendadak menghentikan tangisannya karena mengetahui siapa pemilik suara itu. Dia lalu menolehkan kepalanya, dan benar seperti dugaan nya.

"Untuk apa kau kemari?" tanya Elina dingin.  Dia bangun dari tempatnya, menatap penuh kebencian ke arah pria itu.

"Aku ingin menjenguk Aliky, bagaimana keadaan___"

"Rasanya itu bukan menjadi urusanmu, Raiki. Kau hanyalah orang asing baginya, jadi tidak perlu repot-repot untuk datang kemari" potong Elina. Sebisa mungkin Elina menahan amarahnya agar tidak menjambak Raiki saat ini juga.

CAN'T STOP [COMPLETE]Where stories live. Discover now