"Loh kenapa, Sei?" Wulan yang tengah asyik menonton acara infotainment yang tayang setiap pagi nampak menolehkan kepalanya. Mengamati Seina yang sedang berjalan mendekatinya.

Seina nampak celingukan. "Papa gak ada kan, Ma?"

Gadis itu merasa tak enak hati sudah teriak-teriak di jam yang masih terbilang pagi di rumah mertua barunya.

Wulan terkekeh, "Papa udah ke kantor. Kamu kenapa teriak-teriak? Si Aga ngapain kamu?"

Seina nampak mengerucutkan bibirnya sebelum menjawab pertanyaan Wulan.

"Kenapa?" tanya Wulan tak sabar.

"Tadi Sei ngasih saran buat Agar ... eh Arga ganti cat kamarnya jadi warna pink terus si Arga omelin Sei. Padahal bukan Sei yang mau warna pink, Ma, tapi si ...." Seina seolah sengaja menggantungkan ucapannya.

"Si dedek di perut kamu?" kekeh Wulan.

Seina hanya menganggukan kepalanya. Sepertinya kehamilan pura-puranya bisa dijadikan senjata untuk mengadukan Arga.

Sebenarnya entah apa hubungannya ia tidak boleh tidur di atas ranjang dengan pengaduan alasan ingin mengganti cat kamar Arga, yang jelas Seina hanya ingin melihat Arga dimarahi oleh Mamanya.

"Kalo gitu biar Mama yang bilang ke Arga," tambah Wulan.

Sepersekian detiknya teriakan Wulan memanggil nama Arga nampak menggema di seluruh sudut rumah. Membuat Arga berlari menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.

"Astaga ... ada apa, Ma? Mama ngagetin Aga aja," sahut Arga saat kakinya akan sampai di hadapan Wulan.

Matanya sempat melirik ke arah Seina yang sedang tersenyum tipis. Jika dilihat dari gerak-gerik ekspresi wajah Seina, Arga merasa ada yang tidak beres.

Benar saja, begitu ia sampai di hadapan Wulan, tangan Wulan langsung memelintir telinga Arga, membuat Arga meringis sakit.

"Aw ... Ma! Apaan sih? Kok Aga dijewer?"

"Itu karena kamu berani nolak kemauan Seina!"

Mata Arga membola. Menatap Wulan dan Seina bergantian. Nolak kemauan Seina? Kemauan apa? Gak mungkin kan Seina bilang kalo mereka rebutan tidur di ranjang?

"Kenapa gak kamu iyain aja kalo Seina mau ganti cat kamar kamu jadi warna pink?" tambah Wulan yang seolah mengerti tatapan yang putranya tunjukan.

Sial ... Arga semakin dibuat bingung karena tak mengerti apa yang terjadi.

"Lagian Mama juga pengap liat kamar kamu warna hitam-putih gitu," tambah Wulan lagi.

Lihatlah! Selama ini Wulan tidak pernah protes dengan warna kamarnya, tapi gara-gara Seina? Astaga ... Arga semakin menilai Seina sebagai gadis menyebalkan.

"Turutin kemauan Seina, Ga. Toh katanya itu kemauan baby kalian." Tangan Wulan bergerak mengusap perut datar Seina.

Di dalam hatinya Arga tertawa miris. Astaga gadis itu!

"Oh jadi kamu mau aku ganti cat kamar, Sayang? Kenapa kamu gak bilang langsung ke aku?"

Arga berjalan mendekati Seina. Merangkul gadis itu erat. Tentu saja Seina bisa merasakan itu bukan rangkulan tulus, tapi sebuah penyiksaan yang membuat lengannya nyeri.

Dan masalah panggilan aku-kamu, sepertinya mereka harus belajar menggunakan itu jika di hadapan kedua orangtua Arga ataupun Seina.

"Lepas!" bisik Seina.

Kini keduanya sudah akan menaiki anak tangga kembali ke kamar Arga. Dengan Arga yang masih merangkul Seina.

"Diem!" desis Arga.

"Ma, kita balik ke kamar yah! Mau searching cat warna pink yang gak terlalu mencolok di mata," ujar Arga sekenanya.

Wulan pun akhirnya hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya menatap kepergian putra dan menantunya.

"Lo ngadu apaan sih sama Mama?" tanya Arga setelah mereka kembali masuk ke dalam kamar Arga--dan Seina.

"Ngadu apaan sih? Gue gak ngadu apa-apa. Gue cuma bilang kalo gue mau cat kamar lo diganti jadi pink," kekeh Seina.

Sama sekali tak ada perasaan bersalah di raut wajahnya.

"Dengan alasan kemauan baby di perut lo? Astaga Sei!" desis Arga.

Seina nampak mengerutkan kening dengan alis yang saling bertaut, duduk di samping Arga--di tepi ranjang.

"Kenapa? Apa yang salah?"

"Gue aja lagi berusaha cari cara bilang ke mereka kalo lo gak hamil dan lo malah selalu gunain kehamilan pura-pura lo sebagai senjata buat ngaduin gue?"

"Loh! Lagian kenapa lo baru mikirin hal itu setelah kita nikah, Gar?" Seina ikut berdecak.

"Karena gue baru kepikiran kalo mereka tau lo hamil ya perlahan perut lo semakin besar, Sei. Tapi lo gak beneran hamil, perut lo gak akan pernah besar. Jadi? Gak ada cara lain selain bilang yang sebenernya," ujar Arga.

"Ah bener juga! Kenapa gue juga gak kepikiran sih? Terus gimana? Mau langsung bilang ke Mama? Gak apa-apa? Dia kan baru keluar dari rumah sakit beberapa hari lalu," sahut Seina.

"Entahlah ...," gumam Arga.

Kemudian suara deringan ponsel milik Seina dan Arga membuat keduanya langsung membuka ponsel masing-masing.

Ada beberapa chat dari grup ALUMNI KELAS 12 IPS.

Rasya: Si pengantin baru gimana yah? Dari kemarin gak nongol wkwk

Dena Diandra: Tiba-tiba cinta datang kepada Seina-Arga wkwk

Tita Camila: Sei @Seina Alexandra Ga @Arga Dimitra gimana first nightnya semalam?

Ah suara ponsel tadi berasal dari notif Tita yang menyebut mereka di chat-nya.

Alisa: Harus beneran first night woi!

Nevan: Nah gue baru mau saranin gitu, Al. Bener, Sei, Ga, soalnya kan orangtua kalian taunya si Seina hamil. Perlahan seharusnya perut Seina makin besar wkwk

Anggia: Hahaha jadi gak ada cara lain selain bikin Seina hamil beneran yah, Van? :v

Nevan: Hooh, Nggi :v

"Hamil beneran?" gumam Seina dan Arga bersamaan.

Keduanya saling tatap satu sama lain.

"No!"

---
Sesuai janji aku di status conversation plus komen di part 13 (kalo komen di part 13 bisa tembus 100+ sampe jam 7 malam, aku bakal update lagi) jadi aku tepatin janji nih yeaayy!
Hari ini spesial double update sebagai ucapan terimakasihku ke kalian semua karena hari ini followersku genap 100k followers!!

Tapi buat next part tetep bakal diupdate hari Kamis yah!!😊

Instagram:
(at)ashintyas
(at)oreovanila.story

Serang, 22 Mei 2018

Love,
Agnes

Musuh Tapi Menikah? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now