Empat Belas✔

3.1K 132 1
                                    

Sedari tadi Fradila terus saja merengek agar Alvio menghentikan mobilnya dan berbalik ke sekolah namun rengekannya tidak di hiraukan. Alvio terus melajukan mobilnya hingga berhenti di depan rumah dengan cat berwarna cream. "Al aku gak mau pulang." ucap Fradila dengan kesal.

Alvio dengan wajah dinginnya menyuruh Fradila membuka pintu mobil dan keluar masuk ke dalam rumah. "Pulang Ra."

Fradila menggembungkan kedua pipinya, jantungnya berdegub kencang dan wajahnya memerah. Ia bingung dengan sikap Alvio yang tiba-tiba berubah seperti itu, ia juga bingung harus pulang atau tidak, namun karena sudah seperti ini dengan berat hati Fradila membuka pintu mobil. "Besok gak usah jemput atau antar pulang lagi." ucap Fradila sambil menutup pintu mobil dengan keras.

Alvio mengangguk namun masih diam pada tempatnya sedangkan Fradila terus berjalan hingga di depan pintu rumah tangannya bergetar dan jantungnya berdegub sangat cepat, tangannya basah karena keringat dingin. Dengan pelan ia membuka pintu rumah, "Ara pul-"

Prangg!

Suara pecahan kaca dari dalam rumah membuat ucapan Fradila terpotong, dengan tangan gemetar ia membuka pintu dengan lebar hingga menampakkan Mama dan Ayah nya yang terlihat sedang berkelahi kini menatapnya dengan pandangan terkejut. "Ara udah pulang?" tanya Asla dengan senyum lebarnya.

Fradila menatap Mamanya dengan datar, "lanjutin aja anggap Ara gak ada." ucapnya dengan datar dan melangkahkan kakinya ke atas menuju kamarnya.

Fradila menutup pintu kamarnya dengan keras. Tangannya yang gemetar berusaha mengetik pesan kepada Adhya di ponselnya namun tidak ada balasan. Ia melempar asal tas sekolahnya lalu mengambil koper besar dari atas lemari dan langsung memasukkan baju dan beberapa buku ke dalam koper.

Ia menggapai jaket yang di gantung di belakang pintu kamar dan memakainya tak lupa tas kecil yang tersampir di bahunya. Ia menuruni tangga satu per satu dengan koper yang berada di tangannya. Matanya menatap ruang tamu yang sepi hanya ada suara televisi menyala. "Ara mau kemana?" tanya Aflan, Ayahnya.

"Ayah kapan pulang?" tanya Fradila dengan pelan sambil tersenyum hangat. "Baru aja tadi pulang." ucap Aflan dan di balas anggukan.

"Ara ke apart abang yah.." pamitnya sambil terus mengucapkan maaf dalam hati.

"Ayah baru pulang masa di tinggal sih?" tanya Aflan dengan wajah sedihnya, Fradila terkekeh pelan. "Nanti Ara balik kok." jawabnya sambil memeluk Aflan yang sedari tadi berdiri.

"Dadah Yah.." ucapnya sambil menyeret kopernya keluar hingga melihat mobil Alvio yang terparkir di depan rumahnya.

"Masuk." ucap Alvio dari dalam mobil namun tanpa menjawab ia langsung memasuk taksi yang sudah di pesannya tadi.

Alvio berdecak dan mengikuti kemana taksi itu membawa Fradila. "Pak ngebut ya pak.." ucap Fradila sambil menoleh ke belakang dimana mobil Alvio masih mengikutinya.

Merasa mobil Alvio tidak mengikuti lagi ia bernafas lega, "ke alamat ini pak." ucapnya sambil memberi selembar lertas dengan alamat lengkap.

Sekitar dua jam ia di perjalanan, Fradila menurunkan kopernya dan menyeretnya masuk ke salah satu rumah dengan bunga-bunga yang menghiasi taman depan rumah. "Assalamualaikum.." ucap Fradila sambil mengetuk pintu rumah tersebut.

"Ara.." kaget pemilik rumah dan di balas dengan senyuman lebar dari Fradila. "Bundaa.. Ara kangen.." rengek Fradila dengan kedua pipinya yang menggembung.

Fiana, wanita paruh baya tersebut langsung memeluk Fradila dengan erat. "Ara gak sekolah?" tanyanya dengan alis yang menyerit.

"Udah pulang tadi, besok Ara izin dua hari. Jangan bilang ayah ya bun.." ucapnya sambil memohon.

Gone✔ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang