Tujuh Belas✔

2.7K 132 1
                                    

Fradila menerobos kerumunan orang dan langsung membekap mulutnya dengan kedua tangannya. "Alvio?!" ucapnya lirih.

Ia mengayunkan tangannya ke udara bersiap-siap menonjok Denta yang berada di depannya sedangkan Fradila berada tepat di belakangnya. "BERENTI!" pekik Fradila dengan tubuh yang bergetar.

Ia menoleh ke belakang, seperdetik kemudian Fradila langsung membulatkan matanya. "Dafla?!"

Dafla tersenyum lalu memberi setangkai mawar putih sedangkan Denta tertawa kecil. "Buat?" tanyanya dengan wajah cengonya.

"Buat lo."

Kerumuman siswa-siswi tadi sekarang terbuka, membelah memperlihatkan seseorang yang duduk di salah satu bangku dengan gitar di tangannya, jari jemarinya memetik senar gitar. "Alvio?" lirih Fradila dengan bunga mawar putih di tangannya.

Alvio tersenyum menatap Fradila, gadis yang beberapa hari ini membuat perasaannya campur aduk.

Many love has come
but there's no one how make choose the one
Until the day you came to me
with your nice smile

Alvio terus memetik gitarnya sambil menatap mata Fradila yang menatapnya tak percaya. Ia masih menutup mulutnya terkejut, air matanya menggenang di pelupuk matanya.

Since it is come
I've been loving you all the time
Many things so beautiful
Cause your love so wonderfull

I swear
I will give my love just for you
Until the end of time
All i want is you to be arround

Just little i swear
I will give my love just for you
Please, believing me..

Someone who wants me to love,
There's no one only you,
It's only you..

Alvio berdiri dan menaruh gitar tersebut di bangku yang tadi ia duduki, sorakan teman-temannya sedari tadi tidak ia hiraukan. Ia tersenyum menatap Fradila yang tengah menghapus air mata di pipinya, ia merentangkan kedua tangannya. Dengan sigap Fradila langsung berlari mendekap erat Alvio dengan air mata yang lagi-lagi keluar begitu saja.

Alvio tersenyum dan membalas dekapan tersebut dengan sangat erat. Sorakan teman-temannya pun makin menjadi namun tidak mereka hiraukan. "Tau gitu mawarnya buat gue daripada ke buang sia-sia." celutuk Ajjah saat melihat bunga mawar putih yang sudah tergeletak di lantai.

"Ntar aku beliin." jawab Gio.

"Aku-aku.."

"Udah jadian lo?" ucap Fahrez tiba-tiba.

Gio terkekeh, "belum, tapi mau."

"Iya mau lo, tapi Ajjah gak mau." ketus Fahrez.

"WOY! DIEM!" pekik Arel.

Fradila masih terus memeluk Alvio tanpa memperlonggar pelukan tersebut. "Maaf, maaf, maaf.." ucap Alvio tepat di telinganya.

Fradila melonggarkan pelukannya dan mendongak menatap Alvio, "buat apa?"

"Seharusnya aku yang bilang maaf." lanjutnya.

Alvio menggeleng pelan. "Aku yang salah, aku minta maaf buat kemaren, kemaren dan kemaren. Aku juga minta maaf buat ke depannya." ucap Alvio sambil menggenggam erat kedua bahu Fradila.

Fradila mengangguk dan tersenyum. "Makasih, aku suka!" ucapnya dengan kedua lesungnya yang nampak.

Alvio menarik Fradila, mendekapnya dengan erat. "Suka kejutannya atau orangnya?" bisiknya pelan.

"WOI! APAAN TUH BISIK-BISIK!" pekik Fahrez dengan tatapan curiga dan di balas tonjokkan di bahu oleh Arel. "Diem bego!"

"Dua-duanya." jawab Fradila sambil terkekeh namun beberapa detik kemudian ia langsung melepaskan pelukan tersebut.

Gone✔ [COMPLETE]Where stories live. Discover now