BAGIAN 8-Jakarta

3.4K 185 3
                                    

Vena Pov~~

Aku menghela nafasku berulang kali. Saat ini aku, bang Ali, Ibu, dan teman-teman abangku ada di perjalanan untuk menuju kota Jakarta dan akan menetap di kota besar itu.

"Dek nanti kamu kerja di perusahaan tempat abang kerja ya, abang udah tanya sama bos abang. Ya kan Din?" Perkataan bang Ali sontak membuatku menatap mas Dino yang lagi nyetir mobil. Kami memang semobil dengan dia dan teman teman bang Ali yang lainnya membawa mobil sendiri.

"Iya, nanti kerja di bagian pengembangan karna hanya itu yang bisa" Pengembangan?? Ok lah daripada nggak kerja sama sekali.

Aku hanya mengangguk dan melanjutkan membaca buku yang sedari tadi ku pegang yaa walaupun pikiranku nggak fokus membaca.

"Terus nanti ibu kerja apa dong?" Aku dan bang Ali langsung menoleh ke arah ibu yang menatap aku dan abang bergantian.

"Ibu di apartemen aja, nggak usah kerja" Aku hanya menfangguk mengiyakan kucapan abang.

"Masa ibu di apartemen mulu sih? Kan bosen" Ucap ibu yang terlihat kesal atas jawaban abang tadi. Aku terkekeh pelan dan langsung memeluk ibu dengan pelan.

"Ibu nggak usah kerja, biar Ana dan abang yang kerja" Ucapku pelan dan mengecup pipi ibu pelan.

"Nanti kalau ibu bosen di apartemen boleh jalan-jalan ke rumah bu, lagian mama selelu kesepian di rumah nggak ada temennya" Ucapan mas Dino membuat kami menoleh ke arahnya dengan bingung. "Bu"? Kapan dia memanggil ibu dengan sebutan itu? Pikirku. Suara tepukan tangan sekali membuatku menoleh ke arah samping mas Dino.

"Nah ide bagus, nanti kalau ibu bosen di apartemen boleh minta Ali biar antar ibu ke rumah tante Kiran" ucap bang Ali dengan antusian dan menoleh ke arah ibu yang masih terlihat ragu.

"Ibu tenang aja, tante Kiran itu bertolak belakang sifatnya sama anaknya. Tante Kira  baik bu, dia bukan tante-tante jaman now kok" Mendengar kucapan bang Ali membuat aku dan ibu terkekeh pelan, aku tau siapa yang bang Ali maksud itu. Berbeda dengan mas Dino, ia hanya menggerutu dengan wajah kesal dan memukul kepala abang dengan agak keras. Pemandangan ini bukan lagi pemandangan yang asing bagi kami, kami sering melihatnya selama bang Ali di rumah sakit. Nggak nyangka umur sudah kepala dua tapi kelakuannya kayak anak-anak.

***

Author Pov~~

Mata Vena tak pernah berkedip melihat pemandangan di depannya ini, sebuah gedung tinggi yang akan menjadi tempat tinggal mereka kedepan sangat lah bagus. Selama ia di Bandung, ia tak pernah menginjakkan kakinya di tempat seperti ini dan sekarang ia akan di kelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit.

"Abang tinggal di sini?" Ucap Vena sambil berjalan memasuki gedung apartemen Ali dengan menggandeng tangan Rena.  Ali hanya mengangguk dan terus berjalan di ikuti oleh ketiga sahabatnya.

Sesampainya di apartemen Ali, mereka langsung membersihkannya karena sudah beberapa minggu di tinggal walau nggak kokor-kotor amat kok. Berbeda dengan Dino, ia selalu melirik Vena yang lagi menyapu di bagian bawah sofa dan membuatnya harus menunduk, kesempatan itu membuat Dino lebih leluasa memperhatikannya.

"Woiii, itu barang taroh dulu bego" Dino meringis pelan merasakan jitakan keras di kepalanya. Ia menoleh dan langsung memukul pundang Rangga dengan keras juga dan menatapnya dengan kesal.

"Sakit monyet" Desis dino kesal dan langsung berjalan ke arah kamar Ali untuk menyimpan koper di tangannya.

"Lah, si monyet malah ninggalin" Dengan wajah kesal Rangga mengikuti Dino untuk meletakkan koper yang ia bawa juga.

***

"Nah, makasih ya lu pada mau bantuin gua" Saat ini mereka lagi makan malam bersama setelah shalat maghrib tadi dan disinilah mereka sekarang buat makan malam.

"Yaelah Al, ini pan udah kewajiban kita" Ucap Rangga dengan serius dan memakan kembali makanannya. Mendengar itu, Ali tersenyum kecil. Yahhh beginilah mereka, jika satu dalam kesusahan maka mereka akan saling membantu. Sahabat baik kan?

