Dua Puluh Tujuh✔

3.9K 148 2
                                    

'I have die everyday waiting for you.'

***

Hari ini mereka mulai memasuki tahun ajaran baru, sejak dua bulan setelah pentas seni Alvio tidak pernah bertemu Adhya. Mungkin, terakhir kali ia bertemu saat pentas seni malam itu.

Malam dimana harapannya tentang seseorang itu kembali sangat besar namun semua itu sirna. Malam dimana ia mencoba untuk kembali seperti dulu dan malam dimana ia mulai melupakan 'dia'.

Kini Alvio duduk di kelas XI MIA 2 dengan Fahrez, Ajjah dan Kesyfa yang berada di depannya serta Gio dan Novan yang berada di belakangnya sedangkan Feila, ia berada di kelas XI MIA 3, ia masih suka menganggu Alvio jika sendiri atau jika sedang bersama temannya namun seperti awal mereka bertemu Alvio hanya mendiamkannya.

Alvio keluar dari mobilnya dan menyampirkan tasnya di bahu, beberapa siswi yang lewat melirik ke arahnya namun seperti biasanya ia tak perduli. Ia melangkah menuju kelasnya yang berada di atas, beberapa siswi dan adek kelas baru menyapanya, wajahnya datar dan dingin menatap lurus ke depan.

Seorang gadis dengan rambut bergelombang coklat kemerahan yang sedang tertawa bersama seorang laki-laki di depannya memperlambat langkahnya. Bayangan itu, muncul lagi setelah sekian lama ia berusaha untuk hilangkan. Ia menggelengkan pelan kepalanya, 'Jangan berharap dia balik Al,' batinnya.

Alvio menaiki tangga satu per satu menuju kelas barunya sedangkan di Lapangan siswa-siswi sudah berbaris untuk melaksanakan upacara senin seperti biasa.

Alvio melempar tasnya asal lalu berjalan menuju lapangan dengan malas, ia berniat untuk holos namun karena ini upacara pertamanya di kelas sebelas jadi, ia mengurungkan niatnya itu.

Alvio memasuki barisan upacara, "lama banget lo." ucap Fahrez yang berada di sebelahnya namun Alvio hanya mengangkat bahunya cuek.

Alvio berdecak sebal mendengar pembina upacara yang menyampaikan pidato dengan panjang kali lebar kali sisi kali tiang, beberapa siswa-siswi pun mulai berdesah kesal. "Dasar Bu Jahannam, gak tau apa ini panas banget." desis Gio sambil mengelap keringat di keningnya.

"Panas anjir." ucap Fahrez mengipas dirinya dengan topi yang tadi ia pakai.

"Sekian dari saya terimakasih." ucap Bu Ratna dari atas mimbar.

Fahrez berdecak, "dari tadi kek." ketusnya sebal.

Alvio membalikkan badannya beranjak dari tempatnya menuju kelas. "Mau kemana lo?" tanya Gio melihat Alvio keluar dati barisannya. "Upacara belum selesai bego!" sambungnya namun tidak dihiraukan Alvio.

Sekitar satu setengah jam akhirnya upacara selesai, Alvio yang sudah berada di kelas lebih dulu memejamkan matanya sedangkan teman-temannya sibuk bermain dan bergosip. "WOYY!!" pekik Arel dari depan kelas.

"KELAS KITA ADA ANAK BARU!" pekik Arel yang seketika membuat keadaan kelas hening namun beberapa detik setelahnya suara riuh kelas menyambut kedatangan Bu Jeni selaku walikelas baru mereka.

"Bu kok gak sama murid baru?" tanya Gio sambil mengangkat tangannya saat melihat Bu Jeni yang masuk sendirian. "Sebentar." ucap Bu Jeni lembut.

"Masuk." lanjut Bu Jeni.

Seorang gadis dengan rambut bergelombang berwarna coklat kemerahan dan dengan senyum yang menampakkan kedua lesung pipinya membuat keadaan kelas yang tadinya sangat ribut menjadi hening. "Baik, silahkan perkenalkan dirimu ibu mau ke kantor sebentar." ucap Bu Jeni lalu pergi keluar.

Gone✔ [COMPLETE]Where stories live. Discover now