Sembilan✔

3.5K 157 0
                                    

Alvio membuka matanya dan melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi, ia langsung loncat dan berjalan menuju kamar mandi.

Sekitar lima belas menit, ia turun ke bawah menuju meja makan. Tangannya mengambil dua lembar roti dan mengolesnya dengan selai coklat kacang dan menaruhnya di tempat bekal berwarna biru muda miliknya.

Ia meneguk segelas air putih lalu beranjak menuju laci samping televisi dan langsung mengacir keluar rumah.

***

"ARAA!! ADA TEMEN KAMU NIH!!" pekik Asla dari depan kamarnya sambil berkali-kali mengetok pintu. Fradila meliukkan badannya dengan mata terpejam, "Ara masih ngantuk ma.." ucapnya.

"Itu temen kamu nungguin!"

"Siapa sih?!"

"Tetangga depan Ra!"

"Siap--"

Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, ia langsung terlonjak kaget dan langsung ngacir ke kamar mandi. "Iya bentar ma!"

Sekitar lima belas menit ia bersiap, sekarang ia sudah berada di ruang tamu bersama Alvio dan Kenzi yang entah sejak kapan sudah berada di sana. "Ngapain All?" tanya Fradila sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa sebelah Kenzi yang asik menonton televisi.

"Berangkat sekolah." ucap Alvio sambil tersenyum. Fradila menyeritkan dahinya, "kok ke sini?"

"Jemput kamu."

Fradila mengangguk lalu melirik Kenzi yang asik menonton. "Ji, gak sekul?" tanyanya dan di balas gelengan oleh Kenzi. "Libur."

"Abang mana?" tanyanya lagi.

"Masih tidur kali." jawab Kenzi yang masih menonton, Fradila mengangguk.

"Mah! Ara berangkat ya! Assalamualaikum.." pekiknya dari ruang tamu lalu beranjak keluar diikuti oleh Alvio di belakangnya. "Iya." balas Asla dari dapur.

Alvio melajukan mobilnya menuju sekolah. Sepuluh menit berada di dalam mobil akhirnya mereka sampai di sekolah dan langsung memarkirkan mobilnya di parkiran siswa.

Fradila keluar dan di susul Alvio, mereka berjalan beriringan melewati koridor yang sudah cukup ramai. Banyak mata yang memperhatikan mereka dan bertanya-tanya, 'Mereka jadian?' ucap mereka berbisik.

Hingga seorang gadis dengan rambut pendek dan poni yang menutupi dahinya menghalangi jalan mereka. "APA-APAAN LO?!" pekiknya di depan Fradila dengan mata melotot.

Fradila diam tidak menghiraukan pekikan gadis itu. "Minggir lo Han..tu." ucapnya di akhiri dengan olokan.

Hanna melotot tak terima, "berani lo?!"

"Takutlah." jawabnya.

Alvio hanya diam menyaksikan pertengkaran mereka, ia tahu Fradila pasti menang adu mulut dengan Hanna. "Kalau takut kenapa lo ngatain gue?! Beraninya lo berangkat sama cowok gue!" ucap Hanna yang sudah mendekat ke arah Fradila yang menatapnya dengan tatapan mengejek.

"Iyalah lo kayak hantu."

Hanna menjambak rambut Fradila dengan kuat. "Sakit Dora!" pekik Fradila sambil memegang tangan Hanna yang masih menarik rambutnya. "Biar mampus lo!"

Alvio berdecak lalu ia menarik tangan Hanna yang masih menjambak rambut Fradila. "Lepas!" ucapnya tegas lalu menghempaskan tangan Hanna dengan kuat. "Aw.."

Gone✔ [COMPLETE]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt