Gone✔ [COMPLETE]

Dua Puluh Dua✔

Hepi Riding cemuaaa..
-

'semua bergantung pada "bagaimana cara kamu menghadapinya." '

***

Alvio langsung bergegas menuju cafe depan kompleks rumahnya. Dadanya bergemuruh, entah mengapa ia mendapat firasat yang tidak enak sejak tadi.

Matanya terus mengitari cafe mencari seseorang yang sejak beberapa hari ingin ia temui. "AL!" pekik seseorang sambil melambaikan tangannya.

Alvio langsung berlari ke arah tersebut dan duduk dengan nafas yang tidak beraturan. "Ara mana bang?" tanyanya langsung.

Adhya terkekeh lalu menyeruput minuman miliknya. "Nafas dulu Al.." ucapnya.

Alvio menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. "Sudah.."

"Jadi?" tanya Adhya memancing.

"Ara kenapa beberapa hari ini gak turun bang?"

"Sakit."

"Sakit?" tanyanya sedikit bingung.

"Iya, sakit." jawab Adhya.

"Sakit aja?" tanya Alvio sedangkan Adhya menggelengkan pelan kepalanya. "Lo gak minta gue jelaskan Ara kenapa." jelas Adhya.

"Gue pikir lo bakal jelasin."

"Gue jawab sesuai pertanyaan lo lah." jawab Adhya.

"Jadi?" lanjut Adhya.

"Jelasin."

Flashback

Fradila membawa mobilnya di atas kecepatan. Ponselnya sudah puluhan kali berbunyi hingga akhirnya ia mengangkat panggilan dari Bintang.

"ARA LO DIMANA?!" pekik Bintang dengan kesal.

"ARA DIMANA?" sahut Adhya yang juga bersama Bintang.

Fradila diam bibirnya terasa sulit bergerak, matanya pun terasa perih. Hanya suara tangisannya yang menjawab. "Ara kenapa?" tanya Adhya pelan.

Lagi-lagi ia hanya diam, "ARA JAWAB ABANG!!" pekik Adhya yang terdengar panik.

"Ra jangan macam-macam Ra.." ucap Bintang yang ikut khawatir.

"ARA CAPEK BANG MAMA JAHAT! SEMUA JAHAT SAMA ARA!" pekik Fradila sambil menangis.

"ARA! ARA TENANG JANGAN NANGIS.. SEKARANG ARA DIMANA? ABANG SAMPERIN.." jawab Adhya panik.

"Ara.." panggil Adhya.

"Ara di jalan bang.." jawabnya pelan, masih terdengar isak tangisnya.

"Ara sama Alvio? Biar abang jemput.. Tunggu yaa.."

"Ara sendiri."

"Naik apa?" ucap Bintang panik.

"Mobil mama."