chapt 21

21.3K 2.1K 303
                                    

"Jangan membuat diriku memiliki 'harapan' lagi atas dirimu, aku mohon hentikan!"

******

Komentar kalian di part sebelumnya membuatku senyum" sendiri 😁😁😄😄
Seneng deh, lihat kalian yang begitu ekspresif.

Thank you untuk kalian semua para pembaca yang selalu setia menunggu up cerita ini, Raiki beruntung karena dicintai oleh kalian. #ahay 😍😍😂😂

*****

Raiki berjalan menuju tempat yang dikatakan oleh sang perawat yang meminta tolong padanya. Dengan posisi Elina yang berada di gendongannya. Semua mata tertuju pada keduanya karena Raiki yang mengendong Elina Ala bridal style, dan tentu saja yang membuat orang-orang penasaran adalah karena Raiki yang memakai baju pasien menggendong seorang dokter dengan infus yang masih tertancap di tangan kanannya.

Seperti adegan dalam telenovela saja.

Begitu membuat orang-orang yang disana terpaku dan merasa iri.

Elina hanya mampu menundukan kepalanya, dia merasa sangat gugup. Tapi alasan sebenarnya adalah karena dia ingin menyembunyikan semburat merah yang tercetak jelas di wajahnya. Pipinya terasa begitu panas ketika mendengar orang-orang yang membicarakan betapa romantis mereka.

Elina tidak ingin salah paham atas perlakuan Raiki, dia fikir ini hanya bentuk kemanusiaan tanpa adanya rasa lebih. Meskipun begitu, hati kecilnya melonjak bahagia karena untuk sekian lama akhirnya dia merasakan ketulusan dari Raiki.

Bukan kepalsuan yang pernah dia rasakan sebelumnya.

Kini mereka sudah berada di depan pintu ruang dokter umum, sang perawat membuka pintu untuk Raiki. Mereka masuk kedalam membuat sang dokter pria yang berusia sekitar lima puluh tahunan menautkan alisnya bingung.

"Dokter Harold kaki dokter Elina habis terjatuh dari tangga, bisakah anda memeriksanya" pinta sang perawat.

"Dudukan dia di sana" titah sang dokter sambil menunjuk tempat tidur yang berada tak jauh dari Raiki.

Tanpa banyak bertanya Raiki lalu berjalan ke tempat yang dimaksud sang dokter. Mendudukan Elina secara perlahan seolah tubuh Elina adalah sebuah kaca yang mudah pecah.

Setelah memastikan Elina duduk dengan nyaman, Raiki sedikit mundur untuk memberikan ruang agar dokter bisa memeriksanya. Namun dia masih berdiri di dekat Elina.

Tepat di samping kiri Elina.

Sangat manis, Raiki.

Kejadian itu tidak lepas dari pandangan sang dokter, namun sang dokter memilih untuk diam. Dokter Harold segera mendekat dan memeriksa pergelangan kaki kanan Elina.

"Akh!" ringis Elina. Ketika Dokter Harold menyentuh kaki Elina.

"Bagaimana bisa kamu mendapatkan luka ini dokter?" tanya Dokter Harold pada Elina.

"Saya tadi terburu-buru dokter, jadi tidak memperhatikan langkah dan akhirnya terjatuh" terang Elina tanpa rasa bersalah, bahkan dia memperlihatkan senyuman tidak berdosa.

CAN'T STOP [COMPLETE]Where stories live. Discover now