"Lo sialan banget yah? Turun gak lo!" Seina naik ke atas ranjangnya. Mendorong Arga agar laki-laki itu turun dari ranjangnya.

Bukannya nurut, Arga justru menarik Seina ke dalam dekapannya, membuat Seina berontak.

"Udah ah tidur!" desis Arga.

"Gak mau, Gar! Lepasin gue ah!"

Bruk!

Seina tertawa terbahak-bahak saat Arga akhirnya jatuh dari atas ranjangnya.

Laki-laki itu berdiri sambil meringis, memegang tubuhnya yang terasa sakit.

"Sialan lo!" decak Arga.

"Mampus! Enak kan? Lagian gue suruh pindah gak mau, jatuh kan!" kekeh Seina.

Tapi rupanya suara tawa yang terdengar begitu keras dari kamarnya membuat kedua orangtua Seina datang, mengetuk pintu dengan rasa penasaran.

"Sei, Ga? Kenapa sih? Udah malam, kenapa ketawa kenceng gitu, Sei?" teriak Wina masih terus mengetuk pintu kamar Seina.

"Oh tadi Papa juga denger ada sesuatu yang jatuh. Kamu gak apa-apa, Sei?"

Sial ... Seina masih berusaha meredam tawanya. Gadis itu lupa kalo di bawah kamarnya--yang ada di lantai dua, adalah kamar orangtuanya. Jadi kurang lebih mereka bisa mendengar suara saat Arga terjatuh beberapa menit lalu.

Seina yang masih belum bergerak membukakan pintu pun digantikan oleh Arga.

Laki-laki itu berusaha menyembunyikan wajah meringis-nya saat pintu kamar berhasil ia buka.

"Ma, Pa," sapa Arga kikuk.

"Kalian lagi apa? Kenapa si Seina ketawa keras gitu?" tanya Wina bertubi-tubi.

Arga sempat menolehkan kepalanya, menatap Seina yang sudah membuka laptopnya.

Arga rasa ia mengerti maksud Seina.

"Kita lagi nonton film di laptop, Ma. Film komedi gitu, si dedek di dalam perut Sei kayaknya butuh hiburan," jawab Arga sekenanya.

Ia nampak bergidik geli setelah mengatakan itu.

Dedek di dalam? Apa-apaan! Bahkan di dalam perut Seina tidak ada kehidupan apapun selain cacing-cacing yang selalu minta jatah makan.

"Oh syukurlah. Papa kira kenapa. Kalo gitu, kita mau turun lagi," pamit Heri.

Arga mengangguk. Begitu kedua mertuanya menuruni anak tangga dan lenyap dari pandangannya, Arga kembali menutup pintu dan terkejut saat Seina langsung melempar bantal ke arahnya.

"Dedek palelu! Makan tuh dedek!" decak Seina.

"Boro-boro dedek! Bikin aja belum!" tambah Seina.

"Malam ini lo gak usah tidur di sofa! Di balkon aja sekalian!"

"Eh gue juga jijik yah ngomong dedek, itu spontan. Sebenernya gue juga gak akan mau anak gue lahir dari rahim lo!" decak Arga.

Musuh Tapi Menikah? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now