chapt 3

36K 3.2K 130
                                    


"Aku sudah berlari menjauh, tapi pada akhirnya aku kembali ke titik awal saat aku memulainya"

******

Elina terus berdiam diri, tidak berniat untuk mengeluarkan satu patah katapun. Berbeda dengan Aliky yang begitu antusias menjawab setiap pertanyaan Paman Edennya.

Bahkan Putra Elina itu tertawa ketika Eden menggodannya, tapi mata Eden tak pernah lepas dari wajah Elina. Dia tahu bahwa Elina tidak menginginkan hal ini, kembali ke rumahnya.

Dia sudah memutuskan untuk pergi sepuluh tahun yang lalu, tapi sekarang Eden menariknya paksa untuk ikut kembali ke rumah yang banyak memberikan luka pada Elina di bandingkan kebahagiaan.

Bahkan waktu seolah bersekongkol karena mobil Rover Hitam yang di kendarai Eden telah sampai di pelantaran rumah milik keluarga Rupert. Tidak ada yang berubah, semua tetap sama bukan Elina. Rumah di hadapanmu tidak mengalami perubahan sedikitpun.

Eden keluar terlebih dulu, diikuti Aliky yang ingin keluar terlebih dahulu. Haruskah Elina masuk kedalam, siapa saja tolong bantu Elina untuk pergi dari tempat ini.

Tapi usahannya sia-sia, itu hanya pengharapan karena Eden sudah kembali mengenggam tangan Elina dan dia mengendong Aliky di sisi lain.

Mereka harus berjalan karena luasnya halaman penuh dengan rerumputan, tapi saat di pertengahan jalan Elina tidak sengaja menatap tempat duduk kayu yang menjadi saksi sejarah pertemuan pertamannya dengan Raiki.

Saat itu usia Elina sepuluh tahun. Dia menagis karena mendapat tamparan keras di pipi kanannya. Dan orang yang menamparnnya adalah ibunnya sendiri.

"Kata mom seorang gadis tidak boleh menangis!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kata mom seorang gadis tidak boleh menangis!"

"S.. Siapa kamu?" tanya Elina kecil dengan wajah sembab ketara habis menangis. Bahkan jejak air mata masih jelas terlihat.

"Raiki! Kau sangat jelek saat menangis gadis kecil bergigi ompong"

"Gigiku tidak ompong!" bantah Elina.

"Tapi memang begitu, lihat deretan gigi depanmu tidak ada. Kau pasti tidak pernah menggosok gigi. Sangat jorok!" tambah Raiki yang mulai memanjat pagar kayu dan berjalan ke arah Elina.

Elina sekarang berubah menjadi kesal karena di ejek oleh Raiki. Dia akan segera memarahi bocah yang lebih tinggi darinnya namun semua itu di urungkan saat Raiki menyodorkan sebuah apel merah tepat di depan Elina.

"Jangan bersedih, makan ini dan kau akan merasa lebih baik"

"A.. Apel?"

CAN'T STOP [COMPLETE]Where stories live. Discover now