chapt 30

19.8K 2.2K 719
                                    


"Akupun tidak mengerti, apa yang tengah terjadi pada diriku"

*******


Elina terus memandang ke arah depan, dimana Aliky masih menutup kedua matanya. Tak ada gerakan sedikitpun dari tubuh bocah berusia tiga tahun itu. Hanya dada yang naik turun pertanda bahwa dia masih bernafas. Menghirup udara yang berasal dari tabung oksigen.

Tadi dia meninggalkan Aliky sebentar untuk pergi mengurus administrasi. Namun ketika sampai ternyata seluruh biaya sudah lunas terbayar. Elina bingung karena seingatnya dia belum mengeluarkan uang satu peserpun untuk biaya rawat Aliky. Perawat itu tidak mengatakan siapa orang yang sudah melunasi karena permintaan dari orang tersebut.

Dia ingin tahu siapa orangnya, apa mungkin Kris?

Jika benar Elina akan berterima kasih nanti, pria itu harus pulang karena panggilan kerja mendadak yang tidak bisa dia tolak. Dengan sedikit menyesal dia pamit pada Elina untuk pergi ke tempat kerjanya. Elina tentu tidak keberatan, karena sudah semalaman Kris menemaninya di Rumah Sakit.

Langkah kakinya pun kembali ke ruang dimana Aliky berada. Lagi-lagi air matanya menetes, merasakan sakit melihat putranya yang tidak kunjung bangun. Walau baru satu malam tapi Elina dilanda ketakutan yang sangat besar.

"Aliky, bangun sayang. Mama mohon" bisik Elina di depan kaca.

Kenapa semua ini harus terjadi, padahal hidupnya sudah baik-baik saja sejak satu tahun belakangan. Dia bisa hidup tenang tanpa ada ganguan apapun, namun seketika berubah saat dirinya bertemu dengan Raiki di Taman waktu itu.

Dia sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjalani hidup yang baru dengan putranya. Tanpa ada bayangan Raiki sedetik pun. Kenyataanya? Sekarang Tuhan malah mempertemukan mereka kembali.

Dan hidup Elina kembali kacau!

Raikilah penyebabnya.

Pria itu memang selalu menjadi sumber rasa sakit di hidup Elina. Selama ini dia bisa menerimanya, tapi dia tidak akan terima jika Aliky juga ikut merasakan kesakitan. Aliky adalah satu-satunya orang yang tidak akan Elina biarkan terluka walau hanya segores saja. Dia selalu menjaga Aliky dengan penuh perjuangan seorang diri, membesarkannya dengan penuh kasih sayang.

Hingga Aliky tidak menanyakan dimana sosok 'Papa' yang dulu pernah dia tanyakan.

Pertanyaan itu adalah hal tersulit yang tidak bisa Elina jawab, dia bahkan hanya tersenyum dan mengelus kepala Aliky tanpa menjawab pertanyaan sang putra.

Karena semua terasa sulit dan juga rumit, mana mungkin Elina mengatakan yang sejujurnya jika ayahnya adalah seorang pria yang tidak menginginkan dirinya. Atau juga tidak mengingkan keberadaan Aliky. Mana mungkin Elina sanggup mengatakan hal se menyakitkan itu.

"Mama?"

"Iya sayang, ada apa?" jawab Elina lembut.

"Dimana Papa? Kenapa dia tidak tinggal belsama kita? Apa Papa tidak sayang pada kita? Apa kalena Aliky nakal? Aliky janji tidak akan nakal, Mama. Aliky janji!" jelasnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Oh, sayang."

Elina langsung merengkuh tubuh mungil Aliky kedalam rangkulannya. Mendekap nya sangat erat, Elina bisa merasakan getar di tubuh Aliky. Putranya pasti tengah menahan tangisnya. Dia tidak ingin di sebut cengeng lagi maka dari itu dia selalu menahan air matanya agar tidak keluar.

Tapi justru disana Elinalah yang mengalirkan air matanya. Karena tidak sanggup menjawab setiap pertanyaan yang terlontar dari bibir Aliky. Lidahnya bahkan terkunci tidak mau bergerak.

CAN'T STOP [COMPLETE]Where stories live. Discover now