"Din, tadi yang cuman di paksa untuk ikut siapa ya?? Gua lupa masa" Pertanyaan Ahmad kepada Dino membuat ekspresi Rangga langsung berubah drastis. Ia merasan kesal sekarang! Berbeda dengan yang lainnya mereka terkekeh mendengarnya. Tadi Dino dan Ahmad sudah menceritakan hal ini kepada Ali dan keluarganya yang membuat Rangga kesal pada mereka. Dan di saat Rangga sudah nggak kesal pada mereka ehhh malah di igatkan lagi, lebih parahnya mereka seakan menyindirnya.

"Rangga" Singkat, padat, dan jelas!!

Jawaban Dino sontak membuatnya di tatap tajam oleh Ahmad, rencananya dia mau ngebully Rangga tapi apa jawaban Dino??  Menyebalkan. Rutuk Ahmad dalam hati.

"Udah-udah, makan dulu nak. Nanti ceritanya di lanjut setelah makan" Ucap Rena untuk menghentikan aktifitas mereka barusan dan mereka pun melanjutkan makan malam.

Setelah makan malam, mereka berjalan ke arah ruang tengah untuk bersantai, kecuali Vena yang masih di meja makan untuk membersihkannya. Sebenarnya Vena agak terganggu dengan makan malam bersama teman abangnya yang selalu berbicara mengingat dia kalau makan bersama ibunya yang jika makan tak ada suara yang terdengar.

***

Vena Pov~~

Saat ini kau sedang membersihkan meja makan dan langsung menyuci piring yang kami pakai tadi. Tadi ibu sudah menawarkan diri untuk membantuku membereskannya tapi aku menolaknya karena aku masih bisa mengerjakannya.

Setelah selesai aku langsung menuju kamar ku untuk merapikan pakaian yang masih berhamburan belum sempat ku rapihkan tadi.

"Ya Allah badan serasa remuk" Gumamku pelan dan duduk di ranjang yang penuh dengan pakaian ku ini dan memulai melipatnya.

Ceklekk

Sontak aku langsung menoleh ke arah pintu dan melihat bang Ali yang berjalan ke arahku dengan senyuman di wajahnya.

"Nggak nyangka sekarang abang nggak sendiri lagi di sini" Ucapnya dan langsung mengambil duduk di sampingku sambil membantuku melipat pakaian.

"Ana juga nggak nyangka akan tinggal di sini" Ucap ku pelan dan tetap fokus dengan pekerjaanku. Ku dengar abang terjekekeh pelan dan mengelus kepalaku.

"Nanti kamu akan terbiasa dengan kota ini, dan kamu yakin mau kerja?" Pertanyaan bang Ali membuatku menghentikan pekerjaan ku dan menatapnya dengan senyum kecil.

"Ana yakin kok, lagian di sana ada abang yang bakalan jaga Ana" Bang Ali hanya mengangguk-anggukkan kepalanya pelan dan melanjutkan kegiatannya tadi.

"Oh iya, temen abang mana?Kok di tinggal sih bang" Aku baru ingat kalau ada temen abang tadi.

"Udah pulang" Aku mengangguk dan menoleh saat kudengar pintu kamar terbuka yang menampakkan ibu dengan mukenah di tangannya.

"Kenapa kalian lama?? Udah waktunya shalat isya dan kalian belum wudhu?" Sontak aku menepuk pelan keningku dan lengsung berjalan ke arah kamar mandi mengambil air wudhu.

Setelah shalat berjamaah dengan ibu dan bang Ali, kami duduk di ruang keluarga dan memakan kue yang kami bawa dari bandung sambil bercerita ringan.

"Dek main ps yuk" Ajak bang Ali dan langsung menarik ku untuk bermain. Yaa aku dan bang Ali memang sering mai ps bersama saat aku masih kuliah dulu, tapi apa aku masih bisa ya??

"Tapi bang, Ana kayaknya udah nggak bisa main ps deh" Ucapku sambil menagap stik di depanku. Bukannya menjawab, bang Ali malah memberikanku stick dan mulai menyetel game apa yang akan kami pakai.

Selama hampir satu jam main, aku selalu kalah sama bang Ali yang membuatnya selaku mengejekku dan membauatku memukulnya dengan stick dan mulai konsentrasi lagi.

"Cik.. Kalian ini seperti anak kecil saja, sekarang sudah jam 10, masuk kamar dan tidur" Sontak perkataan ibu membuat kami menghentikan permainan ini dan berjalan ke arahnya.

"Iya, Ana ke kamar dulu ya bu" Ku kecup pipi ibu dengan sayang dan berjalan ke kamarku.

Hhhhaaa...... Mulai hari ini aku akan menjalani hidup baru di kota yang luas ini.

***

TBC~~~

Vote dan Komen ya☺

Afwan kalau makin kesini makin gaje🙏🙏

Follow VeNhii

CINTA?? (Revisi)Where stories live. Discover now