chapt 14

23K 2.4K 320
                                    


"Aku tidak tahu dengan apa yang tengah terjadi pada hidupku, semua terasa kacau"

*******

Raiki terlebih dahulu mengakhiri ciuman yang tadi terjadi antara dirinya dengan Venna. Dia juga tidak mengerti akan dirinya, secara reflek tubuhnya menarik Venna dan menenderkan Venna pada mobilnya.

Lalu dengan cepat bibirnya sudah mendarat di atas bibir Venna, pada mulanya hanya menempel namun detik berikutnya dia mencoba untuk menggerakan bibirnya.
Venna yang terkejut hanya bisa berdiri mematung akibat serangan tiba-tiba yang di lakukan oleh Raiki. Tapi dia tidak bisa menolak ciuman itu, karena dia memiliki perasaan pada Raiki.

Hingga akhirnya dia menutup matanya dan mengikuti permainan yang di buat Raiki, mereka berciuman selama dua menit. Setelah Raiki yang memutuskan untuk menjauhkan dirinya. Kini keduanya masih terdiam di tempat, masih mencari tahu apa saja yang baru saja terjadi. 

"Venna.. "

"Aku tahu, itu hanya sebuah ciuman biasa. Kamu tidak perlu minta maaf" ucap Venna sambil mengelus pipi kanan Raiki.  "Hanya saja.. "

Raiki mengangkat kepalanya, ketika nada bicara Venna sedikit aneh di telinganya.

"Siapa yang tengah kamu bayangkan saat kita berciuman tadi?" tanya Venna lirih.

Pupil mata Raiki melebar, kenapa Venna berkata seperti itu. Tentu saja dia membayangkan dirinya,  bukan orang lain! 

"Tentu saja dirimu, kenapa kau bisa berfikiran seperti itu?" kilah Raiki dengan mengenggam tangan Venna yang ada di pipinya.

"Jangan membohongi dirimu sendiri, Raiki. Sudah sangat jelas jika kau tengah membayangkan orang lain, kau lupa? Aku adalah seorang psikolog. Jadi jangan berpura-pura padaku." terang Venna.

Venna lalu menarik tangannya yang tadi sempat di pegang oleh Raiki. Dia sebisa mungkin memperlihatkan wajah yang ceria. Dan mencengkram dompet merah yang sejak tadi di bawa nya.

Bukan hanya dia saja yang akan mengatakan hal tadi, orang lain juga pasti akan sama. Karena ciuman yang Venna rasakan adalah sebuah ciuman dingin tanpa ada perasaan sedikitpun, begitu menuntut dan juga dingin. Seperti mengatakan bahwa bukan dirinya lah yang diinginkan oleh Raiki.

"Sudah malam, aku harus segera masuk kedalam. Lusa jangan lupa untuk jadwal checkmu, Raiki" ucap Venna akhirnya, dia lalu berjalan ke arah depan.

"Venna, Maaf aku.. Aku.. "

"Jangan meminta maaf, Raiki. Kau tidak membuat kesalahan apapun" Venna tersenyum tulus. "Good night, Raiki!"

Setelah mengucapkan kata itu Venna segera berlari ke arah rumahnya, tanpa menoleh sedikitpun ke arah Raiki. Sementara itu Raiki hanya mampu memandang punggung Venna yang mulai menjauh dan hilang. Dia lalu menyenderkan badannya ke mobil Silver miliknya, mengusap wajahnya kasar.

"Sebenarnya apa yang telah aku lakukan!" gumam Raiki pada dirinya sendiri.

Dia mendongakan kepalanya ke atas, melihat langit malam yang tidak dihiasi satu bintangpun. Apa yang di ucapkan Venna kini kembali terngiang di telinganya, tentang dia yang membayangkan orang lain.

Tidak bisa di pungkiri bahwa itu adalah sebuah kebenaran, saat ciuman tadi berlangsung bayangan orang lain datang ke dalam pikirannya. Dia bahkan tidak bisa menghentikannya, wajahnya muncul begitu saja.

Wajah Elina yang dulu pernah diciumnya dengan kasar! 

Wajah Elina yang mengerang kesakitan akibat ulahnya.

CAN'T STOP [COMPLETE]Where stories live. Discover now