chapt 18

22.5K 2.3K 465
                                    


"Ku mohon jangan berdentak terlalu kencang, nanti dia bisa mendengarnya."

Persiapkan diri kalian yak :v 😀😀😀

*******

"Alean.. "

"Jawabanku masih tetap sama, Raiki. Kau masih belum boleh pulang" jawab Alean jengah dan menutup bukunya dengan cepat hingga membuat suara yg cukup keras.

"Tapi kau tahu aku sangat membenci rumah sakit kan?" kekeuh Raiki lagi.

Alean berdiri dari tempat duduknya dan melangkah cepat ke arah Raiki, dia lalu duduk di samping kiri Raiki.

Sudah sepuluh kali, Raiki terus menanyakan kapan dia bisa pulang kerumah. Hingga membuat Alean harus menahan amarahnya agar tidak meledak akibat pertanyaan Raiki yang terus di ulang-ulang.

"Bisa tidak, sifat keras kepalamu itu sedikit di kurangi. Kau itu baru saja melewati masa-masa kritis. Baru kemarin malam kau sadar, jadi dokter menyarankan kau masih harus dirawat sampai keadaanmu benar-benar pulih" terang Alean sambil menunjuk nunjuk pundak kiri Raiki.

Raiki langsung memperlihatkan wajah kesal nya, dan menatap sengit Alean. Berharap tatapan nya bisa membuat pria itu berubah fikiran, tapi apa? Alean justru membalasnya dengan pelototan lebih tajam.

"Aku bosan disini! Bau obat malah membuatku semakin mual. Aku dirawat di rumah saja, lagipula ada pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan, Lean" Raiki masih saja mencoba untuk mendebat Lean.

Raiki membuat kesabaran pria itu sudah mencapai ubun-ubun, saat dia akan mencekik Raiki suara pintu yang menabrak dinding mengejutkan Alean. Dia pun mengurungkan niatnya, walau sebenarnya dia tidak bermaksud mencekik Raiki.

"Raiki!!!"

Teriakan seorang wanita membuat keduanya menoleh ke sumber suara, seorang gadis dengan jubah putih langsung berlari dan menubruk tubuh Raiki. Membuat pria itu meringis dan sedikit kesakitan.

"Apa kau baik-baik saja? Apa yang terjadi padamu? Menghilang selama dua hari dan tidak mengangkat telpon dariku" ucapnya bertubi tubi dengan masih memeluk erat tubuh Raiki.

Hey!

Apa kau berniat membuat luka Raiki bertambah parah? Dasar.

"V.. Venna aku.. " balas Raiki terbata-bata karena menahan nyeri akibat pelukan yang terlalu kencang pada tubuhnya.

Alean yang melihat Raiki tengah menahan sakit pun langsung menyentuh pundak wanita itu, yang tidak lain adalah Venna. Teman masa kecil Raiki. Meskipun awalnya enggan tapi akhirnya Venna mau melepaskan pelukannya.

Tanpa mencari tahu tangan siapa yang tadi menyentuh pundaknya.

Jarak diantara Raiki dan Venna masih sangat dekat, Venna memandangi seluruh wajah Raiki yang terdapat memar dan juga lebam. Tangan kanannya terulur ke arah pipi Raiki dan dia mengelus nya secara perlahan.

"Kenapa sampai seperti ini wajahmu?" tanya Venna sangat lirih syarat akan nada khawatir.

"Aku mengalami kecelakaan tunggal" dusta Raiki menatap balik wajah Venna, diapun memperlihatkan senyuman palsu.

CAN'T STOP [COMPLETE]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें